10 - A sea of red roses

898 77 1
                                    

Sakura menyandarkan punggungnya pada pohon besar. Satu-satunya pohon yang memiliki ukuran paling besar diantara pohon-pohon lainya yang ada dipinggir pegunungan yang mengapit Desa Akaibara. Ia menyalurkan Cakra hijau miliknya pada kedua kakinya yang terasa sangat pegal setelah seharian ia berkeliling untuk mencari tanaman obat-obatan.

Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Kakashi. Terakhir kali ia melihat pria itu tengah duduk di salah satu batang pohon yang menjadi sandarannya saat ini. Tapi Sakura tidak melihat pria itu sekarang.

"Sakura" sebuah suara menarik atensi Sakura dari lamunannya. Ia kemudian menoleh dan mendapati Kakashi muncul dari balik pohon. Pria itu tersenyum lalu menghampirinya.

"Ayo ikut aku"

"Kemana?" Tanya Sakura penasaran, tapi ia meyambut baik uluran tangan Kakashi.

"Ikut saja" Kakashi menggenggam tangan Sakura dan membimbingnya untuk berjalan disampingnya.

"Tunggu. Kau tidak akan melakukan hal-hal berbau mesum padaku kan?"

Kakashi terkekeh mendengar ucapan Sakura. Ia kemudian mendekatkan tubuhnya pada wanita itu hingga Sakura bisa merasakan hembusan napas Kakashi menerpa wajahnya "Jika kukatakan aku ingin mengulangi kejadian malam itu, apa kau keberatan?" Bisiknya sedekutif mungkin membuat bulu kuduk Sakura berdiri.

"Kakashi"

"Hahaha... Hanya becanda, Sakura. Lagi pula jika aku berniat melakukan hal mesum padamu, sudah pasti kulakukan dari lama"

"Dan kau sudah pernah melakukannya"

"Dan itu karena kau yang memulai lebih dulu. Kau ingat?"

Seketika wajah Sakura memerah padam.

Kenapa Kakashi harus mengungkit hal itu? Itu sangat memalukan, Shannaro - batin Sakura.

"Sudah, ikut saja denganku" Kakashi menarik tangan Sakura untuk mengikutinya. Sakura pasrah saja saat tangannya di seret oleh Kakashi.

Setelah perjalan yang cukup memakan waktu kurang lebih 10 menit. Kakashi menghentikan langkahnya "Kita sudah sampai" katanya.

Indah...

Tempat yang menarik. Ya, sangat menarik. Sakura tak bisa untuk tidak tercengang melihat apa yang terhampar dihadapannya. Tak tahu pasti seberapa luas tempat itu, yang pasti sangat luas. Penuh dengan bunga mawar merah, hampir tak ada sedikitpun warna hijau membuat tempat itu seperti lautan darah.

"Akaibara, yang berarti mawar merah. Aku menemukan tempat ini saat aku melakukan penyisiran untuk memastikan tidak ada bahaya apapun saat kau tengah mengambil tanaman obat-obatan"

Tak menanggapi ucapan Kakashi, matannya mengikuti arah kemana seekor kupu-kupu bewarna hitam terbang kesisi bagian barat dan menemukan beberapa ekor kupu-kupu lainnya. Bukan hanya warna hitam, tapi juga warna kuning, biru, putih dan orange. Kakashi hanya ikut tersenyum saat melihat senyum telah terlukis dibibir Sakura.

Menarik lagi tangan Sakura, membawa wanita itu untuk berjalan menapaki jalan setapak dimana kaki mereka sesekali bersentuhan dengan kelopak bunga yang tak terhitung jumlahnya itu. Mereka seperti berada diatas lautan darah. Senyum tak pernah pudar dari wajah cantiknya dengan sepasang mata emerald yang terus mengamati lautan mawar merah disekelilingnya.

"Eungh..." Gumam Sakura pelan saat menunduk dan tanpa sengaja menemukan setangkai, hanya setangkai bunga lain diantara bunga mawar merah.

"Tunggu"

Kakashi berhenti melangkah saat dirasanya Sakura melepas tautan tangannya. Berbalik kebelakang dan menemukan Sakura telah berjongkok sambil mengamati bunga yang telah layu itu.

"Kenapa?"

Sakura tidak menanggapi pertanyaan Kakashi. Ia kembali sibuk memandangi bunga itu setelah sempat menoleh pada Kakashi. Matanya memiliki binar yang memikat dengan senyum lembut yang membuat Kakashi mau tak mau ikut tersenyum.

"Dandelion" ucap Sakura "Simbol keberanian. Dandelion merupakan salah satu jenis rumput liar, dapat menempel di batang tanaman lain dan tumbuh subur. Ibaratnya, bunga Dandelion dapat menghadapi berbagai kendala dalam proses pertumbuhannya dengan berani. Bukankah ini mirip denganmu? Kau dapat menghadapi berbagai kendala dalam hidupmu dengan berani"

DEGH.

Kakashi bergeming.

Sakura mengulurkan tangan untuk membenahi gundukan tanah tempat Dandelion itu tumbuh, memadatkannya hingga bentuknya sedikit lebih rapih. Tanpa alas tangan, tanpa merasa risih sedikitpun.

WUSH.

"Akh, bunganya"

Detik itu juga angin berhembus dengan sangat kencang, membawa serta helaian kelopak Dandelion yang telah lusuh itu terbang. Sakura hanya mampu menatap helaian kelopak itu bergelimpangan di udara dan bersanding dengan langit biru dengan senyum getir. Indah tapi entah kenapa menyedihkan.

"Sepertinya memang sudah saatnya bunga itu mati" Menepuk-nepuk kedua telapak tangannya membuat serpihan tanah berhambur kebawah, Sakura bangkit dan berdiri, membiarkan tangkai tanpa kelopak itu tetap tertanam pada tempatnya. Rasanya sungguh tidak tega untuk mencabutnya. Menyempatkan diri untuk sekedar menghela nafas sambil menatap lagi hamparan angin diatas sana dimana kelopak Dandelion itu menghilang.

"Kakashi" pelan Sakura ketika menoleh dan mendapati sepasang mata berbeda warna itu tengah menatapnya lekat "Apa sejak tadi kau terus menatapku seperti itu?"

Kedua alisnya terangkat cepat menandakan jika Kakashi sedikit tersentak. Sejenak bola mata berbeda warna itu menatap tak tentu arah. Tangkai hijau tanpa kelopak dibawahnya lalu langit biru dengan sedikit awan diatasnya. Eerrgh, Kakashi tersadar jika sejak tadi ia tak pernah lepas dari memandangi Sakura, bahkan saat Dandelion itu terhempas angin, tak ingin melewatkan satu momen pun dari wanita dihadapannya.

•••••

"Whhooo... Ini benar-benar seperti film romansa" Genma bersorak diatas dahan pohon yang berada beberapa meter dari tempat Kakashi dan Sakura.

Raido tidak menanggapi ucapan sahabatnya itu. Ia hanya diam dan tersenyum memperhatikan Kakashi. Sangat lucu baginya melihat seorang kapten ANBU yang terkenal dingin dan berwajah datar itu menjadi salah tingkah dihadapan seorang wanita. Yang mana wanita itu merupakan muridnya sendiri.

First and Last ( KAKASAKU - REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang