1. Daku Tetap Ingin Menjadi Kekasihnya!

443 10 0
                                    

Namaku Fitzninaelja, dan udah sih itu aja soalnya namaku cuma satu kata. Nggak kayak teman-temanku yang namanya bisa sepanjang doa ibu. Tapi karena namaku ini agak susah diucapkan, Mama bikin nama panggilan Fifi biar lidah teman-teman TK-ku dulu nggak keseleo.

Kek kenapa sih bikin nama ribet banget padahal akhirnya juga cuma Fifi?!

Kalau kata teman-temanku sekarang nama Fifi tuh jadi nggak cocok sama penampilanku. Terlalu imut-imut dan polos. Kurang sangar dan gahar katanya.

Masa cewek anggota inti geng motor namanya Fifi? Kayak nama penyanyi cilik!

Tapi apalah arti sebuah nama.

Teman-temanku isinya cowok-cowok yang biasa nongkrong dan balapan motor tiap malam. Kami berlima sudah berteman sejak SD dan aku adalah satu-satunya cewek di antara keempat temanku. Awalnya sih, sampai kemudian mereka punya pacar dan pacar mereka jadi temanku juga.

"Gue pasti perhatian banget kalau jadi cewek orang," kataku ke kaca kafe yang memantulkan wajahku. "Mana muka gue cakep banget lagi. Mulus nggak belang, nggak ada jerawat."

Mama dan Papa mewariskan gen yang premium untukku. Badanku lumayan tinggi, nggak kurus-kurus amat, kulitku bersih nggak ada bekas luka, dan mukaku enak dipandang. Duh, nggak usah bahas detail-detail deh soal mukaku, malu soalnya. Pokoknya banyak orang bilang aku mirip Mama, banyak banget sih malah. Apalagi di media sosial tempat Mama biasa memposting foto kami berdua.

"Iye-iye, anak artis pede bener. Lo emang cakep Fi, kenapa lu nggak jadi artis juga kayak nyokap lo? Kalo elo main film terus banyak uang kan bisa traktir kita-kita yang pengangguran nih," kata Dewa, temanku yang kini mencomot kentang goreng milik Reana pacarnya.

Reana memberikan tatapan maut pada tangan Dewa dan segera merebut balik makanannya. "Ih ini kan punyaku!"

"Ebuset pelit banget, Yang. Minta satu aja masa nggak boleh sih?" tanya Dewa dengan muka sok melas pada pacarnya.

"Nggak boleh!"

"Satuu ajaaa, kan aku juga yang bayar," keluh Dewa.

"Tapi tadi katanya beliin buat aku," gerutu Reana.

"Ya kan pengen nyicip juga dikit. Kayaknya enak tuh, tapi ayangku lebih enak sih, enak dipeluk hehe," kata Dewa sambil nyengir.

"Ya udah boleh, satu aja. Nih, aaa," kata Reana yang sekarang sudah merona merah, ia lalu menyuapkan kentang goreng itu ke mulut Dewa. Dewa langsung senyum semringah dan mencium pipi Reana.

Oh Tuhan ... ini yang hamba mau.

Kecuali bagian nyicip-nyicipnya skip aja nggak apa-apa, ya Tuhan.

Hamba pengen punya pacar. Hamba ingin bermanja-manja ria tiap hari sama pacar hamba. Biar dikata alay hamba nggak peduli yang penting hamba bisa pacaran dan pacar hamba nggak doyan selingkuh.

Ups, Fifiii nggak boleh minta yang macam-macam. Nggak boleh pacaran!

Tapiii aku tuh pengen banget, banget, banget pacaran! MAU!

Nggak tau kenapa, tapi pacaran kayaknya emang asyik. Kayaknya kalau ada cowok baik yang merhatiin aku tiap hari aku bakal bahagia banget.

Bayangin berangkat ke kampus di jemput, pulang di antar. Makan di kantin bareng, nanti nongkrong juga nggak cuma jadi obat nyamuk. Nanti bisa teleponan sama chatting kalau malam-malam kangen. Belum lagi kalau pacarku nanti ganteng, romantis, humoris, nggak sombong. Beuuh, amin, amin Tuhan, hamba mauuu.

"Lo berdua kalau mau main boleh, tapi bisa nggak sih di rumah aja? Jijik gue lihatnya. Orang mau nongkrong biar pikiran santai malah disuguhi kelakuan norak kalian."

Hello, Fifi!🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang