"Kamu yakin mau langsung kuliah sekarang, Sayang?" tanya Mama lagi.
Papa yang duduk di jok kemudi menatapku dari kaca rear view mobil. Tatapan Papa seakan memberitahukan bahwa ia siap menyetir balik pulang seandainya aku mau. Tapi keputusanku sudah final.
"Yakin, Ma, Fifi nggak bisa terus-terusan absen kuliah," kataku sebagai alasan. Ya bukan cuma alasan sih, kalau absen kuliah lebih dari tiga kali bisa-bisa aku harus mengulang di semester depan. Tapi alasan sebenarnya adalah benda persegi yang kusembunyikan di dalam tasku, ponsel Miki.
Mama lalu melirik ke Papa sebelum kembali duduk ngambek di jok mobil.
"Sayang, nanti kalau sudah selesai kuliah kamu harus segera hubungi Papa. Nanti Papa jemput kamu pulang, kamu harus ingat itu," tegas Papa.
"Iya, Pa," sahutku.
Aku lalu melangkah turun dari mobil dan dengan sabar memperhatikan mobil orang tuaku pergi.
Ah ... akhirnya! Kebebasan. Tanpa menunggu lama lagi aku langsung melesat lari keluar gerbang kampus, menuju langsung ke salah satu kafe terdekat. Pintu kaca kafe berbunyi nyaring ketika kudorong terlalu keras. Ups!
Kasir kafe menatap galak padaku tapi persetan! Fokusku hanya tertuju ke satu-satunya pelanggan di kafe itu, cowok yang tengah duduk manis di pojok.
"Telat lima menit," komentar Miki.
Sekarang pukul 07.30 dan masih ada setengah jam lagi sebelum kuliah dimulai. Lagian kenapa sih catatan Miki nyuruh datang pukul 07.25, ganjil banget angkanya. Kenapa nggak genap sekalian 07.30 kan kalau gitu aku tepat waktu.
"Bukan salah gue," kataku terengah-engah. Aku lalu menjatuhkan diri di kursi yang berhadapan dengan Miki. Kusambar es kopi milik Miki lalu meneggaknya sampai sisa setengah kelas. Selesai minum aku langsung berseru, "Lo gila!"
"Maksudnya?" tanya Miki. Cowok itu tengah menyantap sepiring kentang goreng dan kornet sapi (demi Tuhan) langsung disendok dari kalengnya.
Aku melirik ke kanan kiri sebelum berbisik serius ke Miki, "Lo gila nyelipin foto-foto bugil ke dokumen penting!"
Miki mencocolkan sepotong kentang goreng ke saus pedas. "Nggak tuh," sahutnya.
"Enggak gimana? Terus di foto itu siapa? Kembaran gaib lo?" ketusku masih bisik-bisik.
"Gue berantem sama Gaib," kata Miki. Cowok itu meraih ke dalam tasnya yang ada di bawah meja lalu mengeluarkan sekaleng kornet daging sapi, yang kemudian diberikan padaku.
Dan begitulah aku sarapan lagi dengan sekaleng kornet daging sapi, pakai sendok es kopi.
"Gaib pasti ngamuk lo keluar geng," gumamku.
Miki nggak menyahut, sibuk mengunyah kentang goreng.
"Kenapa lo malah keluar geng?" tanyaku. Pipiku agak merona karena pertanyaan itu harusnya aku tanyakan minggu lalu.
"Malas," jawab Miki. "Balikin hp gue."
Aku merengut dengan mulut penuh kornet. Tanpa melawan, kuserahkan kembali ponsel Miki. Cowok itu nggak mengecek ponsel, langsung memasukkannya ke tas lalu mendorong es kopi serta kentang goreng ke depanku dan ... cowok itu cabut.
"Siapin diri lo," katanya. Miki lalu berjalan cepat keluar dari kafe sebelum aku sempat mencegah cowok itu.
"Eh! Eh lo mau ke mana!" seruku.
Si anjir.
Akhirnya aku kembali duduk dan makan kornet. Diam-diam melirik ke meja kasir, niatku mau tanya apa kentang goreng dan es kopi ini sudah dibayar atau belum. Tapi ternyata kasirnya sudah menghilang masuk ke dalam. Ya udah deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Fifi!🔞
RomanceFifi ingin menjadi pacar ketua geng motor yang sudah lama ia puja, Miki. Namun, ternyata Miki sudah menjadi selingkuhan Nayula yang masih berpacaran dengan Yanda, si ketua geng musuh mereka. Demi mencegah kerusuhan antar geng motor, Fifi akhirnya di...