"Karena Sebatas Kewajiban aku mencoba untuk bertahan."
*
*
Selamat Membaca:)
⚠️mature, angst, traumas⚠️Sekitar pukul sepuluh malam Arkan baru saja kembali menginjakkan kakinya di Indonesia. Berbeda tatkala ia pergi, di mana Arkan membawa beberapa barang kepunyaan-nya dan tentu saja bersama dengan Tavisha —namun saat ini, pria itu justru terlihat datang sendirian. Tanpa seorang pun disisinya. Arkan tidak punya banyak waktu untuk mengemasi barang-barangnya. Apalagi jika mengingat pergulatan yang terjadi antara dia dan Tavisha yang baru selesai dini hari.
"Bapak mau langsung pergi ke rumah tuan?" Tanya Adi begitu mereka mendudukkan diri di kursi penumpang. Adi-sekretarisnya itu memang Arkan perintahkan untuk menjemput kedatangannya sekaligus membawa bukti-bukti atas perlakuan Herlambang selama ini. Arkan tidak mau mendatangi ayah dan juga kakeknya tanpa bukti apapun.
"Bukti-bukti nya sudah kamu siapkan?" tanyanya sekedar memastikan.
Adi menganggukkan kepalanya mantap. "Saya sudah menyiapkan semua yang bapak minta di dalam sini." Ia menyerahkan sebuah map kepada Arkan.
Arkan membuka dan meneliti beberapa lembar dokumen yang berada di dalam map tersebut. Ia tidak salah langkah ketika menunjuk Keanu dan Adi untuk menyelidiki kasus ini, sebab hanya dengan membaca sebagian dokumen yang telah Adi berikan, Arkan sudah merasa cukup puas dengan kinerja mereka.
"Apa Keanu sudah sampai?" Tanyanya disela-sela fokusnya pada lembaran dokumen tersebut.
"Saya rasa Mas Keanu masih dalam perjalanan menuju hotel." Beberapa saat yang lalu Keanu memang sempat memberitahu Adi kalau dia telah berhasil mendarat dengan selamat di St. Moritz.
Arkan. Pria itu kembali mengambil keputusan sepihaknya dengan mengirim Keanu ke St.Moritz, tanpa memberi tahu apapun pada perempuannya, ah ralat sekarang dia sudah menjadi wanitanya. Wanita itu lebih dulu tertidur selepas Arkan membantunya membersihkan diri. Bahkan saat Arkan hendak membangunkannya untuk memakaikan pakaian, Tavisha sama sekali tidak beranjak dari posisi tidurnya. Wanita itu nampak sangat kelelahan.
Satu jam kemudian mobil yang mereka berdua—Arkan dan Adi— tumpangi telah sampai di halaman rumah utama Rahardja. Suasananya saat ini sudah nampak sangat sepi. Sebetulnya Arkan merasa tidak enak untuk mengganggu kakek dan ayahnya di malam-malam seperti ini—jika saja bukan mereka duluan yang menghubungi Arkan dan meminta pria itu untuk langsung menemuinya begitu Arkan tiba.
"Tolong isi daya ponselnya." Minta Arkan sembari menyerahkan ponselnya kepada seorang pelayan yang membukakan pintu utama.
Pelayan itu menerimanya dengan sopan kemudian ia beranjak pergi untuk memenuhi titah dari majikannya tersebut.
"Udah balik aja nih pengantin baru," seloroh Tara yang tengah menuruni anak tangga.
"Lagi ngapain lo di sini?" Arkan seharusnya tidak perlu melayangkan pertanyaan tersebut kepada Tara. Sebab pria itu punya hak untuk berkeliaran di rumah utama kapan pun juga. Namun setahu Arkan, kakak sepupunya itu paling malas jika harus menginjakkan kakinya di rumah utama. Kecuali jika ada keperluan yang mendesak dan acara perkumpulan keluarga yang mengharuskannya untuk berada di rumah utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Kewajiban
Chick-LitDengan sedikit keraguan Tavisha merobohkan prinsipnya hanya untuk menerima lamaran dari Arkan. Ia yang dikenal teguh pada pendiriannya seakan menghilang setelah bertemu dengan pria itu. Setidaknya itu-lah yang mereka lihat. Arkan datang dengan memba...