BAB 10. SAKA vs ELEA

84 9 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"El!" seruan keras di menyapa indra pendengaran Elea.

Elea mengerang berat, beberapa kali kelopak matanya terbuka dan terkatup. Manik mata Elea bergerak ke arah Isyana, gadis itu nampak lega karena Elea kembali membuka mata.

"Uggh... gue di mana?" tanya Elea serak.

Tangan Elea memijit kecil pangkal hidungnya yang terasa berdenyut, Isyana menghela napas lega.

"Lo di UKS," jawab Isyana, "lo nakut-nakutin gue tau nggak, sih."

Elea mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya, ia hanya ingat akan pernah keluar dari ruangan latihan musik sekolah. Kepalanya pusing, Isyana memperhatikan ekspresi wajah Elea dengan saksama.

"Lo baik-baik aja 'kan?" tanya Isyana khawatir.

Elea tidak langsung menyahut, sorot matanya menatap lambat ke arah langit-langit ruangan UKS. Sentuhan di telapak tangan kanannya membuat Elea membawa atensinya ke arah Isyana, Elea sontak saja mengulas senyum tipis.

"Gue baik-baik aja kok," sahut Elea pelan, "siapa yang bawa gue ke sini?"

"Oh, yang bawa lo ke sini," ulang Isyana.

Kepala Elea mengangguk. "Iya, siapa? Nggak mungkin lo yang gendong gue dari gedung musik ke sini."

Isyana menarik kedua sudut bibirnya ke atas, mengudang kerutan di dahi Elea.

"Lo pasti nggak akan nyangka siapa yang gedong lo ke sini," ujar Isyana, langsung membuat kedua mata Elea memicing.

"Emang siapa?"

"... yang bawa lo ke sini itu si Saka. Dan lo harus tau, sepanjang lorong gedung musik ke sini. Orang-orang pada ngeliatin si Saka gedong lo yang lagi pingsan. Gila, ekspresi orang-orang kelihatan penasaran banget. So, ini bakalan jadi berbincang orang-orang," beber Isyana nampak senang sekali.

"Hah? Si Saka," balas Elea nyaris berteriak, "kenapa bisa Saka yang bawa gue ke sini? Gimana ceritanya?"

Isyana menyandarkan punggung belakangnya di kursi, kedua tangannya dilipat di bawah dada. "Gedung musik 'kan bersebelahan dengan gedung basket. Saat lo jatuh pingsan gue panik, gue keluar dari ruangan berteriak minta tolong. Kebetulan Saka lagi main basket di sebelahnya, dia dan beberapa orang langsung nyamperin. Gue yang panik langsung aja nyeret lengan Saka buat minta bantuin gedong lo. Yeah... gitu lah akhirnya lo digendong sama Saka," tutur Isyana menjelaskan.

Elea membuka bibirnya suara pintu ruangan dibuka dengan kasar, suara bas memanggil nama Elea.

"Elea! Lo nggak apa-apa? Apa yang sakit? Kita ke rumah sakit, buat cek keseluruhan tubuh lo." David berucap panik kala dirinya berdiri di samping ranjang pesakitan.

Elea mengeleng. "Gue baik-baik aja, Dav! Lo nggak usah panik gitu."

"Gimana gue nggak panik, lo tiba-tiba aja pingsan, El! Ayo, ke rumah sakit. Biar gue bawa mobil ke sini buat bawa lo ke rumah sakit." David menyentuh lengan Elea.

SKY MANSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang