Chapter XV

29 3 0
                                    

PERINGATAN!!! Cerita ini sepenuhnya fiksi dan tidak didasarkan pada peristiwa atau orang nyata. Karakter, tempat, dan kejadian dalam cerita ini adalah hasil imajinasi penulis. Setiap kemiripan dengan orang atau peristiwa nyata adalah kebetulan semata. Pembaca diharapkan untuk menggunakan imajinasi mereka dan menikmati cerita ini sebagai karya hiburan.

---

"Kau..sejak penyihir ini keluar dari kereta, kau menjadi tidak fokus dan mengabaikanku. Aku tak suka diabaikan" katanya sinis sambil menatap Caden dengan terus menempelkan pedangnya kearah leher Roseanne. 

"Lepaskan dia" desis Caden pelan sambil menggengam pedangnya lebih erat. 

"Ah, inikah kelemahanmu Yang Mulia Caden?" katanya sambil terkekeh pelan, "Penyihir tak berguna ini? Taukah hal yang paling kubenci didunia?" sambungnya sambil mencengkram rambut belakang Roseanne yang membuatnya meringis kaget. 

Melihat itu Caden dengan cepat langsung melangkah kedepan, "Ah, Tidak..tidak dengarkan aku dulu" kata sang perompak sambil membelai leher Roseanne dengan pedang. Kepala Roseanne yang mendongak membuatnya lebih mudah untuk menggores leher Roseanne kapan saja yang ia mau. Caden langsung berhenti dan terlihat marah dengan urat lengannya yang mengencang karena menggenggam pedang terlalu erat diikuti dengan wajahnya yang memerah.

"Aku sangat benci diabaikan saat bertarung, mengapa? kau merasa aku terlalu mudah untuk dikalahkan? melihatmu mengkhawatirkannya sambil mengayunkan pedang padaku membuatku muak. Sangat menjijikkan" Caden sedari tadi tidak terlalu mendengarkan dan hanya menatap Roseanne dengan tatapan khawatir, terlihat leher Roseanne tersayat dan mengeluarkan setetes darah berwarna biru tua. 

"Aku bilang jangan mengabaikanku!" teriaknya kesal sambil melempar Roseanne ketanah dan berlari gesit menuju Caden, "Anne!" pekik Caden terkejut. Roseanne masih terduduk lemah ditanah karena merasa terkejut dan belum bisa mencerna situasi. 

Namun ketika Caden telah bersiap menyerang balik, ia lengah dengan pemanah yang masih menunggu diatas pohon dan membuat dua anak panah tertancap cepat ke lengan serta dadanya. Roseanne yang melihatnya langsung berteriak histeris memanggil nama Caden, ia terlalu mengkhawatirkan Roseanne. 

Dalam kepalanya hanya ada Roseanne Roseanne dan Roseanne yang belum bisa ia lindungi, ketakutan luar biasa menjalar pada tubuh Caden membuatnya mengingat kembali betapa menyakitkannya ketika dulu orang tuanya dibunuh didepan matanya namun Caden tak bisa berbuat apa-apa dengan tubuh kecilnya. 

Caden langsung berlutut merasakan sakit luar biasa pada dada serta lengannya, panah kembali melesat kencang pada bahu kirinya. Ia tak bisa memikirkan apapun selain rasa panik serta takut yang membuatnya sesak. Air mata luruh dipipi Caden dengan nafasnya yang tersengal-sengal menahan sakit serta serangan panik yang ia rasakan. 

Mata Roseanne melebar saat melihat anak panah dengan mudahnya menusuk tubuh Caden, Roseanne langsung menembakkan lagi bola api pada pemanah namun meleset. Kali ini sang pemanah sangat lincah, membuat satu pohon tumbang karena terbakar dan meledak. Roseanne berusaha menarik nafasnya dan meyakinkan diri agar kekhawatiran tidak membuatnya lengah. 

Tak disangka sang perompak berpedang menyerangnya, namun dengan cepat ia menahan dengan elemen angin. Kekuatan berenergi putih keabu-abuan itu keluar dengan cepat dari telapak tangan Roseanne dan melindungnya dari serangan itu. Sang perompak kembali menarik pedangnya dan hendak merubah arah serangannya.

"Awas.."  suara lirih terdengar ditelinganya, suara ringan seperti angin yang lewat ditelinganya membuat tingkat kewaspadaanya naik. Roseanne langsung mengetahui panah sedang melesat kearahnya, dengan cepat ia membalut anak panah yang sedang melesat dengan energi anginnya dan merubah arahnya pada sang perompak berpedang. Belum sempat bereaksi apa-apa dengan gesit Roseanne memutar tubuhnya sambil menembakkan cahaya merah dengan api yang langsung membakar tubuh sipemanah. 

