22. Aku Ingin Muntah

160 8 2
                                    

Rutinitasku pagi ini sama seperti kemarin, mandi, sarapan, berangkat kuliah. Yang berbeda adalah tatapan orang-orang di kampus. Mulai dari parkiran sampai selesai kuliah siang ini, mereka melirikku diam-diam lalu berbisik ke teman di sebelahnya.

Kenapa nih? Biasanya kalau orang-orang menatapku begitu artinya: Eh lihat itu anak artis. Oh jadi dia ya?

Tapi orang-orang di kampus sudah lama melewati fase itu sampai di fase biasa saja. Atau ini karena Mama membuat skandal baru di dunia intertainment? Tapi seingatku Mama nggak ada bikin skandal tuh. Alah bodoh amat deh.

Sekarang, aku tengah menyantap makam siang di kantin kampus. Ayam dengan keju dan nasi pulen, biasa saja tapi enak.

Sembari mengunyah ayam, aku memikirkan Miki.

Miki nggak mau tunangan sama Nayula, soalnya nggak cinta cewek itu. Miki cintanya ke aku, makanya kami uhuk-uhuk! Miki nggak berani cerita ke Tante Citra soalnya terlalu berisiko, makanya dia menantangku buat ngadu ke Tante Citra?

Gitu? Gitu kan ya? Di kepalaku yang paling masuk akal adalah alur ini.

Tapi gimana kalau ternyata cuma: Miki semata-mata nggak mau dijodohin makanya nananina sama aku, terus menyuruhku cerita ke Tante Citra biar pertunangan mereka batal.

"Lah bangke! Gue cuma dimanfaatin dong!" seruku.

Cewek-cewek yang duduk di meja sebelahku tersentak kaget tapi buru-buru bertingkat seakan nggak ada apa-apa. Ya maaf bikin kaget. Habis sebeeel banget! Uhm bukannya aku nyesel sih tapi ...

"Fitznina ...."

"Buset!" seruku kaget. Kepala Yanda muncul tepat di sebelahku dan refleks kudorong ia mundur. "Apaan sih lo kebiasan tiba-tiba nongol deket banget!"

Namun, nggak seperti biasanya, Yanda menanggapiku dengan lesu. Cowok itu lalu berdiri tegak dan menyampaikan tujuannya. "Fitznina, kamu nggak balas chat Ayah makanya aku ke sini. Kamu dicariin Ayah ...," katanya.

"Pak Edru nyariin gue? Kenapa?" tanyaku balik. "Bentar, lo nggak bohong kan? Awas kalau lo--"

Yanda lalu memegang kedua pundakku dan berekspresi horror. Seakan mukanya menggelap ketika berkata, "Demi Tuhan aku harap ini nggak nyata dan cuma mimpi buruk tapi kamu beneran dipanggil dosen pembimbing akademik se-ka-rang!"

Dan selanjutnya Yanda menyeretku ke ruang prodi menghadap Pak Edru.

Cowok itu benar, harusnya sesuatu seperti ini cuma terjadi di mimpi buruk.

Cowok itu benar, harusnya sesuatu seperti ini cuma terjadi di mimpi buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hello, Fifi!🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang