"Oi! Lo denger nggak sih, gue manggil-manggil lo!"
Rania mengejar langkah kaki Elea, perempuan arogan itu terus saja melangkah menjauh dari dirinya. Setelah menampar Yuda—kakaknya dengan kartu ATM, Rania menarik pergelangan tangan Elea dan menahannya.
Elea menghela napas berat, ia melirik Rania dengan ekspresi wajah datar. Wajah Rania merah padam, entah karena menahan malu sebab ketahuan oleh Elea jika dirinya diperas Yuda. Atau mungkin karena marah, karena merasa Elea merendahkan kakak lelakinya.
"Lepasin," titah Elea, santai.
Rania melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan tangan Elea.
"Kenapa lo ngasih kartu ATM lo sama dia, hah? Lo tau siapa dia? Dia nggak akan pernah berhenti datangin lo. Asalkan lo tau, sekali lo kek gini ke dia. Maka dia akan terus begitu ke lo," kata Rania menggebu-gebu.
"Abang kandung lo, itu dia bukan," sahut Elea tahu indentitas Yuda, "dia bukan lawan gue, Rania."
Rania terkesiap, menatap Elea tidak percaya. Gadis ini tahu siapa Yuda, tahu apa hubungan mereka. Rania tersenyum getir, sudah pasti Elea mengolok-olok dirinya dari belakang. Tertawa karena kehidupan menyedihkan seorang Rania, ayahnya seorang pria brengsek. Ibu kandungnya sakit jiwa, dan kakak kandungnya suka memintai dirinya uang.
"Lo senang liat keadaan gue, bukan? Orang yang paling lo benci hidupnya semenyedihkan itu. Ketawa aja, El! Lo boleh ketawa sekeras mungkin," tutur Rania, intonasi nada suaranya bergetar.
"Gue benci lo," sahut Elea, "karena lo, ngambil tempat gue. Pura-pura baik tapi, gue juga sadar. Lo maupun gue, sama-sama korban di sini. Korban orang tua yang nggak punya otak, dan hati. Gue nggak akan ketawa sama nasib lo, karena kalo gue ketawain lo sama aja gue ngetawain kehidupan gue sendiri."
Rania membuang muka, kedua matanya memerah dan terasa panas. Elea memperhatikan Rania, ia benci gadis remaja yang selalu bersandiwara. Ia benci Rania yang merebut tempatnya tapi, entah kenapa Elea pun tidak tahu ada rasa kasihan di dalam hatinya untuk Rania.
Apalagi saat ia menyelidiki tentang identitas Rania, Elea sangka jika dirinya tidak akan memiliki hati nurani. Siapa yang menyangka, sebagai seorang anak perempuan yang terbuang. Banyak-sedikitnya, ia paham bagaimana perasaan Rania.
Rania mengusap bulir bening yang jatuh di pipinya dengan kasar, berdehem beberapa kali. Membawa atensinya ke arah Elea, meneguk kasar air liur di kerongkongannya.
"Lain kali, kalo lo liat gue sama dia. Jangan lakuin apapun, itu masalah gue. Buat kartu ATM lo, nanti gue bakalan kembaliin. Lo tenang aja, gue nggak sudi berhutang budi sama lo."
Rania membalikkan tubuhnya, meninggalkan area taman sekolah. Elea menghela napas berat, melirik punggung belakang Rania yang semakin menjauh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY MANSION
Teen FictionDunia Elea jungkir-balik di saat dirinya tahu, ia adalah anak yang diculik. Menemukan keluarga aslinya yang bukan orang sembarangan, tidak mudah untuk Elea beradaptasi. Meskipun ia adalah darah keturunan dari Baskara, Elea harus membuktikan diri jik...