BAB 18. JANGAN BERMAIN DENGAN HATI

90 8 0
                                    

"Kado," ujar Diana memberat di kala sang putri menatapnya dengan tatapan aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kado," ujar Diana memberat di kala sang putri menatapnya dengan tatapan aneh.

Elea cukup terkejut dengan keberadaan Diana, setelah beberapa minggu belakang memilih untuk menghindari Elea. Malam ini ia memutuskan untuk menghampiri Elea, Elea mengayun langkah kaki jenjangnya menuju tong sampah di pojok kamarnya.

PUK!

Diana terbelalak melihat kado pemberiannya langsung memasuki tong sampah, Elea menyandarkan punggung belakangnya di dinding.

"Nggak perlu," ujar Elea santai, "Elea nggak butuh apapun dari Mami, karena putri Mami udah lama mati. Di saat Mami menginjak gas tanpa rasa bersalah untuk menabrak Elea."

Diana meneguk kasar air liurnya, menyisir rambutnya ke belakang. "It—itu sungguh, di luar kendali Mami, Elea. Mami sungguh nggak bermaksud buat ngelakuin itu. Percayalah sama Mami."

Elea sontak mendengus. "Percaya sama, Mami? Mami tau gimana rasanya kepercayaan diinjak-injak. Mami adalah orang tua paling jahat di dunia ini, demi nutupin perselingkuhan Mami. Mami tega buat ngebunuh anak kandung Mami sendiri, bahkan menghentikan pencarian Elea diam-diam. Lantas, sekarang Mami ngomong, apa? Percaya sama Mami. Lucu banget," sahut Elea dengan ekspresi wajah datar menatap sang ibu.

Ujung jari jemari Diana langsung mendingin, bibirnya berkerut.

"Kenapa? Nggak bisa ngebela diri sendiri, huh," sarkas Elea, "perhatian Mami itu cuma seonggok sampah, menjijikan."

"Kamu nggak paham dan kamu mana paham, kamu dicintai sama Papi dengan tulus. Disayangi oleh Kakek dan nenekmu, nggak ada yang memaksakan kehendak padamu. Kamu tumbuh menjadi anak yang ceria tanpa beban, mau seperti apapun bentuk tingkah lakumu. Mereka semua menyayangimu, karena kamu seorang Baskara. Jadi, mana mungkin kamu tau rasanya jadi Mami, yang berada di bawah bayang-bayang ketakutan." Diana menggebu-gebu, mengutarakan rasanya.

Diana hidup di bawah tekanan, tidak bisa memilih jadi apa. Serta harus menikahi siapa, semuanya disusun oleh sang ayah. Lalu, ketika ia menemukan pria yang dicintainya dua bulan sebelum menikah.

Perasaan Diana meluap-luap, ia menyerahkan kesuciannya atas nama cinta. Gilanya lagi hamil anak dari lelaki itu, setelah ia menikah, ia baru tahu. Jika lelaki itu telah memiliki istri, dan anak. Paling parah adalah di saat ia hamil, bahkan sebelum Guntur sempat menyentuhnya.

"Mami tau Mami salah, Elea. Tapi, Mami cuma pingin bahagia Elea." Diana mengusap air matanya yang jatuh berderai.

Senyum mencemooh terbit di bibir ranum Elea, lihatlah seberapa bodohnya sang ibu. Dibutakan oleh cinta, berlindung di balik kata tak berdaya.

"So, kalo hari itu Elea mati karena ketabrak. Mami cuma bakalan ngangep itu kecelakaan lantaran nggak sengaja. Dan rahasia Mami terkubur gitu aja?" Elea mengerutkan dahinya. "Mami salah besar kalo nganggep rahasia Mami akan tetap tertutup rapat. Nyatanya, Papi jelas lebih tau gimana Mami main api di belakangnya. Papi mempertahanin Mami pura-pura bego demi siapa? Demi Elea, Mami. Demi Elea! Bukan demi Mami, lalu gimana perasaan Papi saat tau. Perbuatan Mami sama Elea?"

SKY MANSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang