2

239 18 0
                                    

Setelah dari pesta pernikahan, Haesa langsung berada di apartemen, meluruskan kakinya pada sofa yang panjang, dia tidak berharap Jenan datang ke apartemen, bagaimanapun juga Jenan harus memenuhi tanggung jawab seorang suami "aku benar-benar terlihat seperti perebut suami orang." Gumamnya, tangan kanannya ia angkat untuk menutupi matanya, "tapi bukankah Alesya yang memulai? Rumit sekali hidupku ini."

Ternyata memang benar, Jenan tidak datang semalam, walaupun terlihat acuh tetap saja Haesa merasa cemburu, bagaimana dia menjelaskannya karena dia cemburu pada istri sahnya.

Jenandra yang pagi ini terbangun dengan sempoyongan, jangan berpikir dia melakukannya dengan Ale, sedikitpun rasa menginginkan tubuhnya tidak ada, tapi jika tubuh Haesa dia akan langsung menyerangnya.

Sedangkan Alesya berasa kecewa, mereka tidak melakukan malam pertama untuk saling memberikan kehangatan.

Walaupun dia menggodanya tetap saja Jenan tak meliriknya sedikitpun, begitulah jika hubungan mereka bukan karena cinta tapi karena perjodohan "Jenan, kau mau kemana?" Jenan terlihat telah menggunakan pakaian yang rapi.

"Bukan urusanmu." Ketus Jenandra, dia membenarkan letak jam tangannya.

"Jenandra, perlakukan aku selayaknya aku istrimu, kau tadi malam tidak menyentuhku dan sekarang kau berucap ketus."

Jenan menatap ke arah Alesya, dia melangkah mendekat hingga berdiri di depannya "perhatikan cara bicaramu Ale, sejak awal aku tidak menginginkan ini, tapi karena orang tua sialanmu itu aku harus mau menikahimu." Tangan Jenandra terulur untuk mengapit dagu Alesya, "bukankah kau tau sendiri jika aku menolakmu? Entah berapa yang orang tuamu janjikan pada orang tuaku hingga dia mau memberikan tubuh putrinya untuk aku injak." Desisnya, dia melepas cengkramannya pada Alesya, bisa ia lihat ruam kemerahan yang dia timbulkan di pipinya, "sebenarnya tidak seluruhnya salah orang tuamu, tapi orang tuaku juga salah, ya mungkin mereka sama gilanya? Tapi aku tidak peduli akan apa yang di janjikan, kau berada di sekitarmu sama saja kau menyerahkan diri menjadi mainanku."

Alesya menatap dengan sendu "tak bisakah kau menerimaku?"

"Yang menerimamu adalah orang tuaku bukan aku, lagipula kau berharap apa padaku Alesya? Berharap aku memanggilnu sayang dan memperlakukanmu selayaknya istri? Jangan harap itu terjadi." Jenandra melangkah menjauh keluar rumah, dia akan menemui kekasih hatinya, dia benar-benar merindukan beruang kecilnya itu.

Jenandra bersiul di dalam mobil, semangat untuk bertemu dengan Haesa, dia ingin memeluk dan melakukan hal yang menyenangkan.

Masuk ke dalam apartemen dan menatap dari sudut ke sudut tapi dia tidak melihat keberadaan Haesa, kaki Jenan melangkah ke arah kamar mereka dan yang ia dapatkan hanya kekosongan, tidak ada tanda-tanda Haesa di sana "sayang? Kau di mana?"

Dia memeriksa ke arah kamar mandi tapi dia juga tidak menemukannya, Jenandra mengeluarkan ponselnya mencoba menghubungi Haesa, dia tersenyum saat tersambung namun senyumannya luntur saat Haesa menolak panggilannya "ada apa dengan dia?" Jenan duduk pada kasur, manatap layarnya yang kini memperlihatkan Haesa yang mengirimnya pesan, "pesannya aneh, apa dia sedang mabuk?"

Dia memeriksa ke arah kamar mandi tapi dia juga tidak menemukannya, Jenandra mengeluarkan ponselnya mencoba menghubungi Haesa, dia tersenyum saat tersambung namun senyumannya luntur saat Haesa menolak panggilannya "ada apa dengan dia?" Jenan duduk...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Friend Is My Lover  (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang