"Bersama setiap orang yang kamu jumpai, maka bertambah pelajaran dan pengalaman yang kamu miliki."
*
*
Selamat membaca"Meera lo liat dokumen gue?" tanyanya sembari sibuk mengobrak abrik beberapa lembar kertas di meja.
"Liat," jawab perempuan itu santai sembari menyandarkan tubuhnya pada sofa kemudian perempuan itu menyalakan Tv dengan semangkuk popcorn di pangkuannya.
Tavisha menghembuskan napas lega. "Mana?"
ia melirik sekilas Tavisha yang tengah duduk di atas karpet berbulu. "Itu dokumen lo kan?" Tunjuknya pada beberapa lembar kertas di atas meja.
"Meera gue lagi serius ya," peringatnya.
"Gue juga lagi gak bercanda Sha, semua dokumen di atas meja kan emang punya lo semua."
"Tapi bukan yang ini Meer," Ujarnya frustasi. "Itu loh yang map warna biru."
"Itu dokumen perusahaan milik klien gue. Bisa gila gue kalau ilang. Mana belum selesai diterjemahin juga."
"Sipat pelupa lo kapan hilangnya si Sha?"cibirnya. Sepertinya Meera harus turun tangan untuk mencarinya.
"Nanti dulu ngomelnya, gue sedang tidak menerima omelan dalam bentuk apapun."
"Ini kalau gue nemuin, gak gratis ya," ujar Meera yang pada akhirnya ikut turun tangan untuk membantu apa yang perempuan itu cari.
Tavisha menoleh menatap Meera jengah. "Ternyata seorang artis juga masih nyari gratisan ya?"
*****
Tavisha menghembuskan nafasnya lelah. Beruntung saja dokumen itu dapat Meera temukan. Meskipun imbalannya Tavisha harus membelikan beberapa jajanan kaki lima untuk Meera. Tidak mahal memang namun Tavisha lebih suka langsung kembali ke apartemen tanpa mundur mandir terlebih dahulu.
Dia baru saja selesai menghadiri rapat. Bekerja sebagai seorang translator, mungkin tidaklah cukup sulit, jika Ia telah menguasai dan memahami karateristik dari kedua bahasa. Karena dalam menerjemahkan bahasa asing selain harus memiliki pengetahuan terhadap kosa kata diperlukan juga pemahaman terhadap kebudayaannya. Hal ini berguna, supaya bahasa yang diterjemahkan mudah dimengerti oleh bahasa sasaran.
Namun, pemula seperti dia memang perlu lebih banyak lagi belajar. Meskipun beberapa orang telah mengapresiasi kemampuannya, Tavisha tidak pernah merasa puas.
Tavisha menghentikan kesibukannya dari membereskan beberapa alat tulis, "Maaf, apa ada yang ingin anda bicarakan dengan saya?" tuturnya kepada pria yang duduk di hadapannya. Dia merasa pria ini memperhatikannya sedari tadi. Dan itu, membuatnya merasa tidak nyaman.
Mata pria itu memicing. Seakan meneliti Tavisha dengan lebih jelas, "Naraya Tavisha Widyaningtyas?" Tanya pria itu.
"Iya." Jawab Tavisha mengernyitkan dahinya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Kewajiban
ChickLitDengan sedikit keraguan Tavisha merobohkan prinsipnya hanya untuk menerima lamaran dari Arkan. Ia yang dikenal teguh pada pendiriannya seakan menghilang setelah bertemu dengan pria itu. Setidaknya itu-lah yang mereka lihat. Arkan datang dengan memba...