PERINGATAN!!! Cerita ini sepenuhnya fiksi dan tidak didasarkan pada peristiwa atau orang nyata. Karakter, tempat, dan kejadian dalam cerita ini adalah hasil imajinasi penulis. Setiap kemiripan dengan orang atau peristiwa nyata adalah kebetulan semata. Pembaca diharapkan untuk menggunakan imajinasi mereka dan menikmati cerita ini sebagai karya hiburan.
---
"Sedang apa kau?" Ucapan Astara yang mendadak muncul didepan pintu kamarnya membuat Janette terkejut hingga terjatuh, "Ahh..sakit" katanya sambil memegang pinggangnya.
"Astara, lihat ini warna bajuku sangatlah suram. Aku ingin memakai gaun yang sedikit cerah esok" kata Janette sambil menatap lemari kayunya dan Astara bergantian, tidak lupa dengan tangannya yang berkacak pinggang.
"Baru sadar?" ketus Astara. "Ugh..kau seperti ibu tiri" Janette kembali mencoba membongkar isi lemarinya atau mungkin dapat dikatakan lemari Roseanne, berharap ada gaun yang sesuai dengan seleranya untuk dikenakan besok. "Sudahlah, aku yang menyusun gaunmu saat kau pertama kali pindah kesini dan tidak ada baju yang kau harapkan. Hilangkan harapanmu itu" Astara menyilangkan tangannya didada sambil masih berdiri diambang pintu.
"Lebih baik sekarang kau datangi Caden dan minta padanya" sambung Astara, Ah Janette teringat dengan adegan dirinya digendong Caden tadi sore membuatnya malu sendiri. "Hei, Kau seperti orang gila jika senyum-senyum begitu" Astara menatapnya aneh. "Caden dimana?" Janette tidak mengidahkan pernyataan Astara yang sebelumnya.
"Diruangannya, haruskah kuantar yang mulia?" kata Astara sedikit sarkas. Namun Janette malah mengangguk "Ya, benar.. tolong antar aku Astara" katanya sambil berjalan menghampiri Astara. Astara hanya menghela nafas pelan "Berhentilah menyiksa wanita tua ini".
"Kau sudah tua? kukira kau hanya berbeda umur sedikit denganku" kata Janette sedikit berbohong. "Sudah cukup dengan perkataan bohongmu itu" kata Astara sambil melirik Janette tajam namun terlihat rona pipinya yang muncul tipis.
Sesampainya diruangan Caden, disana Janette mengintip sedikit dari pintu. Namun ia tiba-tiba merasakan tubuhnya didorong oleh seseorang hingga akhirnya ia terlihat oleh Caden beserta Ghunter pengawal pribadi serta penasihat Caden. Janette langsung menunjukkan muka cemberut sambil melihat ke arah Astara yang mendorongnya lalu langsung berjalan anggun namun cepat ke arah lain.
Janette langsung tersenyum kaku "Yang Mulia Caden..boleh aku masuk?" katanya sedikit tidak tahu malu. "Silahkan saja Yang Mulia" Ghunter tersenyum lebar sambil menatap Janette dan Caden bergantian, walaupun muka Caden masih dengan ekspresi datarnya. Janette masuk sambil melihat ruangan kerja Caden yang cukup luas, tak sengaja mata Janette kembali melihat pedang mewah Caden yang terus-terusan membuatnya kagum. Namun tiba-tiba Ghunter langsung menghalangi pandangannya dan menuntunnya untuk duduk membelakangi pedang Caden "Ah..Silahkan duduk yang mulia Roseanne".
"Ada apa?" tanya Caden singkat. "Itu..Yang Mulia..umm..." Janette hanya menggenggam gaun biru tua nya pelan, tak sengaja ia melihat Ghunter maupun Caden menatapnya sambil menunggu membuatnya semakin gugup. "Seluruh isi lemariku berisi gaun berwarna gelap, aku tidak mau memakainya besok..aku ingin gaun yang cerah" katanya tanpa sadar dengan bibirnya yang cemberut. Setelah beberapa saat Janette pun tersadar dan langsung berdehem sambil membetulkan posisi duduknya.
Melihat itu Ghunter hanya tertawa kecil,"Untunglah, sejak awal aku tidak pernah percaya rumor Lady Roseanne itu buruk rupa.." namun suara tertawanya itu terhenti karena ditatap oleh Caden. "Bersiaplah, sebentar lagi kita akan ke butik Nona Paradise" kata Caden singkat membuat Janette tersenyum cerah. Janette pun mengangguk dan berdiri meninggalkan ruangan Caden.
Janette sedikit terkejut saat memasuki kereta kudanya, ternyata Caden juga disini. Ia kira Caden akan ada di kereta lain mengingat Caden sangat dingin padanya. Janette duduk berhadapan dengan Caden, sungguh nikmat memandang wajah Caden selama perjalanan. Namun Caden nampak sedikit gelisah karena berkali-kali membetulkan posisi duduknya dan berdehem "Kau butuh sesuatu?" Janette berusaha berinisiatif setelah melihat Caden yang gelisah, Caden hanya mengagguk pelan "Apa? biar ku bantu sebisaku" Janette mengangguk untuk meyakinkan Caden bahwa dia bisa membantu. "Berhenti melihatku, hanya itu yang kubutuhkan" kata Caden sambil mengalihkan pandangannya ke arah jendela kereta membuat Janette terdiam malu karena ketahuan memperhatikan wajah indah Caden.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐄𝐓𝐄𝐑𝐍𝐔𝐒
Fantasy"Pagi bu, Saya ingin meminjam buku ini", Seorang mahasiswi cantik menyerahkan buku sejarah tebal ke perpustakawan. "Really Janette? Kamu sudah meminjam buku ini yang ke sepuluh kalinya!" Bu Margarete menghela napas panjang sambil mengetik nomor ser...