12

741 81 31
                                    

Malam semakin larut di sekolah itu. Ruangan-ruangan hening karena semua siswa sudah tidur di tempat tidur mereka masing-masing, kecuali Levin yang duduk sendirian di sana. Kenangan tentang Dellon dan Hitto terus menghantuinya, memenuhi pikirannya dengan rasa bersalah dan penyesalan. Levin tak bisa tidur, matanya terpejam namun pikirannya terbuka lebar.

Dia menundukkan wajahnya di atas meja dan akhirnya tertidur. Namun, hanya beberapa menit kemudian, dia terbangun kembali saat matahari mulai menyingsing. Kelelawar yang berkeliaran di luar telah menghilang. Levin bangkit, langkahnya melangkah ke jendela yang berada di samping tempat tidur Jimmy, yang masih tertidur.

Pemandangan di bawah membuatnya kembali bersedih. Di sana, tubuh Dellon tergeletak. Tanpa ragu, Levin keluar kelas dan menuju ke bawah.

Sesampainya di sana dengan tangan gemetar dan air mata yang sudah mengering, dia mengangkat sisa-sisa tubuh Dellon yang telah dimakan kelelawar. Dengan langkah berat, dia membawanya ke ruang kepala sekolah dan meletakkannya di samping Hitto."Berbahagialah, sekarang kalian sudah bebas," bisiknya sebelum meninggalkan ruangan itu.

Dia menutup pintu pelan, langkahnya tanpa arah. Berjalan menaiki tangga, hingga tak terasa dia sudah sampai di rooftop sekolah. Dia kemudian membuka pintu rooftop itu dan berjalan menuju tembok pembatas untuk menghirup udara di sana sambil menenangkan pikirannya.

Cukup lama dia berdiri di sana sambil menutup matanya, kemudian dia mendengar suara pintu rooftop terbuka dan Alynna muncul dari baliknya."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Alynna.

"Aku hanya butuh ruang untuk menenangkan diriku setelah semua yang terjadi," jawab Levin, matanya menatap ke kejauhan.

Alynna mengerti, dia berdiri di samping Levin, pandangannya juga terfokus ke luar."Bagaimana keadaan di luar sana?" tanya Alynna perlahan.

Levin menghela nafas. "Kita tidak tahu pasti. Mungkin semuanya baik-baik saja, atau mungkin sebaliknya."

"Mari kita temukan jalan keluarnya bersama," kata Alynna mantap. "Pasti ada jalan untuk kita."Levin tersenyum, mengangguk setuju.

Sementara itu, di kelas, beberapa orang sudah mulai terbangun satu per satu. Arummy terbangun dan menyadari tak ada Alynna di sana."Eh, kalian tahu Alynna di mana?" tanya Arummy kepada Jimmy dan Devan yang duduk di kursi itu. Mereka menggeleng tanda mereka juga tidak mengetahuinya.

"Aashh, sial! Air krannya makin dikit aja!" keluh Laura yang baru saja memasuki kelas setelah mencuci wajahnya.

"Itu karena stok air di toren makin dikit," sahut Jimmy.

"Laura! Lo lihat Alynna nggak tadi di toilet?" tanya Arummy.

"Enggak!"

"Aduh, kemana sih Alynna," Arummy semakin khawatir. Ia berjalan keluar kelas dan hendak mencari Alynna.

"Mungkin aja dia lagi nyari air di toilet lain karena kan air kran di toilet makin dikit," sahut Devan namun Arummy sudah tidak mendengarnya.

Arummy berjalan di koridor itu menuju tangga, dia berencana mencari Alynna ke bawah dan saat menuju tangga ia melihat Alva yang turun dari tangga yang menuju ke atas. "Alva! Lo lihat Alynna nggak?"

"Dia lagi sama Levin di rooftop," sahut Alva.

Arummy pun menarik napas lega. "Di rooftop? Ngapain mereka di sana?" tanya Arummy.

Alva hanya mengangkat bahunya. "Mungkin lagi nyari udara segar," ucapnya padahal dia lah yang menyuruh Alynna untuk menenangkan Levin di sana karena awalnya Alva pikir Levin akan bunuh diri karena merasa bersalah atas apa yang menimpa Dellon kemarin.

LOST IN CLASS [ TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang