[𝟰] 𝗧𝗮𝗯𝗶𝗿 𝗞𝗲𝘁𝗲𝗿𝗸𝗮𝗶𝘁𝗮𝗻

84 2 3
                                    

       🔪⃝ ୧ ۫ ⪩⪨ H̷A̷P̷P̷Y̷ R̷E̷A̷D̷I̷N̷G̷ 🧸 ֹ ׅ ꒱ 𐘃





Alan berdiri di ruang pemeriksaan forensik, sorot matanya tajam mengamati mayat Roy yang terbujur kaku di mejanya. Mayat yang penuh dengan luka tusukan, tampak akibat dari kekerasan yang sangat besar. Namun yang paling mencolok adalah tanda silang yang tergores di bagian tangan kiri sehingga tampak jelas jika dilihat.

"Ini benar-benar ganjil," pikir Alan mencoba menghubungkan titik-titik misteri yang semakin bertambah.

Dengan cermat, Alan kembali memeriksa setiap luka dan tanda yang ada, mencatat setiap detailnya. Setelah beberapa saat memeriksa setiap detail dari luka-luka mayat tersebut, Alan berusaha untuk menganalisa apa yang mungkin terjadi sebelumnya. Alan dengan hati-hati mengambil pisau yang tertanam dalam daging mayat tersebut untuk mengambil sampel sidik jari, mungkin saja ada sidik jari yang tertinggal di gagang pisau.

Sementara itu, seorang teknisi forensik berjongkok di depan kaki mayat Roy, s8aat tiba-tiba matanya tertuju pada luka yang terdapat di bagian dalam kaki Roy. Dengan hati-hati, dia menyelidiki lebih jauh dan terkejut ketika menemukan sebuah alat pelacak yang tersembunyi di dalam luka tersebut. "Ada sesuatu di sini!" serunya, memanggil Alan untuk melihat temuannya.

Sebelum Alan menghampiri teknisi yang menemukan alat pelacak di dalam luka kaki Roy, dia memutuskan untuk memanggil teknisi lain untuk menganalisis sidik jari yang mungkin tertinggal di gagang pisau.

"Jefas, Aku membutuhkanmu untuk fokus pada analisis sidik jari di gagang pisau ini," ucap Alan kepada salah seorang teknisi yang berada di ruangan itu. "Mungkin ada petunjuk yang dapat membantu kita mengidentifikasi siapa yang terlibat dalam kasus ini. Tolong prioritaskan analisis ini dengan seksama."

Dengan perintah dari Alan, Jefas segera mengambil sampel sidik jari dari gagang pisau tersebut, siap untuk memulai proses analisisnya.

Setelah meminta bantuan kepada Jefas untuk menganalisis pisau, Alan kemudian bergeser ke arah teknisi yang berada di depan kaki mayat Roy.

Saat Alan mendekati teknisi yang fokus pada penemuan alat pelacak, Alan memperhatikan ekspresi campur aduk di wajahnya. "Ada sesuatu yang penting, Riel?" tanya Alan dengan penuh perhatian.

Teknisi itu menoleh ke arah Alan, ekspresinya serius. "Aku menemukan sesuatu yang menarik, Pak Alan," ujarnya sambil menunjukkan alat pelacak yang terbungkus dalam kain steril. "Alat ini adalah jenis yang jarang digunakan dalam kejahatan. Ini bisa menjadi petunjuk kunci dalam menemukan pelaku."

Alan mengangguk, "Kita harus terus memeriksa."

Tanpa waktu untuk kehilangan, Alan memutuskan untuk menyatukan semua petunjuk yang ditemukan dengan tepat. "Bawa alat pelacak itu kepada Jefas," ucap Alan memerintah kepada Riel.

Riel mengangguk mengerti, "Baik, Pak Alan. Aku akan segera memberikan alat ini ke Jefas untuk dilanjutkan dengan analisisnya."

Setelah beberapa jam, Jefas kembali dengan ekspresi serius di wajahnya. Dia memberikan laporan kepada Alan, "Pak Alan, aku menemukan petunjuk sidik jari yang menarik pada pisau. Namun, sayangnya tidak ada petunjuk yang dapat diidentifikasi pada alat pelacak."

Alan menatap Jefas, raut wajahnya cemas namun tetap tenang. "Jadi sidik jari siapa yang kamu temukan?"

"Aku berhasil mencocokkan sidik jari ini dengan seseorang yang bernama Jaya Agustian, sekretaris dari Pak Roy sendiri."

Alan menerima informasi tersebut dengan perasaan terkejut sekaligus penasaran. Nama 'Jaya' tersebut rupanya memiliki kaitannya dengan kasus ini.

"Tidak kusangka kasus ini ada hubungannya dengan Pak Jaya," gumam Alan. "Mungkin saja dia yang melakukan ini, atau setidaknya tahu sesuatu mengenai kasus ini."

𝐇𝐞 𝐈𝐬 𝐩𝐬𝐲𝐜𝐡𝐨𝐩𝐚𝐭𝐡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang