"Ini punya Exie."
"Tidak, ini punya Kak Estha."
"Punya Exie."
"Punya Kak Estha."
"Estha, mengalahlah untuk adikmu." Daisha mencoba melerai dua adik kembarnya yang tengah berebut boneka Dinosaurus.
"Mengapa harus mengalah? umur kami sama." Estha tak terima.
"Siapa bilang umur kalian sama? kamu lahir lima menit lebih dulu." Artha menyela tanpa mengalihkan tatap dari mobil mainan yang tengah ia bongkar.
"Kak, kau membukanya lagi?" Perhatian Daisha teralih dengan apa yang Kakak tertua kerjakan.
"Um."
"Oh God! jangan meminta bantuanku jika Papa marah."
"Aku akan menyatukannya kembali."
"Terakhir kali kau juga mengatakan hal yang sama, tapi mainan itu berakhir di pembuangan."
"Yang kali ini akan berhasil." Artha menjawab yakin.
Sementara Estha dan Exie masih saling tarik hingga dua bocah berusia 4 tahun itu menjerit bersama karena bonekanya robek.
"Huwaaaa..."
Daisha mendesah lelah dan terduduk lemas. "Mainan kita akan habis jika setiap hari kalian merusaknya."
Sementara di lantai atas, birahi Rich baru saja naik ke puncak, tapi Kay mencaput paksa mulutnya dari sana.
"Kenapa di lepas, Honey?"
"Artha dan Exie menangis."
"Biarkan saja, mereka pasti merusak mainannya lagi."
"Biar kulihat."
"No!" Rich menarik Kay dan mengukungnya di sofa. "Ada Babysitter yang mengurus. Selesaikan dulu urusan kita, baru kamu boleh menemui anak-anak."
"Rich..., bersabarlah sampai nanti malam. Lagi pula, mengapa kamu harus pulang di siang hari seperti ini?"
"Selesaikan dulu, Honey. Please, sedikit lagi mencapai puncak. Aku tidak meminta lebih, hanya blowjob."
Mau tak mau, Kay melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi hingga suaminya mengeram puas.
Kembali ke halaman di mana anak-anak sedang bermain. Tak terdengar lagi suara tangis, ternyata Ny. Anita datang bersama Carlo dengan membawa banyak mainan juga cemilan.
Empat bocah itu dengan antusias membuka semua hadiah yang Ny. Anita bawa.
"Eits..., tenang! tenang! jangan berebut, nanti Papa Singa akan mengamuk," kata Carlo memperingatkan empat keponkannya yang sedang berebut cemilan.
"Siapa yang kamu sebut Papa Singa?"
Semua bocah terpaku mendengar suara itu, termasuk Carlo.
"Hehehe, Alo baru membeli boneka Singa. Lihat! Sangat mirip dengan Kak Kay." Carlo menunjukkan bonekanya.
Sedang empat bocah terpaku, tak ada yang berani mengeluarkan suara.
Kay meraih boneka yang Carlo tunjukkan, lalu mendekatkan ke wajahnya.
"Anak-anak, apa benar Papa mirip Singa? " Kay bertanya pada empat anaknya.
"Tidak Papa, Papa jauh lebih galak daripada Singa." Jawab empat anak itu serentak dengan wajah polos tanpa tawa.
Sementara Rich dan Ny. Anita, terkekeh di belakang Kay.
------
Udah segini aja lah, jan banyak-banyak, ntar diabetes.
Mau lebih banyak, bisa PO novelnya 🥳