DOBEL UP NIH
GAK KOMEN KU SANTET!
Alarm alami tak pernah absen membangunkan Kay setiap pagi. Yang berbeda, hari ini Kay seolah enggan beranjak, sangat nyaman berada di pelukan sang kekasih.Tapi desakan untuk mengosongkan kantung kemih juga tak dapat ditahan, apalagi suhu Jepang sangat dingin pagi ini.
Senyum samar terukir di wajah Kay, mengusap lengan yang bertahta nyaman di perutnya. Sementara empunya semakin erat memeluk.
Tubuh keduanya makin menempel hingga Kay merasakan sesuatu yang mengganjal di bokongnya.
"Sial! Apa itu? Mengapa besar sekali?" Teriak batin Kay, bergerak pelan melepaskan diri. Tapi Rich tak membiarkan Kay lepas begitu saja.
"Semakin bergerak, dia akan semakin membesar, Honey," gumam Rich dengan mata terpejam dan suara parau khas bangun tidur.
"Lepas! Aku harus ke toilet."
"Sebentar lagi, sayang." Desah Rich manja.
"Sudah di ujung, tak bisa ditunda lagi."
"Ini juga sudah di ujung, aku harus bagaimana?"
Tiba-tiba saja, dada Kay berdegup kencang. Kelu, tak bisa menjawab.
"Ti-tidak ada waktu, masih ada pertemuan terakhir dengan pihak Tuan Shin."
"Tapi kemarin kamu yang menjanjikannya padaku."
"A-aku menjanjikan malam, dan sekarang malammu sudah berlalu."
Rich malah menggerakkan pinggulnya, hingga sesuatu yang memegang dibawah sana, semakin besar menekan bokong Kay.
"Riiicchhh ..., apa kamu akan membiarkanku kencing di sini?" Kay memelas, lebih terdengar seperti merengek.
"Tahan sebentar lagi, sayang."
"Sialan! Aku harus menunggu sampai kamu klimaks?"
"Mnhhh..." Rich malah mendesah, gerakannya semakin kencang. Hangat nafasnya menyapa tengkuk Kay hingga pria itu meremang.
Kay bukan pria yang lemah, sebenarnya dengan mudah dia bisa melepaskan diri. Tapi tubuhnya seolah enggan. Membiarkan Rich berfantasi adalah pilihan yang dapat diambil saat ini, karena sejujurnya Kay takut disetubuhi.
"Sshhh... Nghhhh..."
Piama tipis yang membalut bokong Kay terasa basah, tubuhnya ikut menegang. Desahan Rich sungguh menularkan panas ke dirinya.
Tanpa kata, Kay melepaskan diri dan hilang di balik pintu kamar mandi. Sementara yang ditinggalkan, masih terengah mengatur nafas. "Lain kali aku tidak akan melepaskan mu, baby." Lirihnya tersenyum puas.