"Seolah jika satu hari saja mereka tidak berdebat dapat membuat dunia mereka runtuh dalam sekejap."
~Arkan Sekantala Rahardja~
*
*
Mari saling menghargai dengan tidak menjadi Silent Reader.
*
*
Selamat Membaca :)Rupanya kedatangan pria itu ke St. Moritz benar-benar hanya untuk sekedar merawatnya, sebab selepas ia pulih Arkan langsung bersegera membawa Tavisha pulang ke tanah air. Arkan kemudian membawa Tavisha menuju rumah yang akan mereka berdua tempati.
"Saya tidak bisa mengantar kamu sampai ke dalam," ungkap Arkan begitu mobil yang mereka tumpangi telah sampai di sebuah rumah berlantai dua.
"Kamu mau langsung pergi? gak mau istirahat dulu?" Tanya Tavisha seolah mengerti dengan maksud dari perkataan pria itu. Tavisha yakin pria itu pasti akan pergi mengunjungi kantornya. Sebab saat tengah merawatnya pun pria itu benar-benar tidak lepas dari laptop di pangkuannya. Ia merawat Tavisha sekaligus mengurus beberapa pekerjaannya. Dan Tavisha sama sekali tidak terganggu dengan hal tersebut.
Tavisha bertanya seperti itu juga bukan karena khawatir dengan pria itu. Anggap saja perhatiannya ini, sebagai bentuk imbalan untuk pria itu yang telah datang jauh-jauh untuk merawatnya.
"Saya akan kembali secepatnya, kalau itu yang kamu mau."
Tavisha menggelengkan kepalanya. "Kamu pasti mau pergi ke kantor kan?"
Arkan menganggukkan kepalanya. "Ada beberapa pekerjaan yang perlu saya periksa," pungkas Arkan dengan cepat.
"Gak bisa kamu tinggal emangnya?"
Arkan menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Kamu butuh sesuatu?" tanyanya balik.
Tavisha terdiam sejenak. Ia terlihat melihat ke sekeliling rumah mereka dari balik kaca mobil.
"Bisa kamu suruh mereka untuk pergi dulu sebentar?""Mereka para pekerja yang Nenek perintahkan di sini," ungkap Arkan sembari ikut memperhatikan Tavisha yang tengah melihat keadaan di luar. Beberapa pekerja memang ada di luar sana. Mereka sebelumnya merupakan para pekerja di rumah utama yang Neneknya pindah tugaskan ke sini.
Arkan sendiri sebenarnya kurang suka dengan banyaknya para pekerja di rumahnya sendiri. Namun ia tidak bisa menolak saat Neneknya mendesak untuk memperkerjakan mereka di sini.
"Kalau gitu bisa tolong anterin aku sampai kamar? Aku gak tahu kamar yang mau kita tempati di sebelah mana. Ini pertama kalinya aku datang ke sini," jelas perempuan itu.
"Para pekerja itu yang akan mengantarkan kamu menuju kamar yang akan kita tempati Naraya," jelasnya.
Wanita itu beralih menelusuri seisi mobil yang mereka berdua tempati. Ia terlihat menghela napas tatkala tidak menemukan sesuatu yang dicarinya.
"Koper kita di mana?"
"Seorang pekerja sudah membawanya. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan koper kamu. Mereka memang sengaja berada di sini untuk melayani semua kebutuhan kamu." Arkan melirik sekilas arloji ditangannya. "Apa perlu saya sebutkan satu-satu tugas mereka untuk menjawab semua pertanyaan kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Kewajiban
Literatura FemininaDengan sedikit keraguan Tavisha merobohkan prinsipnya hanya untuk menerima lamaran dari Arkan. Ia yang dikenal teguh pada pendiriannya seakan menghilang setelah bertemu dengan pria itu. Setidaknya itu-lah yang mereka lihat. Arkan datang dengan memba...