BAB 36

56.6K 3.8K 109
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

Brankar di dorong oleh para perawat melewati lorong rumah sakit, menuju ruang IGD untuk penanganan. Jendra melangkah ingin masuk juga ke dalam ruangan, namun perawat menghalangi nya.

"Maaf kak, tidak boleh ikut masuk."

"Kami akan menangani pasien, kakak bisa urus administrasi pasien terlebih dulu." Perawat itu membungkuk sekilas, lalu menutup pintu ruangan.

Jendra mendekat ke pintu, menatap Keira yang mulai di periksa oleh dokter. Pria itu menunduk, "Administrasi.." gumam nya.

"G-gue harus bayar pake apa?" tanya nya entah pada siapa. Pria itu mengacak rambut nya frustasi.

Di tengah gelisah nya itu, ponsel Keira di tangan nya berdering. Jendra segera melihat nama kontak yang tertera.

[ Alvarez pinjol motor ]

"A-alvarez?" gumam Jendra. "A-alvarez sekelas gue?" gumam nya bertanya.

Jendra terdiam sejenak, pria itu mengusap kasar air mata nya bersamaan dengan tombol telfon yang ia geser ke hijau, berarti menerima. Pria itu mendekatkan ponsel Keira pada telinga nya.

"H-halo?" Suara bergetar Jendra menjawab telfon orang di seberang sana.

Alvarez mengernyit menatap ponsel nya sejenak, memastikan tak salah menelfon. Lantas, setelah di pastikan benar, Alvarez kembali mendekatkan ponsel pada telinga nya.

"Halo? Lo siapa? Ini hp Keira, kan?" tanya Alvarez dari seberang sana.

"I-iya, ini hp Keira. Ini gue, Jendra, Alvarez. Tolong gue.. tolong Keira." Suara nya melirih, terkesan memohon.

"Apa? Keira.. kenapa? Tolong apa? Kenapa dia bisa bareng lo?" tanya nya beruntun.

"Gue g-ga bisa jelasin sekarang. T-tolong dateng ke rumah sakit Medika Kasih, sekarang."

------------

Suara langkah kaki terdengar, dapat di pastikan bukan hanya satu orang. Langkah kaki itu tergesa - gesa, salah satu nya menghampiri Jendra duluan yang tengah terduduk.

"Jendra, Keira gapapa kan?!" Ini Juan. Pria itu datang bersama yang lain nya. Baru di kabari sekitar 10 menit lalu oleh Jendra.

Jendra mendongak, menatap pandangan - pandangan yang terlihat khawatir. "Nak.. Jendra.. a-adik kamu ga kenapa - napa kan?" Kali ini Rico yang bertanya, melangkahkan kaki nya mendekati sang putra.

Jendra menggeleng lemah, "J-jendra.. gatau pa.."

"Dokter belum keluar.. g-gada yang keluar dari ruangan itu.."

"Hiks.. m-maaf, pa.." Pria itu mulai kembali terisak, menyalahkan dirinya karena meninggalkan Keira saat menyebrang.

Rico duduk di sebelah Jendra, mengusap - usap punggung putra nya, "Keira.. pasti ga akan kenapa - napa," ujar Rico berusaha menenangkan.

Kenan kembali menunduk, mencengkeram dada nya yang masih terasa sakit. "Nak.." panggil Alana menyentuh bahu Kenan.

"M-ma.. ini sakit banget. Gimana sama yang di rasain Keira di dalam sana? pasti lebih sakit, kan?" tanya Kenan lirih.

Juan mendudukkan dirinya ke sebelah Jendra yang kosong, pria itu mengusap wajah nya kasar, merapalkan berbagai doa baik untuk sang adik yang masih di tangani.

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang