BAB 12. MEMORY

92 7 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Ayolah, Dek!" Zion menarik-narik lengan Elea.

Elea menggeleng, ia memilih terus membaca buku dogeng. Di usia 5 tahun lebih Elea sudah mengenal huruf dan angka, meski belum lancar membaca. Setidaknya anak berparas ayu ini diberikan pendidikan intens, memiliki hobi mahal sebagai calon penerus.

"Hm... ah, Abang males ah. Entar nggak mau lagi main sama Adek," rajuk Zion, kedua sisi pipinya mengembung.

Zion begitu menyayangi Elea, adik yang lebih muda 2 tahun di bawah Zion. Elea yang mendengar rajukan sang kakak menutup buku, mendesah kasar.

"Ya, udah mau main apa, Abang?" tanya Elea polos menatap sang kakak.

Ekspresi wajah Zion langsung semringah. "Petak umpet, Adek yang sembunyi Abang yang cari."

Zion tahu adiknya ini suka sekali bermain petak umpet, Elea mengangguk antusias. "Kalo gitu ayo."

Keduanya melangkah keluar dari kamar Elea, melewati Mawar ibu asuh Elea.

"Eh, Non Elea dan Tuan Muda mau kemana?" tanya Mawar melirik keduanya bergilir.

"Main petak umpet, Nanny," sahut Elea, "bentar doang, biar Abang nggak merajuk."

Mawar tersenyum kecil, satu jam lagi sudah waktunya keduanya istirahat. Mengingat jam tidur Elea dan Zion yang sudah diatur, Zion pasti kesepian karena kawan bermainnya tidak ada. David dan keluarga pergi berlibur, hingga Zion hanya mengandalkan Elea untuk bermain.

"Ya, udah. Tapi, sebentar aja ya. Jangan sampai kemalaman, oke?"

Zion dan Elea mengangguk antusias, kakak-adik itu langsung berlarian menuju area luar mansion. Zion langsung berlarian menuju pilar, menutup mata dan berhitung mundur.

Elea yang awalnya menolak malah begitu bersemangat, kepalanya begerak ke kanan dan kiri. Hingga memilih bersembunyi di mobil, dahi Elea berkerut di saat pintu belakang mobil pribadi sang ibu tidak terkunci.

"Hihi... masuk sini aja." Elea langsung membuka pintu dan menutupnya.

Terkekeh kecil kala bersembunyi di belakang kursi kemudi, baru 5 menit Elea berada di sana. Suara pintu mobil dibuka mengejutkan dirinya, Elea mengintip kecil. Senyum di bibirnya terbit, ibunya yang membawa mobil.

Bibir kecil Elea terbuka, ingin mengejutkan sang ibu. Sayangnya pintu bagian samping terbuka lebih dahulu, sosok lelaki memasuki mobil.

"Gimana?" tanyanya di kala mobil melaju.

"Seperti biasa dia berada di luar negeri. Ibunya terus mengatur ini dan itu, membuat aku muak saja." Diana mengeluh.

Sentuhan lembut di pipi Diana di kala mobil telah melewati gerbang paling depan, Elea kecil masih memperhatikan tingkah keduanya. Tampan Diana sadari ada yang membututi mobilnya dari belakang dengan motor butut pembawa gerobak sampah.

SKY MANSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang