Chapter V

52 10 0
                                    

PERINGATAN!!! Cerita ini sepenuhnya fiksi dan tidak didasarkan pada peristiwa atau orang nyata. Karakter, tempat, dan kejadian dalam cerita ini adalah hasil imajinasi penulis. Setiap kemiripan dengan orang atau peristiwa nyata adalah kebetulan semata. Pembaca diharapkan untuk menggunakan imajinasi mereka dan menikmati cerita ini sebagai karya hiburan.

---

Disinilah Janette, di jendela kamarnya sambil menyenderkan kepalanya ke lengannya dan menatap tangannya sambil membolak-balikkannya ke arah matahari. "Aku penyihir kan? harusnya aku memiliki kekuatan..mana kekuatanku, aku ingin merasakan bagaimana memiliki kekuatan selagi di masa ini" Janette menghela nafas pelan sambil menatap tangan dan jari-jarinya. 

Tiba-tiba ia dikejutkan dengan ketukan di pintu kamarnya, ternyata itu Astara yang langsung berjalan menghampiri nya dan menyerahkan amplop berwarna putih tulang kepada Janette, "Apa ini Astara?" tanyanya bingung sambil menatap amplop itu. "Sudahlah buka saja, aku permisi" katanya singkat dan langsung berlalu dari kamar Janette.

Janette menatap amplop yang terdapat cap khas berwarna hijau yang berbentuk lonjong dan memiliki bentuk gambar bunga magnolia ditengahnya, diujung kanan amplop itu ada ukiran nama pengirim Willowcrest. Janette langsung merasa familiar dengan nama itu, Willowcrest adalah marga keluarga bangsawan yang tingkat kebangsawanannya hampir sama dengan Silverberg. Jika dalam sejarahnya, kepala keluarga Willowcrest terdahulu merupakan sepupu jauh yang membantu keluarga kerajaan yaitu Canterbury dalam mendirikan kerajaan. Namun keluarga Silverberg lebih jauh membantu maka dari itu status bangsawan mereka hanya berbeda sedikit.

Dengan sedikit gugup ia membuka amplop itu dan mengambil kertas berbahan keras dan sedikit kasar seperti kartu undangan, Janette membacanya dengan seksama 'Afternoon Tea Party'. Judul besar termpampang dibagain atas kertas. Dengan ukiran meliuk-liuk berbentuk bingkai dan diujung kiri terdapat sketsa teko yang rapi membuat Janette tersenyum 'Lady Roseanne you are cordially invited to my tea party' Janette membaca dengan seksama sambil mengagumi tulisan tangan yang indah itu. 

Janette menghela nafas, haruskah ia datang? Jika tidak datang, sudah pasti akan jadi omongan kan? Namun, ia takut jika melakukan kesalahan apalagi dia akan bertemu dengan bangsawan-bangsawan yang biasa hanya ia baca dari buku-buku perpustakaan dan buku pelajarannya saja. 

Saat bersantai ditaman kastil pun Janette hanya melamun sambil bersender ke meja dan menenggelamkan wajahnya pada kedua lengannya. "Anne? Ada apa?" suara hangat yang tidak asing lagi ditelinga Janette sedikit membuatnya bersemangat dan menegakkan badannya, "Caden" katanya lirih.

Caden hanya menatapnya datar, "Kau darimana saja?" tanya Janette. "Ada apa?" Caden mengulang lagi pertanyaannya yang membuat Janette mengerutkan dahinya "Tidak..hanya, aku bingung harus datang atau tidak, Lady Willowcrest mengundangku untuk datang pada pesta tehnya. Janette kembali tertunduk lesu "Tidak sudah datang jika tidak mau" sahut datar Caden, "Hah, mana bisa begitu. Apa kata mereka nanti tentangmu?" Janette menggeleng pelan

"Aku akan datang..aku juga ing-" tanggapan Janette langsung dipotong oleh Caden "Tidak usah datang jika tidak mau" katanya lagi, masih dengan nada jutek dan datarnya. Membuat Janette mengkerutkan dahinya kesal kembali "Aku akan datang!" katanya dengan penekanan. "Terserah" Caden langsung berlalu dari taman kastil dengan langkah lebarnya.

"Aneh sekali nada berbicaranya itu, apa dia tidak ingat kenangan lucu tadi malam?" keluh Janette, yah mungkin hanya Janette yang menganggap itu kenangan lucu dan indah. Bukan begitu?

Namun Janette teringat dengan rumor Roseanne yang buruk rupa dalam buku yang selalu dibacanya, mungkin jika ia menampakkan diri rumor itu akan lenyap? fikirnya. 

Besok harinya, Janette tengah bersiap dibantu oleh Astara dan tiga maid lainnya. "Astara.. apa kau bisa memberikan aku saran apa saja yang bisa aku lakukan disana untuk memberikan kesan yang baik?" tanya Janette saat Astara sedang menyisir rambut hitam panjangnya. "Tidak tahu" kata Astara singkat sambil tetap fokus menyisir rambut Janette. 

Janette hanya menghela nafas berat dan kembali menatap dirinya di kaca, ia mengetahui sedikit dari buku yang ia baca bahwa Astara ini merupakan bangsawan kalangan bawah yang sebenarnya sangat tau dan sering mengikuti pesta teh. Astara juga sempat dijadikan Ratu Pesta Teh di kalangan bangsawan menengah sebelum akhirnya keluarga Silverberg mengangkatnya menjadi pengasuh Caden. Sekarang Janette hanya akan berdoa jika buku-buku yang ia baca tentang bangsawan kerajaan Bergheim akan sedikit berguna nanti.

Janette turun dari kereta kudanya dibantu oleh pengawal yang memegangi tangannya pelan. "Terima kasih" ujarnya lembut sambil tersenyum. Pengawal itu hanya tertunduk dan mengangguk perlahan. Janette memasuki pekarangan kastil besar Willowcrest yang tak kalah besar dari kastil Silverberg. Para pelayan yang melihatnya langsung menunduk dan menuntunnya pada taman belakang di kastil Willowcrest yang sangat luas. 

Janette disambut dengan puluhan pelayan yang bersusun disepanjang hiasan bunga yang melengkung seperti pintu masuk. Dengan rumput-rumput hijau yang bergemersik saat Janette berjalan, hamparan bunga berwarna-warni bersusun membuat Janette semakin terpana.

Ditengah-tengah taman bunga luas terdapat rumah kaca yang terlihat banyak sekali bangsawan perempuan yang memakai gaun-gaun cantik sedang bercengkrama. Janette masuk sambil menggenggam pelan gaun berwarna biru tua dengan sedikit keemasan yang membuat kulitnya semakin cerah, tidak lupa liontin yang Janette temukan di lemari Roseanne yang berwarna kristal putih serta rambutnya yang digulung dengan pernak-pernik hiasan cantik dirambutnya, Janette juga memakai sarung tangan putih bersih yang membuat tampilannya tidak berlebihan namun tetap menawan. 

Saat dia masuk, semua orang terdiam dan melihatnya, "Siapa dia? Kau pernah melihatnya? Cantik sekali..",  "Hei..dia penyihir itu kan?",  "Apa? Bagaimana mungkin?"  Janette mendengar bisikan bangsawan wanita diujung sana. Janette yang mendengarnya langsung merasa kesal dalam hati. Namun, seorang wanita dewasa yang tampak sangat cantik dan berwibawa datang menghampirinya, ia tersenyum lembut dan menggandeng tangan Janette. Gaun berwarna putih dengan hiasan bunga magnolia bergerak lembut mengikuti gerak-geriknya. "Roseanne Silverberg?" tanya nya dengan senyum manisnya. 

Janette langsung sedikit tersipu malu saat nama akhirnya diubah menjadi marga keluarga Caden. Saat menatap wajah wanita itu, membuat Janette sedikit berkilas balik pada buku silsilah keluarga bangsawan yang menyertakan sketsa wajah Lady Willowcrest yang menawan. Janette menunduk sedikit sambil tersenyum "Saya, Lady Willocrest", "Ah..Jangan memanggil begitu, kita sudah menjadi sepupu jauh saat kau menikahi Caden sayang.. Panggil aku Seraphina saja ya?" ujarnya lembut, sejujurnya Janette tidak terlalu mendengarkan perkataan Lady Willowcrest itu. Ia sibuk menikmati pemandangan wajah cantik wanita yang bernama Seraphina Willowcrest yang sangat menawan.

Janette dipersilahkan duduk disebelah Lady yang dia tidak tahu namanya, ia memakai gaun berwarna hijau tua dengan hiasan berwarna cokelat oak yang menghiasi lengannya dan pinggang rampingnya. Janette menunduk hormat namun Lady itu langsung memalingkan wajahnya. 

"Memang buruk rupa" gumamnya.

Janette yang mendengar hal itu sedikit terkejut, buruk rupa apanya? fikirnya bingung. Mungkin jika lady ini memiliki laki-laki yang disukainya akan bisa kurebut dengan mudah. Janette berfikir sambil melirik tajam Lady disebelahnya ini.

Karena tidak mau suasana hatinya runyam, ia melihat ke samping kirinya dan terlihat Lady dengan gaun berwarna merah muda dipadukan dengan warna biru terang. Wajahnnya terlihat ramah dan ia kembali melirik Janette lalu tersenyum "Roseanne, hai. Senang berkenalan denganmu" dia tiba-tiba terkikik kecil sambil mengulurkan tangannya.

"M-maaf aku tidak tahu namamu" kata Janette sambil membalas uluran tangan Lady ini dengan ragu-ragu."Violetta, namaku Violetta Eldoria" ujarnya senang seperti anak kecil.Ah, bangsawan menengah Janette tidak pernah membaca detail silsilah bangsawan menegah karena ia hanya fokus pada bangsawan kelas atas dan keluarga kerajaan. Pantas saja dia tidak mengenali Violetta "Hei, Violetta payah, untuk apa kau mengobrol dengan penyihir itu?"

Tiga orang Lady tiba-tiba datang kedepan meja Janette dan Violetta.


𝐀𝐄𝐓𝐄𝐑𝐍𝐔𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang