Chapter X

43 10 1
                                    

PERINGATAN!!! Cerita ini sepenuhnya fiksi dan tidak didasarkan pada peristiwa atau orang nyata. Karakter, tempat, dan kejadian dalam cerita ini adalah hasil imajinasi penulis. Setiap kemiripan dengan orang atau peristiwa nyata adalah kebetulan semata. Pembaca diharapkan untuk menggunakan imajinasi mereka dan menikmati cerita ini sebagai karya hiburan.

Roseanne dibuat panik saat Caden kembali terbatuk namun kali ini Caden terbatuk sambil memegangi dada kirinya. Caden menahan rasa sakit itu sampai akhirnya terkulai lemas di sofa. 

"T-tidak...tidak apa-apa Anne, aku tidak apa-apa" katanya lirih saat Roseanne buru-buru menghampirinya dan membantunya kembali duduk.

"Caden..aku panggilkan tabib istana ya? Mungkin Ghunter juga ada di barak pengawal istana" Roseanne sedikit kesusahan saat ingin membantu Caden bersandar ke sofa karena tubuh Caden terasa berat di tangan kecil Roseanne

Namun, lengan Roseanne ditahan oleh Caden "Tidak...aku akan baik-baik saja sebentar lagi Anne" kata Caden lirih sambil memegangi dadanya dan terbatuk sesekali. Hal ini membuat Roseanne kebingungan, "Baiklah, namun biarkan aku meminta air hangat pada mereka ya?" perlahan Roseanne melepaskan genggaman tangan Caden di lengannya. Caden hanya mengangguk lemah sedangkan Roseanne langsung bergerak cepat menemui salah satu pengawal didepan kamarnya dan meminta seteko air hangat dan obat batuk persediaan istana. 

Setelah semuanya datang, Roseanne perlahan membantu Caden yang masih terkulai lemas disofa, "Kau yakin tidak ingin meminta obat pada tabib?"  Roseanne perlahan meminumkan air hangat dan obat yang diberi oleh tabib istana yang bahkan tidak diizinkan masuk untuk sekedar mengecek keadaan Caden. "Tidak ada yang boleh tau aku sedang sakit, Anne." ujar Caden pelan

"Sakit itu manusiawi Caden" tegas Roseanne. "Jika sampai tersebar bahwa aku sedang sakit, maka banyak ancaman berbahaya yang bisa saja mendatangi kerajaan ini terutama padamu" ucapan Caden sontak membuat Roseanne terdiam. Tuntutan macam apa itu, sakit pun tidak boleh?

Beberapa saat berlalu, Roseanne pun menyuruh Caden untuk beristirahat di kasur besar yang ada dikamar itu dan Roseanne yang akan tidur disofa. Walaupun melibatkan perdebatan yang panjang, Caden pun mau untuk tidur di kasur setelah diancam Roseanne akan membocorkan sakit ini pada tabib istana. 

Cadenpun berjalan sempoyongan menuju kasur, dan langsung memejamkan matanya setelah merebahkan badannya ke kasur. Roseanne hanya menghela nafas dan duduk di sofa sambil mengunyah cemilan dan berfikir mengapa batuk Caden sampai separah itu. 

Roseanne merebahkan dirinya di sofa, menatap langit-langit kamar sambil memikirkan apa yang dilakukan tubuh modernnya di masa depan. Apakah ia adalah Roseanne yang sejati, atau hanya rohnya yang memasuki tubuh ini, tidur tanpa kesadaran sejak ia terjaga di abad ini?

Sedang asyik melamun, Roseanne dikejutkan dengan suara mengigau yang dikeluarkan oleh Caden, suasana malam yang hening membuat semua suara menjadi terdengar dengan jelas. Roseanne pun berjalan perlahan dan duduk ditepi kasur, terlihat Caden yang bergerak gelisah menggigil sambil mengeluarkan suara parau yang tidak jelas dan mengeluarkan keringat dipelipis dahinya. Roseanne perlahan memegang dahi Caden dan merasakan hangat dipunggung tangannya. 

"Demam.." gumamnya.

Roseanne melihat perapian yang belum menyala dan segera berusaha mencari cara untuk menyalakannya.  Namun tiba-tiba ia menepuk dahinya pelan "Aku kan punya sihir.." ingatnya. Roseanne berdiri didepan perapian yang telah tersusun beberapa kayu bakar dan perlahan mengayunkan tangannya sambil membayangkan api yang akan membakar kayu itu, Roseanne sedikit terkejut saat merasakan energi panas mengalir didalam tubuhnya dan perlahan menjalar menuju lengannya dan berkumpul disatu titik yaitu jari telunjuk Roseanne.

Dengan cepat api melesat melalui jarinya dan membakar kayu bakar, namun lama-kelamaan api tersebut menjadi sedikit besar dan hampir keluar dari area perapian membuat Roseanne panik karena tak jauh dari perapian ada tirai yang bisa saja disambar oleh api dan akan menyebabkan kebakaran. Roseanne menghela nafas sebentar untuk menenangkan diri, ia pun mencoba kembali namun kali ini ia perlahan meredakan energi api tersebut dari tubuhnya dan membuat api diperapian perlahan menjadi normal. 

Roseanne perlahan tersenyum, perhatiannya kembali teralihkan pada Caden yang masih gelisah. Setelah menyalakan perapian dan menyelimuti tubuh Caden, Roseanne merasa seperti tidak ada perubahan yang begitu signifikan. Bahkan sekarang Caden meringkukkan tubuhnya karena merasa menggigil.

 Senyum Roseanne kembali meredup "Apa lagi yang harus kulakukan, jika perapian tidak berpengaruh, apalagi hanya sekedar memberikan kompres air hangat," keluhnya pelan.

Roseanne kembali duduk disebelah Caden dan memperhatikan wajah Caden. "Apa aku bisa mengalirkan energi panas ini ketubuhnya agar ia tidak mengigil?" gumamnya "Namun, jika aku lepas kendali lalu ia menjadi gosong bagaimana" raut Roseanne berubah menjadi ngeri seketika.

 Roseanne terus memperhatikan Caden, yang membuatnya akhirnya mecoba untuk membantu Caden agar bisa tertidur, "Hangat, perlahan..yah kau pasti bisa" gumamnya.

Roseanne perlahan menempatkan telapak tangannya di atas dada Caden, dan dengan perlahan menyalurkan energi panas. Awalnya, ia merasa agak kesulitan karena harus mengontrol energi panas yang mengalir di seluruh tubuhnya, sambil memastikan alirannya perlahan meresap ke tubuh Caden.

Namun ketika melihat otot wajah Caden yang mulai mengendur, nafasnya mulai teratur dan posisinya tidak meringkuk seperti tadi membuat Roseanne tersenyum kecil. 

Pagi hari Roseanne terbangun dan mendapati dirinya sudah terbaring dikasur sambil memeluk bantal dengan nyaman, ia mengernyit perlahan dan melihat disebelahnya Caden sudah tidak ada. Saat bertanya pada pelayan yang membantunya mandi dan berpakaian, Caden sedang bertemu dengan raja di aula kerajaan. 

Sarapan Roseanne sudah tersaji di meja makan kecil di kamar itu. Ia menikmati makanannya sendirian setelah diberitahu oleh pelayan bahwa Caden akan sarapan bersama anggota keluarga kerajaan dan beberapa bangsawan yang menginap semalam. Roseanne tidak memusingkan hal tersebut dan hanya mengangguk pelan sambil mengunyah makanannya.


𝐀𝐄𝐓𝐄𝐑𝐍𝐔𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang