Aku pernah lihat Miki mimisan. Waktu itu Miki berantem sama Gaib, karena Gaib nggak sengaja menabrak dan mematahkan kaca spion motor Miki. Mereka saling tinju dan Gaib menghantam hidung Miki. Darah lalu menetes dan Miki makin murka. Aku ingat harus menyumpal hidung cowok itu pakai tisu sambil memohon-mohon biar dia mau ke rumah sakit.
Sekarang hidung bangir Miki tengah menempel di leherku. Sesuatu yang selama ini cuma berani kubayangkan.
"Gue sayang sama lo, gue beneran sayang sama lo Fi," bisik Miki. Jemari Miki terentang di punggungku, terasa geli karena aku nggak biasa dipeluk. Namun, tiba-tiba pelukan Miki menguat hingga aku terkesiap. "Sialan! Gue mau lo cuma ada buat gue! Kenapa di antara semua cewek di dunia ini gue malah gila sama lo, Fi?!"
Kalimat Miki seakan bergema dalam kepala ini, gema itu lalu merambat turun sampai ke jantung dan Dug! Dug! Dug! Jantung serta hatiku kesetanan mendengar itu!
"Ha-ha?" sahutku, "Ma-maksud lo gimana? Bukannya lo--"
Miki dengan cepat melonggarkan pelukan tapi kedua tangan memegang pundakku, mencegahku menjauh. Air mata Miki membasahi pipi, tapi ekspresi cowok itu tegas. Mata Miki menatap langsung mataku ketika berkata, "Lo dengar gue kan? Gue sayang lo, Fi. Fifi cuma milik gue seorang."
Aku sering membayangkan kalimat itu. Tapi nggak pernah sekali pun kata itu terucap di bibir ini.
Fifi cuma milik Miki seorang.
Tapi Fitznina cuma cewek cemen yang nggak berani ngomong langsung ke Miki. Padahal selama ini aaah hatiku cuma ada buat Miki, tapi ... tapi kalau tiba-tiba begini.
Gue sayang lo, Fi.
Rasanya pengen banget teriak ITU BENERAN LO SAYANG GUE?!
Bentar tapi kan lo bilang benci gue? Terus kemarin maksudnya apa coba ngeluarin aku dari geng? Tambah ada si Nayula, tambah lagi ada grup itu Mikiii?! Tapi yang paling penting hubungan lo sama Nayula itu apa?!
"Lo--lo mabuk ... ya?" tanyaku ragu-ragu.
Mendengar pertanyaanku, mata Miki menggelap dan tatapannya turun ke oh ya ampun Miki.
"Lo tau bau alkohol, Fi." Miki mendekatkan bibirnya ke bibirku lalu berkata seakan mau aah! "Lo nyium bau alkohol sekarang? Nggak kan?"
Nggak, nggak ada bau alkohol di badan Miki. Malahan ada bau segar sabun mandi dan mouthwash, aroma lemon tipis yang nakal. Tapi fokusku terpecah antara aroma itu dan kenyataan kalau kami sekarang terlalu rapat.
Baju minim yang kuanggap santai ini tiba-tiba berubah menjadi terlalu memamerkan badan, seksi, binal, nakal. Gara-gara cara Miki memperlakukan tubuh ini. Karena pelukan dan kulit kami yang bersentuhan, tubuhku seketika memanas.
Tangan Miki lalu meraih daguku, membuatku mendongak. "Bibir lo ... Eka beneran nyium lo? Di bibir hmm?"
Jempolnya menekan bibir bawahku. Oh ya Tuhan ... ya Tuhan, Miki nyentuh bibirku. Dan tatapannya itu dalaaam banget, Miki natap aku seakan-akan ... aku ini dunianya.
"Tapi lo bilang benci gue," kataku. "Kenapa malah ..."
Kalimatku terhenti karena Miki mendekatkan bibir. Mata kami terkunci satu sama lain ketika ciuman yang selama ini kudambakan akhirnya jadi kenyataan. Bibir Miki yang jarang tersenyum itu ternyata terasa lembut dan kenyal. Entah kenapa aku malah memikirkan cowok sejantan Miki punya bibir yang seksi.
Kecupan manis, satu dua tiga ... terus sampai akhirnya cowok itu memegang leherku dan memperdalam ciuman. Bola mataku mungkin berputar ke belakang tapi pandanganku penuh dengan Miki. Mata Miki yang tegas, hidungnya, plaster luka, apa pun soal Miki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Fifi!🔞
RomanceFifi ingin menjadi pacar ketua geng motor yang sudah lama ia puja, Miki. Namun, ternyata Miki sudah menjadi selingkuhan Nayula yang masih berpacaran dengan Yanda, si ketua geng musuh mereka. Demi mencegah kerusuhan antar geng motor, Fifi akhirnya di...