10

134 13 2
                                    


"Istana siapa ini?" Setelah berkendara cukup lama apalagi ditambah adegan hubungan badan mereka akhirnya sampai di depan sebuah bangunan yang sangat megah yang bagi Haesa adalah istana, "apa kita baru saja menembus dimensi lain?"

Jenandra menggelengkan pelan kepalanya, dia meraih tangan Haesa untuk ia tarik masuk ke dalam, setelah sampai di dalam mereka disambut oleh para pekerja dengan seragam pelayan, seperti di film mereka menggunakan pakaian hitam putih "selamat datang kembali tuan Jenandra." Mereka membungkuk memberi hormat pada Jenandra.

Jenandra tak menyahut, dia melenggang tetap dengan menggenggam tangan Haesa hingga mereka masuk ke sebuah ruangan yang berada lurus dengan pintu masuk, setelah melihat sekitar barulah Haesa sadar jika ruangan itu ruangan kerja, banyak buku-buku yang di jejer di rak hingga penuh, terdapat sebuah meja lebar dengan laptop di tengahnya.

Jenandra melepas tautan tangannya, dia duduk pada kursi yang berada di balik meja kerja "duduk Haesa."

Haesa melangkah mendekat ke arah Jenandra lalu dia duduk pada meja kerja tersebut, Jenandra menggelengkan kepalanya "banyak kursi kenapa harus duduk pada meja."

"Kursi berada jauh darimu sedangkan jika aku duduk di sini, aku akan menatap wajahmu sangat dekat."

"Jangan terus menggoda Haesa, kau tidak merasa lelah setelah kegiatan tadi?" Jika bertanya Jenandra apakah dia lelah jawabannya adalah tidak, dia tidak akan pernah lelah untuk melakukannya pada Haesa, jika Haesa mau maka dia akan menyanggupinya.

"Aku lelah dan aku tidak menggodamu, aku hanya mengatakan hal jujur saja."

"Baiklah, ayo kita bicara serius tentang rumah ini yang kau sebut istana tadi."

"Ah iya, rumah ini milik siapa?" Jika ini miliknya maka Haesa akan berteriak berguling-guling pada tanah, memiliki rumah seperti ini lalu ketika di jual akan mendapat harga yang fantastis, baiklah otaknya memang tidak jauh dari jual dan uang.

"Milikmu."

"Mi-milikku?" Gugupnya, dia menunjuk pada dirinya sendiri dan menatap Jenandra tak percaya, "kau sedang bercanda?"

Jenandra menggeleng, dia sedikit menundukkan tubuhnya membuka laci paling lebar yang terletak di meja tersebut, di dalamnya terdapat sebuah brankas dengan kode yang hanya Jenandra yang tau, setelah membuka brankas itu dia mengeluarkan sebuah map coklat dan memberikannya pada Haesa "buka dan bacalah."

Haesa membuka map tersebut, membaca isi dari beberapa lembar kertas, matanya membulat terkejut dan menatap tak percaya ke arah Jenandra, map itu bukti kepemilikan tanah atas nama Haesa, rumah sebesar itu adalah miliknya, dia menjilat bibir bawahnya yang terasa kering lalu kembali memberikannya pada Jenandra "ini menyeramkan."

"Menyeramkan bagaimana? Ini hadiah yang aku berikan padamu, hadiah yang aku persiapkan dari lama semenjak kita memiliki hubungan satu tahun."

"Apa kau akan meninggalkanku?" Tanya Haesa, dipikirannya Jenandra memberikan hadiah sebesar ini lalu setelahnya dia akan pergi meninggalkannya.

"Mana mungkin aku meninggalkanmu sayang, sedikitpun niat itu tidak ada."

"Ini mengejutkan dan aku tidak tau harus mengatakan apa, kau tidak takut nanti aku akan menjual rumah beserta tanah ini lalu aku meninggalkanmu? Bagaimana jika aku menjadi kekasih yang jahat? Mencuri segala asetmu?"

"Maka aku biarkan, tapi untuk apa mencuri jika aku akan memberikan semuanya dengan suka rela."

"Kyaaa kau bodoh!!" Pekik Haesa, "bagaimana mungkin kau memberikan semuanya dengan mudah, jika aku jadi dirimu mungkin aku akan menjebloskan ke dalam penjara dan meminta semuanya kembali." Gerundelnya.

"Aku tidak akan tega masukkan orang yang aku cintai ke dalam penjara, bagiku apa yang apa aku lakukan adalah bentuk cinta walaupun orang mengatakan aku bodoh karena cinta, tapi mereka tidak tau bagaimana sebelumnya perjuanganmu agar aku mendapat semuanya, kesuksesan, ketenaran, kau melakukannya untukku."

Haesa menggeleng, menyisir rambut Jenandra ke arah belakang "aku tidak melakukan apapun, semuanya karena kerja kerasmu."

"Tidak, uang pertama saat aku syuting adalah uangmu yang kau dapatkan dari bekerja pagi hingga malam, kau emmberikannya padaku dan berkata untuk menggunakan uang ini agar aku ikut audisi artis, uang itu uang yang pertama membuat diriku naik daun dan uang itu berasal darimu, kau juga selalu berada di sisiku saat aku susah dan sedih, kau menghiburku. Apa yang kau lakukan tidak bisa aku balas, walaupun aku memberikan tanah ini, rasanya masih kurang untuk membalas semua kebaikan, cinta tulusmu itu, kau yang selalu berada di sisiku saat aku masih nol, tidak menghasilkan apapun, laki-laki payah yang tidak memberikan apapun padamu saat berpacaran, hanya kata-kata cinta yang begitu basi."

Haesa mendekap wajah Jenandra pada perutnya, teringat saat dulu bagaimana dia yang memberikan uang hasil dari gajiannya pada Jenandra agar ikut audisi.

Flashback!

Hujan saat itu tengah membasahi kota tapi tak menyurutkan niat Haesa untuk pulang, dia berjalan kaki untuk menuju ke rumah kontrakan yang bahkan terlihat seperti kandang hewan, tapi dia bersyukur setidaknya dia ada tempat berteduh walaupun saat hujan ada beberapa atap yang bocor.

Bibirnya tersungging senyuman lebar, dia tidak sabar memberikan uang yang saat ini berada di kantongnya pada kekasihnya, dia menutup payung yang ia gunakan lalu ia letakkan pada depan rumah "Jenan?" Panggilnya, saat ini Jenandra tengah menginap, kekasihnya itu sering sekali menginap di rumahnya.

Kehidupan kekasihnya itu tidak lebih adalah remaja yang baru saja lulus sekolah dan ekonomi keluarga yang biasa saja, jika dibandingkan dengan Haesa, ekonomi Jenandra lebih baik.

"Akhirnya kau pulang, aku hampir menyusulmu ke tempat kerja." Jenandra langsung memberikan handuk dan mengeringkan rambut Haesa, "setelah ini kau harus mandi."

Haesa tersenyum, selalu seperti ini sikap Jenandra, perhatian. Tangannya meraih tangan Jenandra dan meletakkan satu ikat uang, yang jika dihitung mencapai 5 juta "ini uang untukmu ikut audisi."

Jenandra menggeleng menolak hendak mengembalikan uangnya namun Haesa telah menarik ke dua tangannya hingga berada di belakang tubuhnya "tidak Haesa, kenapa kau terus saja memberikan aku uang, aku tidak akan ikut audisi itu, persetan dengan cita-citaku."

Haesa tersenyum lembut "aku berharap kau menggunakan uang itu untuk audisi, aku mohon, aku menyisihkan uang gajiku agar cita-citamu tercapai, nah sekarang uang itu terkumpul dan sepertinya cukup, pergilah ke audisi besok dan berikan aku berita baik."

Jenandra menerimanya "aku akan mengembalikannya nanti."

"Tidak, aku memberikannya padamu seutuhnya."

"Aku akan menggantinya Haesa."

"Cukup ganti denganmu yang selalu berada di sisiku."

Mereka seliang berpelukan, sejak saat itu Jenandra berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan meninggalkan Haesa, dia tidak akan membiarkan Haesa bersama orang lain, Haesa adalah miliknya dan akan sampai seterusnya seperti itu.

Flashback off

Bagaimana dengan orang tua Jenandra? Mereka sama sekali tidak mendukung karena masalah biaya, apalagi mereka selalu berkata jika menjadi artis tidak akan membuat sukses. Hingga Haesa yang melakukannya, mendukungnya dan dia berhasil di posisi.

Jenandra tersenyum mengingat hal itu, lalu dia mendongak untuk menatap Haesa, menarik tengkuk Haesa untuk ia kecup bibirnya "terimakasih."

My Friend Is My Lover  (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang