Aku harus hati-hati, harus hati-hati HATI-HATI TUH KAYAK GIMANA KOCAK?! Padahal hatiku sudah eksklusif cuma buat Miki loh. Aaah Yanda kalau ngasih nasihat tuh yang jelas kek!
Ok, maaf, sebenarnya aku paham maksud Yanda tuh gimana. Tapi kan ...
Karena Miki menolak buat menjelaskan apa yang sebenarnya kulihat, maka kami kembali ke apartemen Miki. Cowok itu janji bakal menjelaskan padaku setelah kami sampai di apartemen, jadi sekarang aku duduk manis di atas kasur sembari memperhatikan cowok itu melepas kemeja. Oh tenang! Miki cuma gerah kok! Bukan maksud apa-apa lepas kemeja.
Itulah yang kupikirkan tadi.
Tapi uhm sepertinya sih bukan cuma gerah ... maksudnya: kenapa natap aku kayak gitu coba? Kenapa pintunya dikunci? Kenapa gordennya ditutup?
Miki berjalan ke arahku dengan kemeja sudah dilepas, dan tatapannya ... tiba-tiba aku merasa kecil banget di atas kasur ini. Cowok itu lalu berdiri tepat di hadapanku, dia menatap ke bawah sementara aku harus mendongak agar mata kami bertemu. Eits enggak, Fifi, fokus-fokus! Tadi kan ke sini mau nanya serius ke Miki dan harus dapat jawaban! Bodoh amat Miki mau pamer otot perut yang manggil-manggil buat digrepe itu!
"Ngapain lo lepas baju? Gue cuma mau tau soal hubungan lo sama Nayula," ketusku.
Miki cuma menatapku, menatap ke bawah. Eh belahan dadaku nggak kelihatan kan? Kemejaku kan dikancing rapi.
"Heh! Ngapain buka-buka zipper!" seruku kaget. Tapi tangan Miki sudah terlanjur menurunkan ritsleting celana. Aku langsung membuang muka, nggak berani menatap langsung ke kegiatan tangan cowok itu sekarang. "Lo beneran nggak punya malu!" seruku.
"Gue horny waktu tau lo juga makan di restoran tadi," kata Miki. Tanpa kuduga cowok itu meraih tanganku dan DUAAR! Telapak tanganku dipaksa salaman dengan sesuatu yang besar, tegang, dan nggak senonoh. "Apalagi waktu sadar lo marah gara-gara gue makan bareng Nayula."
"Nggak tuh! Mana ada gue marah-marah! Mimpi lo!" kataku ketus. Aslinya aku pengin teriak: MIKIII HEH! TANGAN GUE JANGAN DIPAKAI BUAT NGOCOK!
Benar, cowok itu menggenggam tanganku dan membuatku uhm mengocok anunya. Sekarang pipiku kebakaran, kakiku bergerak gelisah. Santai banget dia tiba-tiba main minta dikocok.
"Oh lo emang ngomong pakai nada dingin ke gue, tapi mata lo Fi. Lo cemburu, lo murka dan pengen teriak-teriak ke gue," kata Miki.
Gengsi yang sudah lama kutiru dari Mama hampir runtuh gara-gara Miki. Mau kuakui kalau iya! Cemburu banget tauuu! Aku pengen ketemu Miki dari pagi tapi dia malah makan siang sama Nayula!
"Enggak, nggak level marah-marah ke elo," kataku. "Gue cuma pengen tau seberapa munafiknya lo yang tadi malam bilang suka ke gue tapi malah ngilang seharian."
"Gue ngasih lo waktu buat mikir ulang," sahut Miki.
Mata cowok itu mulai berkabut, cengkeraman tangan Miki mulai memaksaku buat mengocok lebih kuat. Bisa kurasakan kulitnya yang terasa rapuh tapi juga tebal, sensasi aneh dari urat-urat penuh darah yang tegang. Kipas mana kipas panas banget ini hawanya!
"Gue kira lo bakal ngejauh setelah semalam. Tapi lo malah mau ikut gue ke sini. Lo jauh ... jauh lebih nakal dari yang gue kira."
Pipiku makin panas karena muka pengen Miki, muka cowok horny yang selama ini cuma kubayangkan. Napas berat, keringat menetes, dan senyum jahat yang membuatku merasa rendah diri. Miki sedang di ambang nafsu dan aku rela jungkir balik kalau itu bisa bikin dia senang.
"Aagh Fi, tangan lo lembut banget. Enak. Aaargh! Hngggh!"
Miki mengerang puas dan bisa kurasakan cairan hangat muncrat ke tanganku. Refleks mataku menatap turun, melihat ujung merah muda gelap yang semalam menjejali kemaluanku. Wah, waah jadi gitu bentuknya kalau dari dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Fifi!🔞
RomanceFifi ingin menjadi pacar ketua geng motor yang sudah lama ia puja, Miki. Namun, ternyata Miki sudah menjadi selingkuhan Nayula yang masih berpacaran dengan Yanda, si ketua geng musuh mereka. Demi mencegah kerusuhan antar geng motor, Fifi akhirnya di...