Sepekan berlalu begitu saja, sudah sejak semalam Rich merecoki Kay untuk segera terbang ke ibu kota, menghadiri pesta ulang tahun perusahaan sebelum tanggal itu tiba.Sebenarnya Kay enggan, tapi tak datang juga tak mungkin. Dan saat ini, dia sedang kewalahan menghadapi kucing besarnya.
"Mnhhh... "
Rindu yang membuncah membuat Rich tak sabar, padahal hanya menunggu sampai pintu lift terbuka.
"Tahanlah sebentar, hanya lima lantai lagi." Kay berusaha melepaskan diri, tapi Rich terus menyerang tengkuknya.
Kay tidak bisa dipaksa, meski sudah cukup dibilang sembuh, tapi jangan sampai ada yang memancing ingatan itu lagi. Sedangkan saat ini, Rich sungguh tak terkendali, birahinya menuntut untuk segera dipuaskan.
"Aku mencintaimu, Kay. Aku mencintaimu."
Ungkapan cinta ini lebih terdengar seperti desah frustasi, Kay cukup peka untuk menyadari ada sesuatu yang Rich sembunyikan.
"Katakan jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, jangan menjadikan seks sebagai pelampiasan."
Rich terus menggerayangi tubuh Kay hingga akhirnya pintu lift terbuka, bahkan tak sempat menuju ranjang. Rich menelanjangi sweet kittennya begitu pintu apartmen tertutup. Tak sadar bahwa tubuh Kay bergetar menahan gejolak batin.
"R-Rich, aku baru saja tiba dari perjalanan jauh. Setidaknya biarkan aku membersihkan diri."
Kay masih berusaha menolak meski kemejanya sudah teronggok di lantai dan Rich sedang berlutut bersiap mengulum bagian intinya.
"Aku tak peduli, aku menginginkanmu. Sudah kubilang tak akan kulepas saat kamu tiba di sini."
Kucing besarnya seperti kesetanan, Kay tak bisa berbuat banyak karena rangsangan bercampur gejolak batin ini sungguh membuatnya lemas.
Meremas rambut Rich agar kulumannya terlepas. "Ja-jangan di sini, ayo lakukan di bawa shower, aku tak cukup percaya diri dengan bau tubuhku."
Dengan senang hati, Rich membopong tubuh Kay ke kamar mandi.
Di sana, Rich tak memberi ampun. Menggagahi Kay berulang-ulang dengan berbagai macam gaya.
Meski awalnya Kay kewalahan, tapi Rich selalu berhasil membuatnya merasa nyaman dengan percintaan mereka. Rich terlalu mahir membuat Kay melayang hingga mencapai puncak berulang-ulang.
Tak ada pembicaraan serius, mereka hanya menghabiskan waktu untuk bercinta lalu tertidur setelahnya.
***
Pukul sepuluh pagi, cahaya mentari dari balik tirai membuat Rich terbangun. Menggeser tubuh untuk melindungi wajah Kay yang juga dibelai sinar itu.
Dipandangnya wajah damai sang pujaan hati. "Andai saja bisa melihat maha karya Tuhan ini setiap hari," bisiknya pada diri sendiri.