Roseanne menatap si perompak berpedang yang telah terkulai dilantai, "Siapa yang menyuruh kalian?" katanya sambil berusaha membuka penutup wajah sang perompak. Namun belum sempat Roseanne melihat wajahnya, Pria itu seperti menggigit bungkusan dan dengan cepat membuatnya menghilang. 

Roseanne merasa kesal karena tidak bisa mendapat informasi apapun, namun perhatiannya teralihkan pada Caden yang terbaring lemah masih dengan nafas tersenggal dan bibir yang pucat. Roseanne sadar ia tidak bisa mengangkat tubuh besar Caden sendirian, maka dari itu ia menggunakan energi anginnya untuk mengangkat tubuh Caden dan mendudukkannya dalam kereta. 

Saat mengangkat tubuh Caden dengan energi nya, Roseanne melihat kusir lain ternyata sudah tertusuk panah dan mati tergeletak ditempat kusir. Setelah meletakkan tubuh Caden didalam kereta, kusir yang tadi terlihat menutup matanya sambil terduduk dipojok kereta. "Apakah ia pingsan?" gumam Roseanne.

Saat menempatkan Caden duduk didalam kereta. Mata Caden terbuka pelan "Anne...Anne" gumamnya sambil berusaha meraih dan menggengam tangan Roseanne. Roseanne dengan raut sedih duduk disebelah Caden, "K-kau terluka? Aku tidak berguna..maafkan aku, m-maafkan aku Anne" suara Caden langsung berubah pilu sambil menahan tangis. Nafas Caden kembali tersengal-sengal sambil mencengkram lengan Roseanne "Jangan tinggalkan aku, jangan terluka.." suaranya parau dengan air mata yang mengalir.

Roseanne sedikit terkejut namun dengan lembut menyeka air mata Caden, "Caden aku tidak apa-apa, kau lah yang harus kusembuhkan" Roseanne mencoba tersenyum kecil untuk menghibur kekhawatiran Caden. Padahal sudah jelas yang sedang butuh bantuan adalah Caden, Roseanne kembali berfikir apakah menggunakan energi api atau angin atau adakah kekuatan lain yang bisa menyembuhkan Caden sekarang. 

"Anne..jangan terluka, jangan tinggalkan aku" Caden meracau mengatakannya berkali-kali sambil terbatuk dan mengeluarkan darah merah segar dari mulutnya. 

Beruntungnya aku setelah melakukan ritual , alam semesta menghadiahi ku kekuatan yang sama seperti ibu. Sejak dulu aku selalu kagum saat melihat ibu menghukum penjahat dengan memasukkan mereka ke dunia loop waktu milik ibu. Bagaimana cara ibu mengumpulkan energi waktunya dan membuatnya bisa melakukan apapun sesuai perintah ibu?

Lembaran buku harian Roseanne asli mendadak terbayang dalam kepala Roseanne.

"Kekuatan waktu? apakah bisa kucoba untuk menyembuhkan Caden?" gumamnya, melihat Caden yang semakin lemah dengan darah yang ada dibajunya membuat Roseanne merasa tidak ada waktu lagi untuk sekedar berfikir tanpa mencoba. Roseanne menarik nafas dan memfokuskan energinya disekeliling tubuh Caden, dengan satu tangan tentunya. Karena satu tangan lainnya digenggam kuat oleh Caden.

Sinar berwarna hijau mengalir mengelilingi tubuh Caden, lama-kelamaan membentuk pembatas tipis hijau. Roseanne perlahan membayangkan kemunduran waktu hanya untuk sel-sel tubuh Caden saja, kembali ke Caden yang sebelumnya sehat dan baik-baik saja. Perlahan panah-panah yang menancap menghilang menjadi debu diikuti dengan luka Caden yang menutup sempurna.

Hal ini tentu berdampak buruk pada Roseanne, perlahan ia merasakan pusing serta tenggorokannya yang tercekat. Rasa seperti tercekik, namun ia tidak memperdulikan hal itu. Caden kembali pulih tanpa ada bekas luka baru maupun tancapan panah ditubuhnya, Roseanne melepaskan energinya dan segera menahan tubuhnya agar tidak limbung. Caden yang sudah sadar dan membuka matanya langsung memeluk erat Roseanne. 


𝐀𝐄𝐓𝐄𝐑𝐍𝐔𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang