08. Diki kebelet boker

182 11 3
                                    

Satya dan Diki sedang melahap bakso yang sudah dari tadi mereka pesan. Dua lelaki itu tampak kelaparan karena pagi tadi tidak sempat sarapan.

"Bakso lu kok banyak, sih? Curiga punya gue dikasih dikit, makanya cepet habis," ucap Diki dengan mulut penuh. Tangannya bergerak mengambil satu bakso di mangkok Satya menggunakan sendok.

Tentu saja Satya merasa kesal. Porsi Diki sangat banyak. Bahkan bakso-bakso milik Diki sudah dimasukkan ke mulutnya sendiri. Bisa-bisanya dia bilang baksonya sedikit?

"Oy! Lo kalo kelaperan nambah aja anjir! Pake nyomot-nyomot punya gue segala." Satya menatap Diki dengan tatapan kesal. Sedangkan Diki hanya bisa nyengir lebar menunjukkan gigi kuningnya.

Selang beberapa menit setelah itu. Gian dan Alex datang menghampiri mereka berdua.

"Bakso," ujar Diki, menawari Gian dan Alex yang baru saja datang.

"Ga dulu. Ga laper soalnya." Alex menjawab.

Diki beralih menatap Gian. Lelaki itu menggelengkan kepalanya pertanda tidak mau.

Akhirnya Diki melanjutkan makan. Sedangkan Satya, dia sudah selesai makan dan sedang asik bermain ponselnya.

"Sat!" Gian memanggil. Sang empu langsung menoleh.

"Apaan, Bang?" Satya menaikkan kedua alisnya tiga kali.

"Lu kalo suka cewek gue ngomong aja! Ga usah ditutup-tutupi. Gue tau kok sifat lo dari dulu. Selalu suka sama cewek orang."

Satya langsung terlonjak kaget. "Eh, buset srepet!" Lelaki itu mengerutkan keningnya.

"Gian. Lo emang tau kalo gue dari dulu emang kayak gitu. Tapi lo tau juga, 'kan? Dari dulu gue ga pernah ngerebut, ngerusak, ataupun ngehancurin hubungan orang. Kalo misal gue suka sama cewek yang udah ada pacar, gue biasa aja. Lagian 100 cewek gue sukai semua kok. Tapi ga pernah gue pacarin. Karena pada mandang dompet anjir. Bokek gue lama-lama."

Ya, Satya adalah lelaki yang tidak terlalu serius jika sedang menjalin hubungan. Dia sudah biasa menyukai pacar orang. Bahkan gadis-gadis jomblo sudah biasa ia jahili dan dibuat baper. Tapi tidak pernah dia jadikan pacar.

Satya sudah biasa seperti itu. Baginya, pacaran adalah suatu pembatas kebebasan. Karena menyebabkan dia tidak bisa menyukai banyak gadis. Hanya fokus ke 1 gadis saja.

Walaupun begitu. Kadang Satya sering mengadu jika sedang kehabisan uang. Karena gadis-gadis yang ia dekati dan akhirnya baper. Mereka malah menggerogoti uang Satya. 'Sungguh cewek yang matre!' batin Satya.

"Tapi, gue ga suka!" Gian menekan perkataannya sembari menatap wajah Satya dengan tatapan menusuk.

Temannya yang satu ini tidak bisa diajak serius. Mukanya selalu cengar-cengir seperti bocah sinting.

"Santai aja. Gue kalo ke cewek lo ga berani ganggu kok." Satya nyengir lebar.

Brottt!

Suara aneh itu memecah keseriusan Gian. Seketika banyak murid yang tertawa, ketika mendengar suara kentut yang lumayan keras. Bau kentutnya menyebar.

"Anjir! Kebelet bokerr!" Diki berlari ke toilet sembari memegang perutnya. Sungguh, dia sedang menahan malu saat ini.

"Gara-gara kebanyakan makan, Dik. Awas kecipirit!" Satya berteriak sebelum Diki berlari jauh.

•••

Hai hai👋
Kemaren baru update, dan sekarang update lagi.
Cepet nggk?

Biar bab makin banyak, dan menarik pembaca.

Oh iya. Aku juga butuh dukungan!
Apakah klik bintang itu sulit?

Jangan lupa VOTE ‼️

Ini draf terakhir. Nanti mau ngebut nulis dulu yaww!

Sekali lagi, jangan lupa VOTE ‼️

Gadis Lugu Milik GianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang