22

129 10 0
                                    


Luasnya halaman mansion yang Jenandra berikan pada Haesa sekarang sangat indah, banyak bohlam dan kain putih di hias pada taman, banyak kursi berderet dan satu panggung kecil di depannya.

Hari ini adalah hari pernikahan Jenandra dan Haesa, tak banyak tamu undangan, hanya teman-teman mereka saja, orang tua? Lupakan itu karena Jenandra menganggap dia tidak memilikinya.

Haesa telah siap dengan jas putihnya, tapi putranya itu tengah menangis dan memukul dadanya, ada apa ini? Kenapa bayinya menangis kencang.

Terdapat tangan lain yang menangkup tangan mungil Clay, Haesa mendongkakan kepalanya untuk melihat siapa yang melakukannya "kenapa berada di sini?"

"Aku menunggu dari luar kamar namun pintu terus saja tertutup, aku khawatir terjadi sesuatu padamu tapi ternyata bayi ini yang membuatmu berada di dalam cukup lama."

"Jenan, aku tidak tau kenapa Clay tiba-tiba menangis kencang, sejak tadi dia memukul dadaku." Ungkap Haesa.

"Sudah kau beri susu?"

"Sudah, tapi dia mengeluarkan susunya hingga membasahi pakaiannya."

Jenandra menghembuskan nafasnya kasar, merebut bayi itu secara perlahan dan berjalan berdiri di depan kaca "bocah, kenapa kau menangis terus?! " Kesalnya, dia menggerakkan tubuh bayi tersebut mencoba menenangkan.

Mungkin bayi Clay memang ingin berada di pelukan ayahnya? Lihat bagaimana dia yang langsung berhenti menangis dan menatap Jenandra dengan mata yang masih penuh air mata, tanpa sadar senyuman Jenandra mengembang, mengatakan benci pada bayi itu tidaklah benar, hanya dia teringat pada mainan dengan biaya yang ia keluarkan tidak sedikit, semoga saja Clay tetap memainkannya nanti.

Secara perlahan mata bayi itu tertutup dengan mulut terbuka, beberapa menit hingga Jenandra rasa Clay tidak akan bangun dan menghambat pernikahan.

Jenandra meletakkan Clay pada ranjang mengecupnya dahi dan pipi secara bergantian "anakku mari bekerja sama, jangan menangis sampai acara selesai oke?" Ujarnya pada siang bayu walaupun ia tau betul tidak akan di respon.

Jenandra berdiri dan membenarkan jasnya, Haesa terpekik senang saat melihat Clay yang sudah tertidur "seharusnya kau datang sejak tadi." Keluhnnya.

"Ya."

Seseorang masuk ke dalam kamar dengan kepala yang menunduk "jaga anakku, aku emnbatar mahal dirimu selama satu hari ini." Ujar Jenandra pada pengasuh Clay selama satu hari, itu terpaksa karena mereka akan menikah, tapi Jenandra memang berharap Haesa mau menggunakan pengasuh.

Acar pernikahan di lakukan, kursi yang semula kosong telah terisi dengan orang yang menghadiri acara, Jordan yang mengantar Haesa ke altar mengingat hanya Jordan yang Haesa punya.

Seluruh tamu terdiam menyaksikan pernikahan hingga gemuruh tepuk tangan terdengar saat Jenandra dan Haesa berciuman.

Satu persatu tamu undangan menyalami pengantin baru itu, ada beberapa yang memberikan hadiah seperti Nava saat ini.

Haesa mengerutkan keningnya saat melihat hadiah yang Nava berikan sangat kecil, tapi terkadang sampul membohongi isinya, siapa tau Nava memberikan sesuatu yang mahal "apa ini sebuah cek dengan nominal banyak angka nol?"

Nava mengangguk "isinya banyak tertera Nol, tidak ada angka lain." Tidak ada angka lain itu artinya tidak ada cek, lalu apa isi dari kotak kecil itu.

"Kondom." Celetuk Jenandra, dia tidak tau apa isi dari kotak tersebut tapi bukankah Nava adalah teman Haesa yang memiliki pemikiran gila? Dia hanya menebak saja.

Nava bertepuk tangan heboh "kenapa kau bisa tau?!" Serunya.

Haesa berdecak "aku tidak memerlukan kondom." Balasnya.

My Friend Is My Lover  (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang