~ Bab. 5

65 7 1
                                    

BAB . 5

Ditengah keheningan itu, notif pesan masuk di semua ponsel disana, Nathael yang terkejut karena getaran dari notif pesan, ponselnya ia memasukkan ke dalam saku celana pantas saja terkejut.

" Bisa bisanya, gue kira notif penting, ternyata undangan acara kondhangan, pake emoji warning lagi, buat apa coba? " ucap Haelka,

" Undangan kondhangannya siapa nih bang? " tanya Jovan menatap Rendy yang berdiri samping televisi,

" Itu loh, kan ditulis disana, sepupu dari adiknya temennya bang Malvin, dibaca ngapa sih? " ucap Rendy,

" Beuhhh, gabut, tinggal bilang sepupu dari temennya bang Malvin aja ngapa jadi ribet banget dah " ucap Haelka,

" Varez sama Carez mana nih?, kok nggak keliatan? " tanya Malvin,

Nathael menatap Jovan, Haelka, dan Rendy secara bergantian, mereka bingung mau menjawab apa ke Malvin, kalau jawab Varez sakit, pasti Malvin curiga,

" Varez lagi tidur bang, Carez lagi ngerapihin barang " ucap Jovan, matanya menatap Nathael,

" Huffttt..., untung lo pinter Jov " ucap Nathael di dalam hati, senyuman lega ia berikan ke Jovan,

Rendy melangkahkan kakinya pergi dari ruang kumpul dan bergegas menuju kamar Varez, dengan ponsel yang baru saja ia masukkan ke saku celana, Haelka menatap bingung abangnya itu, menepuk kaki Jovan, menyuruh pemuda itu untuk melihat Rendy yang naik ke lantai atas,

" Mau ngapain tuh bang Rendy? " tanya Haelka sambil menatap Jovan,

" Nath, lo nggak ikutin Rendy tuh?, dia ke lantai atas " ucap Jovan,

" Lah, ngapain tuh bocah? " ucap Nathael pandangannya terfokus ke Rendy,

Rendy sudah berada di depan pintu kamar Varez, berdiam disana beberapa detik, lalu memegang gagang pintu dan membukanya, ia melihat ke arah adik adiknya yang ada di dalam kamar dengan tatapan tajamnya, Varez masih berada di dalam pelukkan Carez, air matanya sudah tidak lagi mengalir, tapi ia masih belum bisa tenang dari rasa takutnya.

" Varez, Carez, turun ke bawah yuk, tadi ditanyain sama  Malvin, tapi Jovan bilangnya Varez lagi tidur, abang tahu kalo bang Malvin pasti udah mulai curiga, karena nggak biasanya Varez tidur siang " ucap Rendy, tangannya mengelus lembut surai rambut Carez dan Varez,

" Tapi bang..., Varez masih belum tenang, kalo kambuh lagi gimana? " ucap Carez, matanya menatap Rendy yang berdiri di depan mereka,

" Iya sih, abang juga jadi bingung kalo kayak gini " ucap Rendy ia menghela nafasnya, dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana,

Varez terdiam, air mengalir lagi dari matanya, ia mencengkram erat lengan bajunya, memukul perlahan dadanya yang masih terasa sesak, lagi lagi pikiran bahwa ia merepotkan abang abangnya itu kembali terlintas di otaknya, dengan dirinya yang kembali menjadi orang yang penyakitan, menderita didalamnya, dan bergantung dibawah perlindungan abang abangnya, Varez tidak ingin seperti ini terus menerus.

Didalam mansion itu hanya Carez yang bisa dibilang sedarah dengan dirinya, sebelum mereka berdua masuk ke dalam mansion, Varez memiliki keluarga yang utuh dan harmonis, tapi sayangnya ia tidak dapat merasakan rasanya memiliki orang tua, bertepatan dengan hari kelahirannya, orang tuannya pun pergi meninggalkannya untuk, bahkan ia belum sempat melihat wajah mereka, dia selalu menyesali hari itu, tapi bukan kamu latar belakang dari semua ini Varez, Varez berdiri dari duduknya, mensejajarkan tubuhnya dengan Rendy, matanya yang tertutup rambut poni berhadapan langsung dengan wajah abangnya.

" Maafin Varez ya bang, Varez ngerepotin kalian lagi, Varez kan dari awal emang nyusahin, harusnya nggak usah masuk ke mansion " ucap Varez,

" Nggak Var, kamu nggak ngerepotin kok, jangan nomong kayak gitu " ucap Rendy,

7 Days for 7 Dreams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang