Aku kira ya ... waktu Miki kirim pesan "Nanti" itu artinya Nggak usah mimpi lu! Tapi ternyata cowok itu serius.
Jam sudah menunjukkan pukul 13.00, masih ada satu jam sebelum kelas siang. Aku turun dari kasur rumah sakit yang nyaman, mencangklong tas, lalu membuka pintu kamar dan jeng-jeng! Ada Miki berdiri tepat di depan pintu!
"Ngapain lo?" tanyaku canggung soalnya Miki cuma berdiri di ambang pintu. Cowok itu hanya berdiri di sana, nggak memanggilku atau sekadar menyapa, 'Hei, pa kabar?'
"Ayo," katanya. Dan gitu aja, dia sudah balik badan duluan berjalan menuju ke lift.
Ta-tapi-tapi! Miki datang beneran loh! Jemput aku! Aaaw! Biasanya juga aku yang ribet merecoki di grup kalau cowok-cowok itu nggak segera kumpul.
Akhirnya aku mengekori di belakang Miki seperti anjing baik. Kami diam-diam saja sepanjang perjalanan menuju parkiran rumah sakit. Setelah kami duduk manis di dalam mobil, barulah Miki bersuara.
"Lo udah jadi topik hangat lagi di kampus," kata Miki sembari menyetir mobil keluar dari area rumah sakit.
"Wah, alangkah senangnya," sahutku masam. "Terus habis ini gue bakal muncul dari mobil lo di parkiran kampus, beuh masalah bakal meledak. Gue udah mau pesan taksi tadi."
Miki nggak menyahut ujaranku. Ya sudahlah, kualihkan perhatianku ke dashboard mobil. Tapi setelah kuteliti lagi ternyata nggak ada kamera di sana.
"Sebenarnya kamera yang lo pakai sekecil apa sih?" tanyaku.
"Ada deh," jawab Miki.
"Mana tunjukin dong," keluhku.
"Udah gue lepas," kata Miki.
Akhirnya aku menyandarkan diri di jok dengan kecewa. Bad mood ih, apalagi rasa berbunga-bunga yang biasa kurasakan saat bertemu Miki nggak bisa bersemi gara-gara badanku masih syok tertusuk kaca tadi.
Sakitnya belum terasa lagi sih tapi aaargh pokoknya bad mood! Itu si Nayulalala nggak adil banget! Mentang-mentang waktu itu nggak sengaja kuserempet tapi kan dia sendiri yang salah udah tau motorku kencang malah sengaja menghadang.
Mobil Miki berbelok ke ... lah arah ini berlawanan dengan jalan menuju kampus.
"Heh! Lo mau bawa gue ke mana?!" seruku. "Kita kan ada kelas habis ini!"
"Lo nggak baca grup kelas ya?" tanya Miki dengan santai.
"Grup kelas?" beoku. Kubuka ponselku dan ... sialan. "Anjir! Nggak jadi kelas?!"
Diriku masih meratapi pengumuman dari ketua mata kuliah ketika ponselku tiba-tiba bergetar. Seseorang yang nama kontaknya belum sempat terbaca meneleponku. Karena kaget, jemariku nggak sengaja menekan tombol terima dan suara cowok lebay yang familiar pun terdengar.
"Fitznina! Kamu di mana? Di rumah? Puskesmas? Rumah sakit? Klinik? Kamu nggak apa-apa kaaan?" tanya Kak Jihan alias Yanda bertubi-tubi. "Katanya tangan kamu berdarah loooh! Katanya parah! Ayo cepetan jawaaab!"
"Berisik banget sih lo!" seruku tepat ke ponsel.
Tawa lepas Yanda terdengar dari ponselku. "Jadi gimana kabarnyaaa? Kamu nggak lagi nangis kan? Utututu kasihan banget Fitznina, shareloc sekarang cepat biar aku bisa jenguk kamu! Nanti aku bawain ayam goreng!"
"Heh ayam goreng lo--" Kalimatku terpotong. Miki tiba-tiba merebut ponselku lalu memasukannya ke laci dashboard. "Miki apa-apaan sih lo! Main rebut aja! Balikin!"
Aah padahal ada beberapa hal yang mau aku tanyakan ke Yanda. Aku lalu mengulurkan tangan ke laci dashboard, berniat membuka lalu mengambil ponselku. Tapi Miki malah mencekal tanganku cukup kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Fifi!🔞
RomanceFifi ingin menjadi pacar ketua geng motor yang sudah lama ia puja, Miki. Namun, ternyata Miki sudah menjadi selingkuhan Nayula yang masih berpacaran dengan Yanda, si ketua geng musuh mereka. Demi mencegah kerusuhan antar geng motor, Fifi akhirnya di...