14. Tragedi

27 7 1
                                    

Aruna dan Woonhak selama tiga hari ini selalu menghabiskan waktu bersama. Entah menonton TV ataupun menonton bioskop bersama. Juga makan bersama, entah makan diluar ataupun makan di rumah Aruna dengan memasak a.k.a cooking date.

Namun tiba-tiba hari ini Woonhak pagi sekali datang ke rumah Aruna dengan wajah yang nampak seperti orang putus asa dan seolah ia tengah patah hati.

Aruna membukakan pintu untuk bocah itu dan menyuruhnya untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Ada apa?". Tanya Aruna tanpa basa basi.

Saat ditanya begitu.. Woonhak malah menangis. Air matanya mengalir deras sekali.

"Kenapa Woonhak?". Tanya Aruna semakin khawatir pada dirinya.

"Kak.. aku minta maaf..". Suara Woonhak gemetar.

"Minta maaf untuk apa?". Tanya Aruna sambil menghapus sedikit demi sedikit air mata Woonhak yang tak ingin berhenti mengalir.

"Aku.. aku harus kembali ke Korea dan menetap disana. Rumah ku yang disini sudah di jual orang tua ku kak".

Aruna tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu Woonhak.

"Tidak apa-apa Woonhak.. gak masalah kok.. kan kalau kamu sedang main ke sini, bisa mampir ke rumah aku, rumah ku selalu terbuka lebar untuk Woonhak". Ucap Aruna.

"T-tapi.. bukan itu masalah utama nya kak". Lanjut Woonhak.

Aruna mengerutkan keningnya.

"Lusa adalah hari tunangan ku dengan gadis pilihan kedua orang tua ku.. maaf kak, 2 hari yang lalu.. aku memang sengaja datang kesini untuk berpamitan dengan kak Aruna.. aku minta maaf jika hal ini membuat kak Aruna kecewa".

Woonhak menundukkan kepalanya. Ia tak kuasa menatap wajah Aruna.

Ya memang, selama ini.. Aruna selalu bilang kalau Woonhak itu sudah ia anggap sebagaimana adik nya. Namun, entah kenapa mendengar keputusan yang bagaikan tragedi besar bagi Aruna ini.. hatinya terasa amat sakit.

Aruna akan sendirian?.

Betul-betul sendirian?.

Hal itu yang Aruna takutkan ternyata. Dan apakah akan terjadi? Entahlah, Aruna hanya bisa pasrah sekarang.

"Pergilah! Ikutilah kemauan kedua orang tua mu Woonhak.. semesta tahu yang terbaik untuk kita semua". Jawab Aruna berusaha bijak.

Woonhak mendongak dan menatap Aruna.

"Kak..".

"Kalau mau kembali pergi, pergilah sekarang sebelum aku semakin kesulitan untuk mengikhlaskan mu". Ucap Aruna memaksa Woonhak agar cepat pergi dari hadapan nya.

Woonhak akhirnya bangkit perlahan dan melangkah keluar dari rumah Aruna dengan ragu sambil terus menghapus air matanya yang belum juga ingin berhenti mengalir.

Kemudian, ketika menyadari Woonhak sudah tak lagi dihadapan Aruna, akhirnya tangis Aruna pecah.

Hingga dada nya sesak namun ia tak berniat mengambil obat nya.

•••



Rasanya kejadian semalam, saat ia di tinggal pergi oleh Woonhak adalah mimpi. Namun ternyata tidak.

Aruna pagi ini harus bangun dalam keadaan kesepian. Hati yang kosong, pikiran, rumah dan suasana yang kosong pula.

Ingin sekali marah, namun ia tak tahu harus marah pada siapa. Akhirnya, Aruna memilih untuk mandi dan membersihkan diri. Setidaknya, ia harus bangkit dari keterpurukan. Ia tak boleh menjadi manusia yang lemah.

Aruna's Love Story | BOYNEXTDOOR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang