9

137 11 0
                                    


Jenandra tersenyum kecil mendengarnya, dia senang tentunya mendnegat seolah Hanya tidak akan berpikir untuk meninggalkannya. Haesa memejamkan matanya membiarkan Jenandra membawanya entah kemana.

Jenandra menghentikan mobil pada sebuah tempat pembelian makanan dengan drive thru, Haesa terbelalak saat melihat Jenandra hendak membuka kaca mobil "tidak Jenan." Dirinya menahan tangan, "aku tengah telanjang." Bisiknya.

Tentu Jenandra tau jika Haesa tengah setengah telanjang, dia meraih celana Haesa untuk ia sampaikan di atas paha Haesa, tak lupa jika dia juga menggunakan masker dan topi "pesan makanan yang kau inginkan Haesa."

Dengan gugup Haesa menatap pelayan saat kaca mobil telah diturunkan "dua pizza dan cola." Ujarnya.

Jenandra memundurkan kepalanya agar tidak terlalu terlihat, jantung Haesa tengah berdetak sangat kuat, takut pelayan tersebut tau jika dirinya tengah setengah telanjang.

Setelah menunggu pesanan mereka telah siap, Haesa membayar dengan kartu milik Jenandra. Setelahnya Jenandra kembali menutup kaca mobil dan menjalankannya, Haesa bernafas lega setelah mereka berada sedikit jauh dari wilayah itu, walaupun dia tidak yakin pelayan itu mengetahuinya atau tidak, bisa saja pelayan itu tau jika dirinya tengah telanjang tapi hanya diam tak ingin mengganggu privasi konsumen "Jenan, setelah ini aku akan membunuhmu." Desisnya kesal.

Tangannya tengah membuka kotak pizza, kegiatan sex tadi sepertinya mampu menguras tenaga Haesa karena itu saat melihat pizza di depannya dia langsung melahapnya.

Jenandra tersenyum lebar melihat bagaimana Haesa yang makan dengan lahap, dirinya akan sangat memperlakukan Haesa dengan lembut walaupun tidak bisa ia lakukan pada publik "Haesa, jika kau mendapat pesan atau segala macam tentang aku yang berkata tidak mencintaimu, percayalah itu hanya gertakan dan jangan dipikirkan, selamanya aku akan selalu mencintaimu, jangan berpikir tentang kau yang salah di sini, kita melakukan ini hanya sebagai pilihan yang bisa membuat kita selalu bersama." Ujar Jenandra.

Haesa mengangguk "ya, walaupun kau benar-benar menghianatiku sekalipun aku akan percaya bahwa kau tetap mencintaiku." Balasnya.

Haesa sedikit memringkan tubuhnya, mengecup sudut bibir Jenandra dan menyiapkan pizza yang sebelumnya telah ia gigit "makanlah."

Jenandra menerimanya dengan senang hati, dia mengunyah pizza tersebut dengan nikmat walaupun sebenarnya dia tidak terlalu suka dengan makanan tersebut.

Haesa tidak menyadari kemana arah mobil Jenandra melaju, dia hanya sibuk menghabisi pizza dan menyuapi Jenandra, lalu setelahnya dia menatal ke arah kanan dan kiri, dia terkejut dengan pemandangan yang hanya telrihat pepohonan tinggi "kau ingin menculikku? Apa aku harus melapor pada polisi?" Haesa sebenarnya tidak mengerti kenapa Jenandra membawanya ke arah hutan, tapi untuk kategori menculik dan melakukan pembunuhannya bukankah Jenandra tidak akan melakukannya?

"Ya, katakan pada polisi itu bawah kau di culik untuk di perkosa."

Haesa membulatkan mulutnya dengan mata yang juga ikut melebar, sepertinya dirinya tau kemana arah pembicaraan Jenandra "tuan, maaf hiks tolong lepaskan aku, jangan perkosa aku." Ujarnya dengan tangis yang dibuat-buat.

"Tidak bisa, salahkan saja tubuhmu yang mengundang untuk dijamah."

Bibir Haesa mengerucut "jadi ini salahku tuan? Salahku memiliki bibir sexy ini? Salahku juga memiliki pantat yang kenyal ini?" Haesa sedikit menggerakkan tubuhnya hingga penis Jenandra yang masih berada dalam lubangnya bergerak semakin masuk.

Jenandra menggeram "bitch, diam atau aku akan menarikmu keluar dan memperkosa dirimu di hutan ini."

Haesa tak mendengarnya, tetap mengoyangkan pantatnya hingga dia mendesah "aahh~ tuan, perkosa aku di sini saja uuhh, pe-penismu ini sepertinya tidak tahan."

