Chap 14

151 9 1
                                    

Hinata dan Kageyama menyusuri lorong sekolah, pagi ini mereka kembali ke sekolah seperti biasa. Hanya saja 1 minggu pertama mereka akan pulang cepat, Hinata senang sekali, ia bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk latihan di gym.

"Hinata, kemarin aku di chat oleh seseorang dari Kamomedai, ia berkata jika suatu saat kami akan menjadi satu," Hinata memiringkan kepalanya bingung. Ingat, ia ini otak udang, lihatlah betapa senangnya Tsukishima mengatakan jika otaknya ini bahkan lebih kecil dari udang.

"Aku tak tahu jelasnya, dia berkata lagi jika Matahari akan Redup dan Sang Bulan akan Kehilangan Cahayanya," lanjut Kageyama membuat Hinata tambah bingung sendiri.

"Kurasa itu sebuah pesan,"

"Gakh!" kaget Hinata dan Kageyama, mereka menoleh bersamaan, melihat Yamaguchi ada ditengah-tengah keduanya.

"Matahari redup, sesuatu yang membuat kebahagiaan hilang. Bulan adalah seseorang atau sesuatu yang kehilangan kebahagiaan itu," jelasnya, duo otak udang itu akhirnya mengerti.

"Namun, belum pasti juga kebahagiaan apa yang hilang, dan siapa yang kehilangan. Apa dia seorang yang bisa melihat masa depan? Time traveler?" sambungnya.

Daripada itu, masuk kelas lebih penting, 10 menit lagi sudah masuk, akhirnya mereka memasuki kelas masing-masing.

Obsesi

"Astaga, cucuku sudah memiliki 5 calon, Akemi," ucap nenek Hinata kepada sahabatnya. Ingat Yakuza waktu itu? Nah, yang datang adalah nenek Miya bersaudara sekaligus pimpinan paling tua saat ini, meneruskan mendiang suaminya.

Akemi, nenek si kembar itu menyesap ochanya santai. "Hanya menambah 2, atau tidak Osamu saja, itu sudah cukup. Lagipula, Shoyo tak keberatan, Hana," nenek Hinata, Hinata Hana hanya menghela nafas kasar.

"Kau berkata demikian belum tentu Shoyo menerima langsung dari lubuk hatinya. Seperti kakakmu dulu kepadaku," Akemi mulai terkecoh, ia mulai mengepalkan tangannya namun ia memcoba sabar.

"Kau yang salah karena tak mampu merawat diri, kakak  ipar,"

"Bagaimana aku bisa merawat diri sedangkan suamiku memiliki hutang 20 juta Yen di Bank, memiliki 3 anak yang harus aku besarkan dengan pekerjaanku saat itu. Dimana peran suami yang harus memberi nafkah, malah pergi bersama selingkuhan, 2 tahun kemudian menikah dengan selingkuhannya tanpa menceraikan sang istri," Akemi diam, Yuto yang tadi diam dan tahu kehadiran wanita paruh baya di depannya ini membuat sang nenek tidak senang, segera mengisi kembali gelas ocha tamunya itu.

Yuto mengisi gelas itu sampai full dan sedikit tumpah, lalu ia melihat jam sebelum kembali duduk.

Hana memberi gestur kepada Yuto. "Bungkuskan dia jeruk dari ladang, bawakan 2 bungkus untuk si Miya kembar, bawakan juga susu kedelai pemberian tetangga tadi," Yuto mengangguk, ia segera membuatkan pesan sang nenek.

"Kudengar si tua itu operasi paru-paru 2 bulan lalu. Tidak melanjutkan merokoknya? Istri barunya itu juga tidak memberi wewenang kepada suaminya? Istri macam apa itu haha, oh mereka tidak dikaruniai anak padahal sudah 10 tahun? Oh maaf, mulutku tak dapat diam," Akemi berdiri tepat dimana Yuto kembali membawa bingkisan yang diminta neneknya.

"Ini untuk nenek Hana, dan ini untuk si kembar Miya," Yuto memisahkan kantung plastik yang berbeda agar tak susah membaginya.

"Silahkan pulang, lain kali kembalilah. Namun, aku tak mau kau menjadi tamuku lagi," Hana mendengus kesal meninggalkan mantan kakak iparnya pergi dengan membanting pintu.

Obsesi [Hinata Harem]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang