Sebuah ruangan dengan suasana yang kurang nyaman. Tapi bagi sebagian banyak orang, tempat itu sangatlah menyenangkan.
Gian ada disebuah club yang cukup ramai. Lelaki itu ingin menenangkan pikirannya yang sedang kacau. Karena itu, dia mengikuti ajakan Kakak sepupunya untuk pergi kesini. Tak heran, dia sudah biasa datang ke tempat ini beberapa kali.
"Buset! Cewek-cewek kok tiap malem nambah bohay si, anjir!" Dion tampak kagum dan takjub, ketika matanya melihat banyak wanita sedang berjoget, dan menggeol-geolkan pinggulnya yang hanya dibaluti dress selutut. Mereka semua nampak semok dimata Dion.
Beda lagi jika Gian yang melihat. Dia merasa jijik! Dari dulu, dia tidak suka dengan wanita yang murahan dan suka menghibur.
"Terserah! Gue cuma mau nenangin diri! Puyeng pala gue karena banyak masalah. Liat lo kayak gini aja udah bikin gue tambah puyeng!"
Lelaki itu pergi duduk sembari menunggu minuman datang. Akibat masalahnya tadi siang, membuat Gian merasa ingin menyiksa dirinya dengan meminum alkohol yang disediakan di club ini.
"Anjir! Bang Dion doyan amat sama cewek murahan kek gitu." Gian merasa geli, ketika melihat Dion berciuman dengan seorang wanita dari kejauhan. "Amit-amit!"
***
Malam ini, Citra merenung di kamarnya. Handphone nya dirampas oleh Bagas, dia tidak bisa menghubungi Gian.
Citra sebenarnya tidak marah ataupun kecewa kepada Gian. Lelaki itu benar, lebih mengutamakan perintah ibunya daripada harus menepati janjinya untuk menjemput Citra. Hanya Bagas yang terlalu membesar-besarkan masalah. Sehingga hal seperti ini tidak bisa ia maklumi.
Ceklek!
Citra menoleh ketika pintu kamarnya tiba-tiba dibuka. Ibunya datang membawakan secangkir teh dan buah.
Setelah meletakkan nampan, Kinanti duduk di tepi ranjang, menatap putrinya yang sedang duduk memeluk guling, sembari menunduk dan tampak merengut.
"Anak gadis Bunda kenapa? Kok merengut gitu mukanya?"
Citra menggelengkan kepalanya. Tapi Kinanti tidak bisa dibohongi. "Kalo ada masalah, cerita sama Bunda. Jangan dipendam sendiri!"
Citra yang awalnya menunduk langsung melemparkan gulingnya kebelakang dengan pelan. Ia mendekati ibunya, lalu mulai menceritakan masalah tadi siang. Yaitu masalah Gian dengan Bagas yang hanya masalah sepele. Sehingga menyebabkan Citra tidak bisa bertemu dengan Gian kedepannya sebelum mendapat izin dari Bagas.
Ia juga menceritakan mulut nyerocos Bianca, yang tadi siang benar-benar merendahkan dirinya di depan Gian dan teman-temannya.
"Masalah kayak gitu doang?"
Citra melongo mendengar respon ibunya. Ya, dia kaget. Kenapa ibunya begitu santai? Tidak memberi saran sama sekali.
"Kok, Bunda ....?"
Kinanti menggeryit. "Kenapa? Bunda terlalu santai, ya?"
Tidak perlu Citra perjelas. Ibunya sudah mengerti sendiri.
"Bunda santai banget, sih! Kasih saran lah ke Citra, apa gitu?!" Gadis itu menggerutu sebal.
"Gampang! Cari tau alamatnya pacar kamu! Biar Bunda yang urus. Kakak kamu bakal kalah sama Bunda." Wanita paruh baya itu tampak santai saat berbicara, sepertinya dia sudah berpengalaman dengan masalah seperti ini.
"HP Citra diambil Kak Bagas." Gadis itu manyun.
"Ada maunya ini. Oke! Nanti Bunda ambilin. Sekarang mau ngising dulu, bunda kebelet boker!"
***
"Gian! Lo jangan bikin gue repot ya, anjir!"
Dion panik ketika melihat Gian yang tiba-tiba terlihat mabuk. Lelaki itu telah meminum banyak alkohol malam ini.
"Mending lo pergi aja, deh!" Tidak mau diganggu, Gian malah mendorong sepupunya agar pergi menjauh.
"Pergi gundulmu peang! Udah, anjir. Ayo pulang! Lo ngerepotin gue tau nggak!" Dion mencoba membantu Gian berdiri dan akan mengajaknya pulang.
"Lo juga pernah ngerepotin gue. Sering malah!" ucap Gian setengah sadar.
"Hustt! Jangan diingetin!" Dion sedikit malu dan merasa gengsi untuk mengakui. Biasanya, dia sering mabuk jika sedang pergi ke club. Dan sering membuat Gian repot. Kali ini, dia harus merasakan apa yang biasa Gian rasakan.
Dion tampak kesulitan. Lalu ia menyuruh salah satu temannya untuk membantunya membawa Gian ke mobil.
Saat sudah sampai di mobil. Tiba-tiba, kelakuan tidak ramah dari Gian membuat Dion dan temannya merasa kaget.
"Eh, kampret! Lo ngapain!" Teman Dion hampir terbentur pintu mobil, ketika Gian tiba-tiba menariknya untuk dipangku.
"Citra. Lo cantik banget malem ini!" ucap Gian dengan mata sayu.
"Citra-Citra! Melek dulu, anjir!" Dion menepuk-nepuk pipi Gian agar tersadar. Sedangkan temannya reflek menjauh, dia merasa geli oleh perlakuan Gian kepadanya barusan.
"Pengen peluk!" Lelaki itu merengek.
"Heh, matane melek! Yang lo tarik itu cowok, goblok!" ujarnya dengan rasa kesal. Gian ini sangat amat merepotkan dirinya.
Jangan heran dengan Gian! Lelaki itu sedang mabuk. Itu sebabnya dia tidak sadar, dan mengira bahwa seseorang yang ada di hadapannya adalah Citra.
Teman Dion berambut gondrong. Apakah mungkin karena itu, Gian mengira bahwa dia perempuan?
"Hadeh! Tahun depan bisa-bisa gue cukur, nih rambut. Trauma!" Ia menggidikan bahunya, merasa merinding dengan perlakuan Gian yang tiba-tiba menariknya untuk dipangku.
"Ga dicukur sampe rambutnya kayak Rapunzel juga ga papa kok, Bro! Biar orang-orang ngira lo ODGJ." Dion menyarankan saran yang diluar nalar.
"Temen koplak!"
•••
Akhirnya bisa upp!
Jangan lupa VOTE ‼️Sayangku mana?
Eh!
Reader's ku mana, maksudnya 😭Vote adalah sebuah dukungan.
Bisa bikin author semangat.Jangan lupa VOTE ‼️
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik Gian
Short StoryBagaimana kisah Gian yang tertarik dengan seorang gadis lugu? Tetapi harus melakukan tindakan kurang ajar hanya untuk menyatakan bahwa dia sudah di cap menjadi miliknya. Gadis lugu seperti Citra, harus menjadi pacar seorang lelaki badboy dan nakal s...