"Sialan," umpatan manis itu keluar dari bibir si pemuda kelebihan garam karena tulang keringnya ditendang oleh Kuroko. Yang menendang pun terlihat acuh dan mengobrol dengan 3 orang sisa yang dipanggil namanya.
"Aku kesini untuk memberi tahu kalian juga Shoyo-kun agar tahu masalah ini. Karena Shoyo-kun pergi bersama Kenma untuk menemui Yuto, aku akan menunggu sampai dia pulang," jelas Kuroko pada semuanya.
Bagaimana rasa penasaran mereka tidak bergejolak coba jika digantung seperti ini? kayak kalian yang hts-an tapi ga diajak jadian. Rugi dongg..
"Ayolah, beritahu kami terlebih dahulu. Kau menggosting kami setelah mengagetkan kami dengan hal yang tak masuk akal," cerocos Iwaizumi yang sudah penasaran luar biasa, seperti ibu-ibu yang ingin mendapat gosip baru.
Kuroko menatap Atsumu dan Oikawa bergantian. Menatap penuh kemusuhan. "Kalian yang menggodaku waktu itu kan?"
"Hah!?" kaget keduanya. Yang lain menatap ketiga orang itu bingung.
"Kalian tidak lupa dengan seseorang berhodie warna putih dan anjing kecil? Di stasiun bawah tanah beberapa minggu lalu. Aku bahkan menelfon keamanan saat kalian menggodaku," jelasnya.
Atsumu dan Oikawa yang mendengar kejadian itu menatap nyalang bocah rambut biru itu. "Oh! kau yang menelfon keamanan!? kita bahkan dilihat banyak orang karena keamanan menyeret kami untuk mengikuti mereka," sinis Atsumu. Oikawa mengangguki ucapan Atsumu, anggota tim lain sudah tidak kaget lagi sih mendengar hal ini.
"NE NE ATSUMU OIKAWA KALIAN SEHARUSNYA MENGAJAKKU,"
"Astaga, untungnya ia lulus tahun depan,"
Obsesi
Kenma dan Hinata sedang ada di pasar tradisional. Setelah naik kereta dan mobil, mereka harus melewati pasar untuk sampai ke rumah nenek Hinata. Tepat di ujung pasar ini, ada sebuah pedesaan kecil yang masih menjaga keasrian alamnya.
"Wah, aku tidak tahu jika bakpao daging disini daging babinya sangat tidak pelit bahkan harganya pas untuk kantongku," binar Hinata membawa bungkusan bakpao daging yang ia beli tadi. Sebelum ke rumah nenek Hinata, mereka memutuskan untuk jalan-jalan sebentar dan mencari oleh-oleh.
Kenma tadi membeli dango dan roti melon, untuk ia makan saat perjalanan pulang.
"Aku nanti akan beli lagi saat pulang. Bahkan, semua makanan dan barang atau apapun yang dijual disini sangat murah dari di kota," ucap Kenma.
Yah. Untuk daerah kota seperti Tokyo memang apapun disana sangat mahal, melihat harga apapun di pedesaan sangat murah sekali. Sebenarnya Hinata juga tidak perlu kaget, karena beberapa kali Hinata kemari, makanya penjual bakpao membonusinya 1 bakpao karena mengenal Hinata sejak kecil.
"Kenma, ayo ke kuil. Kita berdoa dan istirahat sejenak. Setelahnya, kita pergi ke rumah nenek," ajak Hinata yang diangguki si rambut puding.
Karena memang perjalanan lumayan panjang, jadi mereka beristirahat di kuil lumayan lama. Setelahnya mereka pergi membeli buah-buahan yang akan diberikan untuk nenek Hinata. Mereka membeli stroberi, kesemek, dan jeruk, karena sedang musim jadi harganya tak semahal itu, lagipula ini juga bukan perkotaan.
"Apakah masih jauh?" tanya Kenma. Ayolah, bukan karena Hinata ia tak mau berjalan jauh sekarang. "Kenma lelah ya? kita harus melewati satu rumah itu dan ada rumah nenek di belakang," mereka melewati rumah yang cukup besar, dan tibalah mereka di rumah nenek Hinata. Disana terlihat lelaki dengan tinggi 5'9 dengan rambut hitam juga mata elangnya sedang menyapu pelataran rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi [Hinata Harem]
RandomHinata Shoyo, tidak akan menyangka jika hidupnya seperti berada di sangkar, namun sangkar emas yang berkilau. membuatnya tidak bisa bergerak bebas di udara. latih tanding yang awalnya menyenangkan dan panas menjadi neraka bagi semua, untuk hinata ya...