Sekarang gantian Miki yang menjambak Eka. Cowok itu dengan paksa menarik kepala Eka, sekaligus menarik bagian belakang kerah kemeja Yanda.
"Et! Apa-apaan maksudnya narik gue!" protes Yanda yang masih kukuh memelukku. Kutabok pipi cowok itu hingga berbunyi plak! cukup keras.
"Lepasiiin!" seruku. Akhirnya Yanda melonggarkan pelukan dan aku segera berlari menjauh. Cowok itu segera berekspresi seakan dikhianati padaku, lalu merengut nggak terima ke Miki.
Tapi Miki mengabaikan Yanda dan menatap tajam ke Eka, tangan Miki mencengkeram kerah baju Eka. "Lo nyium Fifi?! Jawab!" bentak Miki ke Eka.
Eka yang kukenal sebagai cowok chill, santai, dan bijak itu, tiba-tiba berubah penuh emosi dan balik menatap garang pada Miki. "Iya! Aku cium Fifi! Aku udah bilang ke Fifi kalau aku suka dia!"
Woeee! Urat maluku melintir mendengar seruan Eka. Tapi sebelum aku sempat menyemburkan entah apa yang mau aku ucapkan karena malu dan bingung--PLAK!
Aku seketika terperanjat. Bahkan Yanda melongo melihat ke mereka berdua. "Waduh," gumam Yanda.
Miki menampar Eka tepat di pipi kiri, tapi Eka nggak bergeming dan malah berekspresi keras ke Miki. Kami berempat terdiam sesaat.
Aku sering melihat Miki tegas ke anggota geng Sakti, baik ke anggota inti atau ke anggota biasa. Yah, Miki memang cenderung emosian, tapi aku nggak pernah benar-benar melihat cowok itu serius marah. Selama ini kami berusaha sedapat mungkin buat nggak kelahi, karena ya apa sih manfaatnya? Itulah yang membuatku suka Miki, tegas, nggak neko-neko, tetap bisa mengendalikan diri. Tapiii kenapa dia tiba-tiba jadi bajingaaan?!
"Lo berengsek," kata Miki ke Eka. Suaranya dingin, marah, dan kecewa. "Selama ini lo cuma sok suci padahal lo sama aja jeleknya!"
"Kamu yang berengsek! Aku cium Fifi karena aku memang cinta dia Sementara kamu mukul Fifi barusan!" sembur Eka ngegas.
"Gue nggak sengaja!" bantah Miki lebih ngegas. Cowok itu nggak merasa bersalah sama sekali. Miki ... ya ampun Miki, teganya kamu ke aku.
"Minimal minta maaf kek ke Fifi," celetuk Yanda. Benaaar!
Tapi Miki langsung menoleh dan menatap galak ke cowok itu, sama sekali nggak melirikku seakan aku ini nggak kasat mata. "Diem lo!" gertak Miki ke Yanda.
"APAAN LO NYOLOT GITU KAN LO YANG SALAH!" seru Yanda dengan begitu kerasnya. Cowok itu mengacungkan jari tengah ke Miki. Kemudian ia menatap ke Eka. "Lo juga! Berani banget lo hiiih cium-cium Fifi pacar gue!"
HAAAARGH! Apaan sih mereka ini malah ribut sendiri-sendiri! Bahuku hikds bahuku masih sakit banget.
"Udaaah!" jeritku ke mereka bertiga. "Kenapa sih kalian! Gue nggak paham kalian ributin apaan! Gue udah dicium tanpa permisi! Pundak gue sakit dipukul! Terus ada cowok nggak jelas ngeyel jadi pacar gue! GUE KENA KARMA MACAM APA INI?!"
Setelah berseru demikian kerasnya, emosiku agak reda tersalurkan. Napasku terengah-engah. Oh Tuhan ... capeknya, capek banget kalo ini mah.
"Alah pulang aja gue! Pusing amat ngurusin kalian!" kataku sambil lalu berjalan cepat ke motor. Bodoh aagh mending pulang terus makan mie ayam!
"Ikuut!" seru Yanda.
"Nggak usah ikut-ikut lo! Bikin ribet aja! Lo--"
Kata-kataku terhenti karena melihat mobil dan motor yang familiar masuk ke area parkir. Mobil Reana kemudian motor Gaib dan Dewa. Mereka berhenti di dekat kami. Dewa dan Gaib segera melepas helm dan menatap penuh tanya ke kami. Mungkin bingung kenapa bisa ada aku, Yanda, terutama posisi Miki yang kini masih mencengkeram kerah baju Eka.
Lalu finalnya dari mobil Reana, keluarlah sesosok tubuh molek yang kaki langsingnya melangkah dengan percaya diri. Aku berdecih melihat cewek itu, siapa lagi kalau bukan Nayula. Di belakang Nayula, Reana mengikuti seperti anjing yang ekornya terselip di antara kaki.
Nayula menatap heran ke kami berempat, tapi cewek itu dengan sengaja mendengus ke Yanda. Yanda menanggapi itu dengan nyengir sombong.
"Kenapa ini?" tanya Nayula ke Miki. "Bukannya kamu ke sini mau jemput Eka ya? Kenapa malah ada mereka berdua?"
"Mereka berantem," celetuk Yanda. Kemudian dengan lebih jahil ia berkata, "Soalnya si cowok Eka itu nyium Fifi. Hmm terus kayaknya Miki-Miki itu cemburu tapi karena nggak bisa protes ke Fifi jadinya dia cuma bisa marah-marah ke Eka. Ooh kayaknya si Miki berusaha buat nganggap Fifi nggak ada yaaa!"
"Diam lo! Nggak usah asal bunyi!" raung Miki makin marah. Cowok itu akhirnya melepaskan kerah Eka.
"Iih! Apaan sih lo!" protesku ke Yanda. "Nggak! Soal cium-cium itu nggak pernah kejadian!"
Eka langsung terlihat sedih, cowok itu menatap padaku dengan kecewa. Aduh Ka pleasee mukamu jangan melas gitu! Meski begini aku sebenarnya menyayangi Eka sebagai sahabat. Melihat cowok yang biasa ceria itu tiba-tiba lesu jadi membuatku sedih juga.
Tapi kalimat Yanda seakan mengantarkan satu pemahaman lain padaku. Miki cemburu ke Eka ... soalnya dia nyium aku? Loh loh? Masa sih?
Nayula langsung menatap marah ke Yanda lalu padaku. "Jadi lo lagi penyebabnya?! Lo sengaja datang ke sini soalnya tau kami bakal ke sini kan?"
"Sorry to say tapi gue duluan yang di sini sebelum kalian semua, dan gue mau cabut. Nggak ada urusan sama kalian," kataku sembari meraih helm.
Namun, Nayula segera berjalan cepat ke arahku dan menarik lengan bajuku. "Kamu yang bikin mereka berantem!" seru Nayula. Cewek itu menunjuk mukaku dengan marah.
Apalah dia apalah nuduh aja terus sembarangan!
"Bukan kocak! Mereka yang berantem sendiri! Gue mau pulang! Lo nggak usah jadi kompor deh di sini!" seruku ke Nayulalala. Kusentak lenganku sampai tangan cantiknya itu lepas. Tapi Nayula nggak terima dan--
PLAK! Cewek itu menampar pipiku.
"Lo tuh cuma bisa bikin masalah ke cowok-cowok ini! Seneng lo ya direbutin banyak orang! Udah jadi anak artis pusat perhatian! Makanya lo sombong banget!" seru Nayula.
Emosiku seketika menyala bak kebakaran daun kering.
"Idih! Apa-apaan bawa-bawa anak artis!" seruku nggak terima. Kutatap Nayula dengan garang dan kutunjuk balik mukanya. "Hubungannya apa coba tiba-tiba ke sana! Lo datang-datang ke sini sok kenal sok tau segalanya soal gue! Yang bikin masalah itu elo apa-apaan nampar gue segala! Yang masalah tadi malam juga lo kan sumbernya! Sok-sok nyalahin gue! Elo yang nggak jelas! Nggak usah bahas-bahas kerjaan ortu gue!"
Seruanku rupanya cukup buat memukul Nayula mundur. Cewek itu kaget, mungkin karena aku jadi lebih galak daripada dia. Tapi siapa suruh! Aku paling nggak suka kalau ada orang tiba-tiba nyeret masalah nganggap mentang-mentang aku anak artis terus seenaknya! Matamulah!
"Minggir lo!" seruku setelah segera mengenakan helm. Motor segera kugas hingga berbunyi nyaring.
Namun, saat aku menjalankan motor tiba-tiba Nayula menghalangi begitu dekat sehingga itu nggak bisa terhindarkan.
Motorku menyerempet badannya. Cukup keras. Cewek itu jatuh terduduk dan jeritan paniknya keras sekali.
"AAW!" seru Nayula.
Alah drama! Bukan salahku kok! Lagian dia duluan yang nampar! Tanpa peduli apa yang terjadi, aku melakukan motor dengan cepat meninggalkan parkiran itu.
Bodoh amat! Semoga cewek itu lecet beneran!
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Gue baru ngeh kalau nama Reana itu jadinya mirip sama Rena di Jessica Harsya. Alah bodo ah:v males edit lagi
Btw buat judul ini mungkin bakal slowup sampe gue yakin ini ceritanya bakal gimana🫠 sekarang masih semrawut nanti gue bakal nyomot satu benang paling cocok buat cerita ini
Hmmyeaaa kurang lebih gitu juga cara gue nulis Jessica Harsya
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Fifi!🔞
RomansaFifi ingin menjadi pacar ketua geng motor yang sudah lama ia puja, Miki. Namun, ternyata Miki sudah menjadi selingkuhan Nayula yang masih berpacaran dengan Yanda, si ketua geng musuh mereka. Demi mencegah kerusuhan antar geng motor, Fifi akhirnya di...