BAB 20. TAK RELA

95 7 8
                                    

"Pi!" seru Elea lirih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pi!" seru Elea lirih.

Guntur menarik kedua sisi bibirnya ke atas, kepalanya menggeleng sekilas. Tangan Guntur bergerak menggenggam tangan sang putri, sorot matanya tampak begitu tenang.

"Jangan khawatir," ucap Guntur, "Papi percaya sama Elea, putri Papi nggak akan berbohong. Elea jangan takut, Papi akan selalu berada di samping Elea."

Dua kali kelopak mata Elea berkedip. "Kenapa Papi mau percaya kek gitu aja, sama Elea? Bisa aja Elea berbohong. Kalo emang Elea yang dorong Rania dari tangga," gumam Elea pelan sekali.

"Kamu ini putri Papi, Elea. Meskipun selama ini kamu terus membuat ulah, kamu nggak pernah berdusta. Kalo emang Elea yang dorong, Elea akan ngomong berterus terang." Guntur menepuk-nepuk kecil punggung telapak tangan sang putri.

Guntur jauh lebih mengerti Elea di banding dengan siapa pun, Elea selalu jujur dengan perbuatannya, dan berterus terang. Guntur siap pasang badan di saat semua orang ingin menyakiti putrinya, meskipun semua orang akan menuding putrinya dengan kata-kata kasar.

Guntur tidak akan pernah membiarkan itu terjadi, selama Guntur masih bernapas. Elea putrinya tidak akan pernah bisa disakiti dengan mudah, meskipun seujung kuku.

BRAK!

Pintu kamar Elea dibuka dengan kasar, Zion tampak marah. Remaja satu ini ikut mengantarkan Rania ke rumah sakit, bersama dengan Diana, dan Saka. Zion melangkah lebar mendekati ranjang Elea, Guntur melepaskan genggaman tangannya dan langsung berdiri menghadang Zion.

"Minggir, Pi! Zion udah nggak tahan lagi sama kekejaman Elea. Dia udah nggak terkendali lagi," kata Zion murka.

"Keluar, adikmu harus istirahat," sahut Guntur tanpa mengindahkan kemarahan Zion.

Zion mendengus kasar, kenapa ayahnya ini masih saja membela Elea. Jelas sekali Elea bersalah, kali ini beruntung benturan keras di kepala Rania tidak membuat gadis itu dalam bahaya. Kalau saja Rania berada dalam bahaya, maka Zion tidak akan lagi memandang ayahnya untuk memberikan pelajaran pada Elea.

"Sampai kapan Papi ngebelain kelakuan dia, Pi? Elea udah keterlaluan. Yang dia lakuin bisa bikin nyawa Rania dalam bahaya, Papi." Zion menunjuk-nunjuk ke arah adiknya yang ada di belakang tubuh sang ayah.

Guntur menipiskan bibirnya, menghela napas berat. "Apakah putri orang lain lebih penting daripada putri Papi sendiri? Apakah dia lebih penting dibanding adikmu sendiri, Zion? Jika keadaannya di balik, adikmu yang terluka. Apakah kamu akan seemosi ini?"

Guntur paham betul bagaimana perasaan Zion, semenjak kehilangan Elea di masa lalu. Zion tidak pernah menyebut nama Elea lagi, seakan-akan ada yang dikubur. Guntur tidak mengisi Zion, karena putrinya menyayangi Zion di masa lalu. Kakak paling Elea sayangi, Elea mau berbagai apapun untuk Zion.

Bibir Zion berkerut, mulutnya terbuka. Namun, kenapa tidak ada sahutan yang keluar dari bibir Zion. Elea tersenyum sinis, Zion bahkan tidak mampu menjawab.

SKY MANSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang