"Kakak kamu mukanya ngeselin banget, sih! Pengen nonjok rasanya."
Gian mengatakan isi hatinya yang sedari tadi ia tahan untuk tidak dia ucapkan.
Mereka berdua sedang di perjalanan menuju Sekolah. Sepertinya, setiap hari Gian akan menjemput Citra untuk berangkat bersamanya.
"Kakak aku emang gitu kalo sama cowok. Apalagi sama cowok yang deket-deket sama aku. Galaknya minta ampun, sampek-sampek banyak yang kesel."
Gian menatap spion, agar bisa melihat ekspresi wajah Citra. Gadis itu memanyunkan bibirnya setelah bercerita tentang Kakaknya.
"Emang kamu pernah deket sama cowok?"
"Pernah dong. Aku bahkan pernah punya temen cowok yang deket banget. Tapi ga pacaran sih. Dia pernah diperingatin Kak Bagas buat ngejauhin aku, padahal nggak ada masalah apa pun. Dia Sampek sujud-sujud ke Kak Bagas agar bisa ketemu aku. Tapi kita berdua nggak dibolehin ketemu lagi sejak itu." Gadis itu tersenyum lesu. Sepertinya sosok lelaki itu sangat berharga di hidup Citra.
"Dia orangnya baik banget. Dia selalu bantuin aku kalo aku lagi kesulitan."
"Ekhem! Aku cemburu, nih!"
Gian bermaksud mengkode agar Citra berhenti membahas sosok lelaki itu. Entah siapa, yang jelas Gian tidak kenal.
"Kamu lucu. Gitu aja cemburu." Citra terkikik mendengarnya.
Tak lama kemudian, Gian menarik tangan Citra agar berpegangan di perutnya. "Aku mau ngebut."
Citra pun menurut, tangannya terulur berpegangan di perut Gian. Dagunya ia letakkan di pundak lelaki itu.
Sungguh posisi yang membuat Gian merasa senang. Apalagi bagian punggungnya, terasa hangat. Karena dua gundukan yang terasa menempel.
Yeah, semua laki-laki menyukai itu. Benar tidak?***
"Citra. Oh Citra ...." Lelaki sinting sedang bernyanyi tidak jelas di dekat gadis itu. "Wajahmu, cantik jelita ...."
Gadis itu tersenyum tipis, ia hanya ingin menghormati lelaki yang baru saja menyanyi untuknya. Kata teman-temannya, dia sudah lulus sebagai seorang penyanyi cempreng di kelas ini.
"Citra ... wajahmu bagai cahaya ... tapi sayangnya ... bukan punya bang Satya ...."
Satu kelas tertawa terbahak-bahak, begitu seorang siswa kocak di kelasnya menyanyi seperti itu. Ya, laki-laki itu adalah Satya. Salah satu teman Gian.
"Satya. Bahasa jawanya depan apa?" tanya salah satu siswa di kelas itu. Yang sedang memperhatikan Satya sembari terus tertawa.
Yang ditanya langsung tersenyum kecut. "Aduh! ngarep Bang, artinya."
Satya tau jika Citra sudah menjadi pacar Gian. Dia dan Alex harus memperhatikan gadis ini ketika sedang berada di kelas. Itu adalah perintah Gian, mengingat Gian beda kelas.
"Citra. Lu udah ada bestod cewek? Eh, bestie cewek maksudnya." Satya bertanya kepada Citra.
Lelaki itu tampak aktif berada di dekat Citra. Sedangkan Alex, dia sibuk dengan bukunya. Biarkan saja Satya yang mengurus gadis itu.
'Bodoamat! Udah ada Satya, lagipula itu cewek orang.' pikirnya.
Alex lebih memilih belajar, karena dia adalah golongan murid yang pintar. Yeah, mungkin Alex ingin kepintarannya melesat ke tujuh turunan.
***
Saat bel istirahat, Gian datang ke kelas Citra. Dia mendatangi bangku gadis itu.
"Lagi ngapain?" tanya Gian ketika melihat gadisnya menulis dengan fokus.
Citra mendongak menatap Gian. Setelah itu ia menyenderkan tubuhnya ke bangku dengan wajah lesu. Gian menarik kursi disamping Citra untuk ia duduki.
Ia membenarkan rambut kecil Citra yang sedikit menutupi wajah cantik gadisnya itu.
"Kenapa? Kok wajahnya kusut gitu?" Gian kembali bertanya ketika melihat wajah Citra yang ditekuk.
"Aku ga bisa MTK. Susah banget. Yang lain udah banyak yang selesai, kalo yang dikelas belom pada selesai semua. Nanti ngumpulnya nyusul kata Bu guru."
Gian mengerti. Dia mencoba mencari solusi. Tak sengaja matanya melirik Alex. Sepertinya temannya yang satu ini sangat dibutuhkan.
Dan benar. Akhirnya Gian menyuruh Alex untuk mengerjakan soal MTK milik Citra. Awalnya gadis itu menolak, dia tidak mau merepotkan Alex. Tetapi siapa yang tidak tau Gian? Lelaki itu sangat tidak mau mendapat penolakan.
Alex menurut meski sebenarnya terpaksa. Kalau keinginannya, bisa saja ia mengajari Citra untuk menjawab soal-soal itu. Tetapi temannya yang satu ini sangat amat menjengkelkan.
"Ih! Aku jadi gak enak sama Alex." Citra menggerutu.
"Biarin, itu hukuman buat dia karena dia gak merhatiin kamu. Dia sibuk dengan urusan dia sendiri."
"Nyenyenyenye!" Alex menyela.
"Gapapa kalo dia gak ngurusin aku. Dia siapa aku?"
Setelah itu Alex terkekeh menahan tawanya. "Tuh, dengerin! Oh iya. Kamu nyuruh Satya juga, 'kan? Buat merhatiin Citra? Yang ada dia kesenengan, njagain cewek cakep. Untung ga cari-cari kesempatan."
Gian melongo mendengarnya. Benar juga yang dikatakan Alex. Sial!
•••
Huhuhu🤧
Tagar #ceritapendek yang awalnya 21 cuma bertahan 24 jam. Dapet pembaca berapa coba?Apalagi pembaca sekarang banyak yang meles klik bintang.
Huftt!Voteeee! Gratis lho.
Tinggal klik bintang aja.Sedih aku🥲
Sedih karena kehabisan duit maksudnya 🤧🤣Jangan lupa VOTE ‼️
Aku insyaallah bakal semangat up.
Tergantung, masih ada yang nungguin cerita ini lanjut nggk?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik Gian
Short StoryBagaimana kisah Gian yang tertarik dengan seorang gadis lugu? Tetapi harus melakukan tindakan kurang ajar hanya untuk menyatakan bahwa dia sudah di cap menjadi miliknya. Gadis lugu seperti Citra, harus menjadi pacar seorang lelaki badboy dan nakal s...