Dengan segera Jenandra menghentikan mobilnya, mendorong tubuh Haesa untuk keluar an dirinya juga ikut keluar hingga penisnya tidak keluar dari lubang Haesa.

"Uuh tuan lihat ahh penismu ikut menusuk aahh."

Plak!

Jenandra menekan tubuh Haesa pada kap mobil, kini dia yang menggerakkan penisnya untuk keluar masuk menekan prostat Haesa "arrgh lihat bitch, kau suka aku menusukmu di sini hm?"

Haesa mengangguk, mulutnya terbuka tak kuasa merasakan nikmat tusukan Jenandra pada prostatnya "i-iya tuan aahh terus tusuk lebih dalam, perutku haus ahh nghh aahh."

Plak! Plak! Plak!

Jenandra menampar pantat Haesa tiga kali, tidak menekankan sodokannya, lubang Haesa terlalu menjepit dirinya hingga menggeram puas "perutmu akan kenyang nanti bitch." Jenandra menarik rambut Haesa agar mendongak, sungguh pemandangan yang sangat indah bagi Jenandra, seumur hidupnya ini adalah pemandangan terindah.

"Aahh tuan aku akan datang aahh pelan ouhh ahhh."

Plok! Plok! Plok! Plok!

Bunyi penyatuan terdengar keras saat Jenandra menambah temponya, dia bergerak sangat kuat dengan tempo yang tidak teratur.

"Tuan ahh aahh aku AAAHHKK!"

Tubuh Haesa melengkung dengan indah, pelepasannya membasahi kap mobil dan jalanan, tubuhnya bergetar pelan, dia menggeleng keras saat Jenandra tak menghentikan tusukannya, tubuhnya tengah sensitif "aahh tuan cukup aahh beri aku waktu oohh ahh." Tubuh Haesa tetap terhentak hentak sesuai dorongan Jenandra.

"Sekarang tidak akan aku biarkan kau menikmati pelepasan Haesa." Tusukannya tidak memelan, benar-benar membuat Haesa tersiksa.

"Jenan tolong aaahh pelan aahh ahhh." Memang nikmati tapi rasa ngilu lebih mendominasinya.

Tapi Jenandra menulikan pendengarannya, sibuk dengan penisnya yang tetap bergerak untuk keluar masuk menumbuk prostat Haesa.

"AAHH JENAN CU-CUKUPHH AHH." Haesa kembali keluar, untuk pertama kalinya dia merasakan double orgasm, tidak ada jeda pada tusukan Jenandra hingga dia merasakan akan kembali keluar.

"AAHH TIDAK JENAN AAHHK AAHKK AAHH!! AAARHH JENAN BERHE- AAHH NTI SAKITH AAHH JENAN!!" Tubuh Haesa bergetar sangat kuat, dia mengalami squirt, Jenandra menusukbya tanpa ampun, "AMPUNN JENAN AMPUN AAHH AAHHKK." Haesa bisa pingsan jika seperti ini.

Sedangkan Jenandra tengah tersenyun puas melihat Haesa yang kemas karena squirt darinya "terus keluarkan sayang, hingga semuanya habis."

"AAHH SIALAN CUKUP HIKS AKU MOHON AAHH AMPUN JENAN AMPUN AAAHKKK!!" Haesa kembali bergetar, sensasi ini sungguh hebat tapi Haesa tidak ingin merasakannya kembali, bukan serma yang keluar melainkan kencingnya.

Jenandra mengejar pelepasannya, hingga lima tusukan terakhir dia menyiram lubang Haesa dengan spermanya, kepalanya mendongak, mendorong penisnya masuk lebih dalam agar spermanya tidak meluber keluar. Dada mereka berdua kembang kempis, keringat melebur menjadi satu.

"Uughh~" Haesa melenguh saat Jenandra mengeluarkan penisnya, terlihat lelehan sperma yang keluar hingga mengalir pada paha dalam Haesa.

"Terimakasih." Ujar Jenandra, dia mengangkat tubuh Haesa yang melemas, mengecup dahinya berulang kali sebelum Jenandra memasukkannya ke dalam mobil, "istirahatlah, aku akan menunjukkan sesuatu padamu." Jenandra berlari berputar dan duduk pada kursi kemudi dan kembali melajukan mobilnya.

Sesekali Jenandra melirik ke arah Haesa yang masih lemas "aku mencintaimu." Tulusnya.

Haesa tersenyum walaupun matanya terpejam "aku tau, aku juga mencintaimu bubs."

"Haesa, aku suka panggilan itu."

"Bubs?"

"Hm, terus panggil aku seperti itu." Pintanya yang diangguki oleh Haesa.

My Friend Is My Lover  (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang