Bab 6

52 7 0
                                    

"Tidak perduli seberapa menyenangkan dan sulit hari yang dijalani waktu tidak akan pernah berhenti. Sekalipun kamu merasa duniamu terhenti waktu tidak akan pernah perduli."
*
*
Selamat membaca :)

Waktu adalah entitas yang tidak berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu adalah entitas yang tidak berhenti. Detik, menit, jam terus berlalu bergerak maju ke depan. Membawa manusia menuju masa depan. Tidak perduli seberapa menyenangkan dan sulit hari yang dijalani waktu tidak akan pernah berhenti. Sekalipun kamu merasa duniamu terhenti waktu tidak akan pernah perduli.

Tepat satu bulan yang lalu adalah hari ini, dan beberapa jam yang lalu pria yang kini tengah diperhatikannya telah resmi menjadi suaminya. Dengan lantang dia mengucapkan janji suci yang tidak dilandaskan oleh perasaan itu. Sesaat jika dipikirkan perahu yang mereka tumpangi tidak terlalu jelas ke mana akan bermuara. Dari pelabuhan telah terlihat badai besar dihadapan sana seolah siap menerjang dan menenggelamkan.

Mereka yang berada ditujuan berbeda namun berada di pelayaran yang sama.

Beberapa kali ia menghembuskan napas. Konsep Intimate Wedding ternyata tetap saja melelahkan. Serangkaian acara telah dilalui sampai malam ini pada bagian resepsi. Beberapa tamu undangan yang terdiri dari kerabat dekat dan keluarga inti terlihat tengah berkeliaran ke sana kemari. Sebagian memilih pulang sementara sebagian lainnya masih tetap memilih menikmati. Seolah tidak mengenal lelah berbanding terbalik dengan sang pengantin wanita.

Sesekali Tavisha memberi senyuman dan mengangguk singkat saat obrolan Sania —ibu mertuanya bersama anggota Rahardja yang lainnya membawanya masuk ke dalam pembicaraan mereka. Sampai pada waktu yang tepat ia memanggil Meera yang berdiri tidak jauh darinya. Meminta bantuan perempuan itu untuk mengantarnya ke kamar hotel, tentunya setelah meminta ijin pamit kepada anggota keluarga yang lainnya.

"Istri lo pergi tuh," Tunjuk Tara pada Tavisha.

Arkan menoleh melihat Tavisha yang tengah digandeng oleh Meera, mereka berjalan beriringan menuju lift. Perempuan itu pergi meninggalkan acara yang sebenarnya memang telah usai.

"Gak ikut nyusul?"

Arkan menggeleng, kembali menenggak cairan merah dalam gelasnya. "She needs rest," ujarnya sembari memperhatikan punggung Tavisha yang terlihat lesu.

Arkan tahu diri untuk tidak menyusul perempuan itu ke kamar mereka Sebab pada dasarnya hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja.

Perempuan itu tengah mendiaminya akibat Arkan yang menghilang tanpa kabar selama beberapa hari terakhir sebelum acara pernikahan mereka.

Bahkan Arkan baru melihat kembali wajah perempuan itu hari ini. Tepatnya saat perempuan itu datang menghampiri Arkan dengan status sebagai istrinya.

Arkan akui Tavisha sangat-lah pintar dalam bersandiwara. Perempuan-nya itu menebar senyum sepanjang acara namun, tidak ada satu pun kata atau pun interaksi diantara keduanya.

Sebatas KewajibanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang