BAGIAN 26

42.1K 2.7K 257
                                    

HAPPY READING!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!❤️‍🔥

💋KOMEN YANG BANYAK UNTUK BAB INI💋

‼️ NO SPOILER PLEASE ‼️

Selamat bertemu dengan Fourich!🚩

========

BITTERSWEET RUINS
[ Bagian 26 | Who's Next? ]

Langit mendung dan angin kencang, menambah suasana mencekam bagi Raya yang masih berada di dalam UKS sendirian. Merasa ini sudah waktunya untuk pulang, Raya yang merasa kepalanya masih belum berhenti dari pening, sebisa mungkin turun dari brangkar, untuk kembali ke kelas.

Dia berdecak, karena tidak ada satupun teman sekelasnya yang menemani atau membantunya di sini. Padahal seharusnya mereka bersimpatik padanya, karena dia telah ditendang oleh seorang pria yang kekuatannya setara dengan prajurit perang.

Raya membawa langkahnya dengan pelan, nyaris menyeret. Kepalanya sangat pusing dan penglihatannya sulit untuk fokus.

Namun saat dia hampir menyentuh kenop pintu, sebuah dobrakan kencang membuat daun pintu menghantam keras kepalanya, hingga dia terjungkal ke belakang.

"Akh!"

Cahaya menyilaukan yang seharusnya masuk dari sana, perlahan tertutup dengan empat siluet tinggi menjulang yang berdiri di ambang pintu.

Raya hampir bisa melihat siapa, jika saja kesadarannya tidak lebih dulu menghilang.

"Bawa dia."

***

Raya dibawa paksa ke ruang kosong. Tubuh, tangan, dan kakinya terikat pada kursi. Mulutnya dilakban. Wajahnya dihiasi luka memar. Pakaian bawahnya sudah digunting setengah, menampakkan pahanya yang putih bersih.

Empat pasang sepatu menginjak lantai, dengan tubuh bersandar di dinding yang terhindar dari penerangan.

Zirga, Regaska, Alex, dan Ardanthe, berdiri dengan tatapan tajam, gelap, tak ada ampun.

"Lama banget dia bangunnya. Benci gue nungguin." Gerutu Ardanthe.

"Siram aja," usul Alex, seraya melirik ke para bawahannya untuk melakukan apa yang ia katakan.

Regaska berdecak, sambil melihat jam tangan. "Udah setengah jam. Luina sendirian di mansion, dia pasti nyariin."

"Kalau enggak?"

"Lo jangan bikin gue makin marah ya, Ga. Diem!"

Zirga terkekeh sembari menghisap rokoknya.

Byur!

Fourich kompak melihat ke arah Raya yang mulai bergerak setelah disiram air dingin bercampur es batu.

Perempuan itu tampak ingin bersuara, namun terkejut kala menyadari tubuhnya diikat dan mulutnya dilakban.

"HMP! HMP!"

Bunyi ketukan sepatu dengan lantai, mengundang refleksi Raya untuk mengangkat kepala. Saat itu juga, tubuhnya menegang kala melihat empat orang keluar dari kegelapan.

Fourich berdiri melingkari mangsa mereka—bukan lagi sebagai siswa sekolah elit D'AIS, tetapi sebagai eksekutor.

Regaska mendekat perlahan, membungkuk untuk membuka lakban di mulut Raya dengan kasar.

BITTERSWEET RUINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang