~BAB . 8

49 6 4
                                    

HI HELLO ANNYEONG GUYS 🤗, HAPPY READING YA!.

•••||•••||•••||•••

BAB . 8 

Varez sudah berada di dalam ruangannya, di atas ranjang putih yang paling ia benci, semua juga sudah berkumpul disana, dan si antagonis juga duduk di jendela kamar itu, dengan suasana hening yang menyelimuti ruangan,

          " Varez..., bangun ya?, abang panik nih " ucap Nathael, ia duduk tepat disamping ranjang Varez, Bahkan si antgonis itupun sudah mulai berani berbicara disana,

                   " Bagaimana kalau kubuat dia tidak akan bangun lagi?, sepertinya seru " tidak ada yang mendengarnya,

                   " Abang, Jovan ke toilet dulu ya " kini giliran Jovan yang berbicara, ia berdiri dari duduknya lalu membuka pintu ruangan rawat, dan pergi ke
,
                   " Eh?, abang, Carez juga ikut " ucap Carez,

                   " Kalian belum pada makan kan?, abang beliin ya, Nathael, temenin abang yuk " ucap Malvin, perbincangan terus berlanjut disana,

                   " Tapi bang..., ya udah deh "  ucap Nathael,

                   " Haelka, abang keluar bentar ya, mau nelepon satpam mansion " Rendy pun juga pergi keluar, kini han tersisa Varez dan Jovan saja di dalam ruangan itu,

Sepertinya, si antagonis menunggu Haelka juga keluar dari ruangan, dan..., ya, caranya berhasil, Haelka keluar dari ruangan itu,

                  " Abang keluar bentar ya, varez " ucap Haelka,

Tak lama setelah Haelka keluar kamar, Varez membuka matanya, dengan rasa sakit yang menyambutnya, ia melihat kesekitarnya, kosong tidak ada siapapun disana, pintu diketuk dengan masing masing ketukannya yang berjeda agak lama, tau kan maksudku?, Varez memandang bingung ke arah pintu kayu dari ruangan, pintu yang diketuk itu, apakah itu abangnya?, kalau iya, mengapa tidak langsung masuk saja?, Varez dengan keadaannya yang masih lemah itu, terpaksa harus membukakan pintu untuk seseorang yang..., entahlah itu siapa?.

Varez membuka pintunya, dan mendapati seseorang dengan tinggi melebihi dirinya, berseragam jas rapi berwarna biru tua dengan dasi hitam yang melingkar di lehernya, terlihat sangat rapi dan gagah, mengapa pria itu berdiri disana?.

Pria itu, aku tidak tahu namanya, jadi kita sebut saja..., si 'A' , karena di name tag pria itu juga hanya tertulis huruf A, hanya satu huruf, pria itu, si 'A', ia mendekatkan jarak berdiri antara dirinya dan juga Varez, sungguh diluar prediksi, hehehe, oke fokus, pria itu mendorong Varez, hanya dengan jari telunjuk tangan kirinya saja, Varez menatap bingung kearah pria itu, mengapa ia mendorongnya?, mengapa ia mendorong Varez?.

' Dukkk... ' siku tangan Varez terbentur kaki ranjang, suara benturannya dapat terdengar dengan jelas, tapi wajah Varez sama sekali tidak menunjukkan adanya rasa sakit di tangannya, tapi justru rasa sakit itu ada di luka yang telah diperban dengan rapi,

                  " Siapa...? " tanya Varez, dengan tangan kanannya yang memegangi perban di perutnya, pria itu mendekati Varez dan duduk dihadapan anak itu, mencengkram erat kerah baju Varez, dan menatap matanya dengan tajam, setajam benda yang menerkamnya saat dihutan, hendak memberikan pukulan tepat di rahang Varez, tapi tindakannya itu terhenti, hanya dengan suara si antagonis yang masih duduk di jendela sedari tadi,

                  " Hei!, tunggu dulu, jangan gegabah, ini mangsaku, jangan berani menyentuhnya tanpa seizin dariku " ucap si antagonis, pria dengan sebutan si 'A' itu memasang raut wajah kesal saat melihat pemuda itu juga berada di sana,

                  " Kau?! " ucap Varez terkejut sambil menunjuk ke arah si antagonis, dua pria aneh itu menghilang secara bersamaan, benar benar menghilang seperti debu yang ditiup angin, tidak ada jejak sama sekali,

7 Days for 7 Dreams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang