BAB 35

56.6K 3.8K 119
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

"Lah, pada kemana?" tanya Keira mendapati teman - teman nya sudah menghilang.

"Barusan pada pulang.. katanya lo lama," jawab Naren sembari mengelap kaca etalase bagian depan.

"Mereka beli semua kan?" tanya Keira sembari memincingkan mata nya.

Naren mengangguk sebagai respon. "Mereka beli semua, banyak. Itu tuh jadi udah sisa dikit." Pria itu menunjuk sisa kue yang ada di etalase.

"Oke, bagus. Berguna juga mereka jadi temen," guman Keira. Naren memutar bola mata nya malas, "Itu yang tadi lo ambil, mana uang nya?"

"Gue kan anak owner nya! Masa harus bayar juga sih?!"

"Iya lah. Nanti kalau bapak tanya, gue jawab apa? Di colong anak nya, gitu?"

Keira mendengus, namun gadis itu tetap membayar pada akhirnya. Setelahnya, Keira menaiki mobilnya, berniat untuk pulang ke rumah karena hari sudah sore.

Di perjalanan, mata nya menangkap seseorang yang tak asing. Keira mengernyit. 'Jendra? Ngapain dia duduk di jalanan gitu?' tanya nya dalam hati.

Gadis itu menepikan mobil nya. Membuka pintu mobil dan turun, Keira menghampiri Jendra yang kini tengah duduk di trotoar jalan, depan sebuah cafe.

"Jendra?" panggil Keira. Jendra terlonjak, lalu mendongakkan kepala nya. "Lo?!" refleks nya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Keira heran. Jendra menggelengkan kepala nya cepat, "Gapapa."

Keira mengernyit. Gadis itu mendudukkan dirinya ke sebelah Jendra. "Ada masalah apa?" tanya nya.

Jendra menatap lurus ke jalan, "Gada," jawabnya dengan tatapan kosong. Keira menarik nafas nya panjang, "Gimana gue bisa percaya, kalau ekspresi lo kayak orang banyak beban hidup," celetuk Keira.

"Gue gamau cerita, Keira. Biarin gue selesaiin masalah gue sendiri. Lo pergi aja," balas Jendra.

"Ini masalah kerjaan?" tebak Keira. "Gue bilang, pergi, Keira. Tinggalin gue sendiri," ujar Jendra.

"Gue ga masalah ninggalin lo sendiri, tapi jangan duduk di sini, Jendra."

"Masalah apapun, ga bakal bisa selesai kalau lo cuma bengong natapin jalan kayak gini. Lo--"

"Gue di pecat." Jendra memotong sebelum Keira menyelesaikan ucapan nya.

Sontak, Keira menatap Jendra, sedikit terkejut. "Gue di pecat karena ga sengaja nyenggol vas mahal di tempet kerja. Terus-" Jendra menarik nafas nya sebelum melanjutkan, "Terus, gue di suruh ganti rugi, 5 juta." Suara pria itu memelan.

Keira melebarkan mata nya, terkejut. Namun, hanya tiga detik. Selanjutnya, Keira menetralkan ekspresi nya lagi seperti semula. "Di mana tempat kerja lo?" tanya nya.

"Gue udah bilang, kan? Gue bisa selesaiin sendiri. Ini salah gue, gue bisa cari jalan keluar nya."

"Tapi--"

"Udah, Kei. Kalau lo gamau pergi, gue aja yang pergi duluan." Pria itu berdiri, lalu beranjak pergi menyebrang jalan.

Keira segera berdiri juga, mengikuti langkah Jendra dari belakang, "Tunggu dulu, Jendra. Dengerin gue dulu, belum tentu harga vas nya 5 juta, kan!" Jendra tetap tak menghentikan langkah nya. Pria itu berjalan cepat meninggalkan Keira yang mengejarnya dari belakang.

"Jendra! Dengerin gue dulu anj--"

"MBAK! MINGGIR MBAK!"

Keira mengernyit. Kaki nya tetap melangkah, namun pandangan nya mengedar ke si orang yang berteriak menatap nya. Lalu, 2 detik kemudian, sebuah cahaya menyorot kearah Keira dari kiri. Gadis itu lantas tersadar, sebuah mobil berwarna abu - abu kini tengah melaju kearahnya dengan kecepatan lumayan tinggi.

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang