11 - Deserves to be Hokage

893 76 2
                                    

Kurang lebih 3 hari perjalanan dari Desa Akaibara menuju Desa Himitsu. Kakashi dan Sakura berada didepan dua buah batu besar yang menjadi tanda jika mereka sudah tiba di desa itu. Namun tujuan utama mereka bukan desa melainkan hutan. Sebuah hutan tak terjamah yang berada di bagian barat Desa Himitsu.

Seorang wanita tua pemilik kedai yang mereka temui saat di perjalanan, mengatakan jika ada sebuah hutan yang memiliki berbagai tanaman obat-obatan dari mulai tanaman yang bisa mereka dapatkan dengan mudah hingga tanaman yang sangat sulit mereka dapatkan.

Sayangnya tidak ada yang berani masuk kedalam hutan itu. Rumor yang beredar, seseorang yang masuk kedalam hutan itu tidak pernah kembali dengan selamat. Tidak ada yang tahu apa penyebabnya. Namun warga desa meyakini jika didalam hutan itu terdapat sebuah makhluk yang menyeramkan sehingga mereka tidak pernah berani untuk masuk kesana.

"Jadi, bagaimana wujud mahluk menyeramkan yang di bicarakan warga desa?" Tanya Kakashi.

Sakura mendelik "Kau bertanya padaku? Lalu aku bertanya pada siapa?" Katanya kesal. Kakashi terkekeh, ia mengacak rambut Sakura.

"Lebih baik kita istirahat dulu, kita tidak tahu makhluk seperti apa yang ada didalam sana. Kita tidak mungkin bisa melawan dengan sisa tenaga yang kita miliki sekarang jika tiba-tiba ada yang menyerang kita"

Sakura mengangguk, ia kemudian mengumpulkan beberapa batang pohon yang berserakan tak jauh dari tempatnya untuk membuat api unggun selagi Kakashi mendirikan tenda. Sebuah danau yang menjadi pembatas antara Desa Himitsu dan hutan. Menjadi tempat peristirahatan mereka.

"Biar aku yang melakukannya, kau masuklah dan istirahatkan tubuhmu" Kakashi keluar dari tenda, rompi Jounin nya sudah dilepas bahkan masker serta Hitai-ate sudah tidak menutupi wajah dan mata kanannya. Ia berjongkok didepan susunan kayu kemudian membuat segel jutsu untuk mengeluarkan api.

Sakura tak menolak, ia mengikuti perintah Kakashi, masuk kedalam tenda. Namun tak lama kemudian ia keluar dengan sebuah selimut ditangannya. Ia duduk disamping Kakashi, berbagi satu selimut sambil menikmati api unggun ditemani hamparan bintang di langit dan bayangan kelam hutan.

"Aku mendengarnya" Sakura memulai pembicaraan mereka.

"Apa?"

"Tentang kau yang akan menjadi Rokudaime Hokage selanjutnya" Sakura dapat melihat jelas raut wajah Kakashi yang seketika berubah ketika ia membahas tentang jabatan hokage.

"Itu tidak akan pernah terjadi"

"Kenapa?" Sakura membenarkan letak selimutnya "Apa kau takut? Kau masih teringat masa lalumu?" Tanya Sakura lembut. Ia tahu masa lalu pria itu dan terlalu menyakitkan jika itu terjadi padanya. Tapi pria itu sangat kuat menghadapi bayangan masa lalu yang menghantuinya hingga bisa bertahan sampai sekarang.

Kakashi menatap bias cahaya bulan yang memantul di air danau "Bagaimana mungkin aku melindungi desa jika aku saja tidak bisa melindungi kedua temanku. Aku benar-benar tidak berguna, Sakura" lirih Kakashi.

Sakura tersenyum simpul menanggapi ucapan Kakashi "Siapa bilang jika kau tidak bisa melindungi desa? Namamu sudah menjadi legenda didunia Shinobi, kehebatanmu sudah tidak perlu diragukan lagi. Tidak ada yang tidak mengenalimu. Ninja copying Hatake Kakashi. Seorang komandan unit tempur ketiga dalam perang ninja besar keempat"

"Sakura_"

"Lagipula, seorang hokage bukanlah orang yang harus memiliki kekuatan besar, tapi memiliki kemampuan untuk bersikap bijak dalam mengambil setiap keputusan dan masa depan desa, dan kau memiliki hal itu pada dirimu" Ucap Sakura.

"Sakura_"

"Saat ini kondisi kesehatan Shishou semakin memburuk dan itu bukanlah suatu hal yang baik. Sementara roda pemerintahan dan regulasi desa tetap harus berjalan bagaimana pun caranya"

"Aku takut_"

"Kenapa harus takut? Ada banyak orang yang mengelilingimu untuk membantumu melindungi desa. Ada aku dan tim7 disampingmu yang akan setia menemanimu, mendukungmu dan membantumu. Kau tidak sendirian, ada banyak Shinobi yang menaruh harapan padamu. Mereka mempercayaimu bukan karena kau hebat, tapi karena kau memang pantas" ucap Sakura menyemangati Kakashi agar pria itu tak merasa terbebani dengan posisi hokage yang akan dia sandang.

"Kau kedinginan?" Kakashi melihat Sakura yang sedang mengusap-usap kedua tangannya.

Sakura meringis "Ya. Udara disini cukup dingin"

Kakashi melepaskan selimut yang menyelimuti tubuhnya dan membungkus tubuh Sakura dengan selimutnya. Dia juga menarik Sakura kedalam pelukannya "Masih dingin?"

"Tidak. Kau benar-benar hangat" sakura mengetatkan pelukannya dipinggang Kakashi.

"Hidungmu sudah memerah, sebaiknya kita masuk tenda atau kau akan terkena flu"

Sakura menggeleng. Ia menyukai suasananya yang tenang, sangat jarang mendapatkan hal itu ditempat lain. Hamparan bintang di langit serta bias cahaya yang memantul di air danau menambah kesan indah dan romantis. Kakashi sendiri sebenarnya menyukai suasananya. Hitung-hitung ia bisa sedikit menjernihkan pikirannya. Hanya saja ia mengkhawatirkan kesehatan Sakura.

Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing hingga tak sadar sudah menghabiskan waktu 2 jam untuk melamun. Sakura mendongak dan melihat wajah rupawan Kakashi. Dari bawah terlihat jelas pahatan rahang tegas Kakashi yang entah sejak kapan sangat ia sukai.

Sebuah ide jahil terbesit dikepala Sakura.

"Kakashi"

"Hmmm"

"Mau berciuman?"

Kakashi melotot mendengarnya. Dia menjentik dahi lebar Sakura "Apa udara segar ini membuatmu kehilangan kesadaranmu?"

Sakura menyeringai geli "Tidak. Aku masih sadar 💯" tangan Sakura mulai menggerayangi dada bidang Kakashi.

Kakashi menahan tangan Sakura, menggelengkan kepalanya memperingati. Alih-alih berhenti, justru Sakura kembali menggerakkan tangannya. Mata nya berkedip dan sedikit menggerakkan bibirnya. Hal itu tak luput dari pandangan Kakashi, pria itu bahkan tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari bibir merah muda milik Sakura.

CUP.

Sakura terkejut dengan ciuman Kakashi tiba-tiba itu. Maksudnya, ia tidak menyangka jika Kakashi akan menarik tengkuknya tiba-tiba dan menyatukan bibir mereka, padahal niat awalnya ia hanya ingin menjahili pria itu.

Kini Sakura bisa merasakannya. Rasa dari bibir Kakashi secara sadar.

Manis.

Bukan manis rasa bibirnya, tapi rasa yang tidak bisa Sakura jelaskan. Dadanya bergemuruh senang, perutnya terasa seperti ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan.

Sakura memejamkan mata saat dirasa bibir Kakashi mulai bergerak. Bibir tipis dan manis itu melumat bibirnya. Lembut, Kakashi melakukannya dengan sangat lembut seolah takut akan melukainya.

Sebelumnya mereka sudah pernah berciuman. Tapi ini pertama kalinya Sakura menikmati dan merasakan sensasi ciuman tersebut secara sadar. Lidah pria itu menjilat permukaan bibir Sakura, meminta akses untuk masuk. Sakura pun membuka mulutnya. Ia bisa merasakan lidah Kakashi yang masuk dan mengabsen seluruh isi mulutnya.

"Akhhh..." Desah Sakura saat lidah Kakashi menggelitik langit-langitnya. Tangan kanannya mencengkram kaos pria itu dan tangan kirinya meremas kuat kaos belakangnya.

Sakura sudah tidak sanggup menahannya lagi. Nafasnya sudah hampir habis dan paru-parunya terasa sesak. Ditambah dengan permainan lidah yang begitu lihai dan dalam, membuatnya pasrah.

SLURRP.

Kakashi menghisap saliva yang mengalir keluar dari sela-sela bibir mereka dan menghentikan ciuman itu. Bisa ia lihat bibir Sakura yang membengkak dan mengkilap karena saliva. Belum lagi dengan mata sayu Sakura dan pipinya yang merah.

First and Last ( KAKASAKU - REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang