10. Kak Jihan CWK

282 25 2
                                    

Cowok itu yang nggak lain dan nggak bukan adalah Yanda si ketua geng Cobalt. Cowok yang tadi malam mengalahkan Miki sekaligus membuat hariku suram.

Wajahnya tersenyum super ceria kepadaku. Nggak terlihat ada rasa berdosa sama sekali.

Sementara itu, badanku rasanya sudah larut jadi kubangan air saking kagetnya melihat muka Yanda. Oh Tuhan plisss, aku pasti cuma bermimpi siang bolong kan?

Cowok itu memakai kemeja kotak-kotak hitam putih, celana biru tua, dan sepatu olahraga putih. Rambut merahnya berantakan khas cowok yang baru melepas helm dan malas untuk merapikan.

"Fitzninaaa!" sapa Yanda sekali lagi. Tangannya membuka pintu kaca lebih lebar seakan dia ini tuan rumah yang menyambutku. "Akhirnya sayangku datang!"

Idih, siapa pula yang kamu sebut sayang hah?!

"Najis," kataku refleks.

Seketika ada banyak sekali pertanyaan bermunculan dalam kepalaku. Kenapa cowok ini di sini? Kenapa dia bisa ada di dalam kantor program studi? Apa dia juga kuliah di kampus ini? Kenapa dia bisa tau aku akan menuju ke sini?!

Dia bilang akhirnya aku datang, berarti dia menunggu tapi kenapa dia bisa ... aaargh!

"Ngapain lo di sini?" tanyaku dengan gigi terkatup. Kalau saja di sini bukan area yang melarang kegaduhan aku pasti sudah menyemburkan sumpah serapah ke Yanda.

"Aku nungguin kamuuu," ujar Yanda. Drama nggak berfaedah pun kembali dimulai. Cowok itu mengusap air mata imajiner di pipinya, dan dengan sedih dia berkata, "Padahal cuma sebentar tapi rasanya lama banget aku nunggu kamu datang tadi. Ah, tapi nggak apa-apa, sekarang kan kamu udah di sini hehe!"

Mulutku membentuk huruf O saking bingungnya. "Lo nungguin gue? Kok bisa ... nggak, tunggu-tunggu lebih tepatnya kenapa lo tau gue bakal ke sini?"

"Iih kan tadi aku sendiri suruh kamu buat datang ke sini, Fitznina, biar kita bisa ketemuan," jelas Yanda.

"Ih enggak ah, orang gue ke sini buat ketemu Pak Edru," ketusku. "Gue mau konsultasi sama dosen gue ya! Jadi nggak ada urusan sama lo!"

"Iya tapi kan-"

Aku langsung menyela kalimat Yanda saking jengkelnya. Sekaligus berusaha menyelip masuk dari samping cowok itu.

"Minggir lo, gue mau lewat," kataku.

"Ih bentaar," gerutu Yanda yang masih menghalangi ambang pintu. "Serius looh, aku tadi senang banget pas kamu chat aku."

"Hah? Kapan? Lo halusinasi ya?" tanyaku heran.

Yanda mengibaskan tangannya sebagai isyarat salah. Cowok itu lalu berkata, "Bukan gituuu, aduh jangan-jangan ayangku ini nggak sadar tadi chatting-an sama siapa ya?"

Rasa hati ingin menabok kepala cowok ini meningkat lagi. Aduh, Fifi, tahan-tahan ....

"Siapa yang lo maksud hah? Orang gue cuma ada chat sama kakak tingkat cewek gue," dengusku.

"Ce-cewek?" tanya Yanda ngeri. "Cowok dong! Kamu tuh tadi chat aku, Fitznina! Aku Kak Jihan," katanya ngotot.

"Bohong!" seruku cukup keras.

Namun, langsung kututup mulutku karena seorang dosen yang lewat di lorong melirikku dengan heran. Iih! Tuh kan gara-gara cowok ini aku jadi kelepasan.

"Aku jujur kok. Nama lengkapku tuh Jihan Haryanda," katanya.

"Owh," sahutku. Sudut mataku rasanya berkedut-kedut.

"Laaah!" Yanda tiba-tiba terlihat gemas. "Kok reaksi kamu gitu aja sih. Nih-nih kalo nggak percaya."

Hello, Fifi!🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang