Bab 11

44 9 0
                                    

"Karena sebuah tanggung jawab tentang dia yang tidak dianggap seberapa ternyata tidak akan pernah menjadi sederhana. Ada bahagia yang harus saya cipta."
~Arkan Sekantala Rahardja~
*
*
*
Selamat membaca:)

Menikmati kota sendirian tanpa sebuah pemberitahuan apapun kepada orang-orang kepercayaan suaminya di tengah keterasingan dan tatkala salju mulai turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menikmati kota sendirian tanpa sebuah pemberitahuan apapun kepada orang-orang kepercayaan suaminya di tengah keterasingan dan tatkala salju mulai turun. Menjadi sebuah tindakan impulsif yang Tavisha lakukan di hari pertama pria itu pergi meninggalkannya.

Kemarin wanita itu sempat menolak tawaran Arkan untuk membeli beberapa pakaian dari brand ternama, karena merasa ia tidak terlalu membutuhkannya. Maka hari ini Tavisha secara sadar menolak pemikirannya, sebab sekarang tangan Tavisha telah dipenuhi oleh beberapa totebag yang berlogo kan merek ternama tersebut. Ia hanya sedikit memanfaatkan kartu debit milik pria itu yang katanya sengaja ditinggalkan untuk memenuhi segala keperluannya.

"Kring"

Bunyi lonceng itu berbunyi tatkala Tavisha membuka pintu salah satu bar menggunakan  siku tangannya. Wanita itu memilih memasuki bar tersebut tersebut tatkala salju berubah turun menjadi begitu lebatnya. Hanya bar itu yang berada dekat dengan jangkaunnya. Ia tidak mungkin mencari tempat lain dan membiarkan tubuhnya lebih lama berada dalam kedinginan. Meskipun Ini menjadi kali pertama Tavisha memasuki tempat seperti ini selama hidupnya.
Sebab sebenarnya wanita itu sangatlah tabu dengan dunia malam seperti ini. Jadi ketika ia telah mendudukan dirinya di hadapan seorang bertender yang berdiri di belakang meja dengan alis yang terangkat, seolah ingin bertanya apa yang bisa dilayani, Tavisha merasa ragu untuk sejenak. Dia bukan peminum, bahkan tidak pernah menyentuh alkohol, namun kali ini rasanya ada yang berbeda. Seakan ia memiliki sebuah alasan kuat yang akan mewajarkannya untuk mencicipi minuman itu.

"Whatever you recommend for me." Ungkapnya.

Bartender itu memandang Tavisha sesaat, mungkin ia menyadari kecanggungan di wajah tenang wanita itu, kemudian ia mengangguk pelan dan mulai meracik-kan sesuatu pada minumannya. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu, sampai segelas koktail diletakan di hadapannya. Tavisha kemudian mengangat gelas itu. Rasa pahit dan tajam segera mengalir di tenggorokannya begitu ia menengak minuman tersebut, membawa sensasi yang aneh namun melegakan bagi dirinya. Wanita itu terdiam selama beberapa saat membiarkan lidahnya beradaptasi dengan rasa yang baru.

Lalu Ia mengangkat pandangannya, melihat pantulan dirinya yang tengah tersenyum tipis di cermin di belakang bar. Sendirian, namun lagi dan lagi dengan tindakan impulsif nya menuju pelarian yang ia butuhkan. Alkohol itu sedikit memberinya ketenangan—walaupun hanya sebuah ketenangan yang bersifat sesaat yang akan menghilang di pagi hari, tatkala ia terbangun dan merasa menyesal.

***

"Tavisha!" ungkap Keanu dengan sedikit keterkejutan tatkala ia berhasil menangkap tubuh ringkih wanita yang limbung itu.

Sebatas KewajibanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang