Citra terus melahap makanannya dengan santai, disaat Gian sedari tadi terus menatap wajahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Lelaki itu hanya memesan Es Teh. Hanya Citra saja yang memesan satu mangkok Mie ayam.
Gian menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik gadisnya. Dapat Gian lihat kalau wajah Citra sedang berkeringat, itu disebabkan karena makanannya yang pedas.
"Laper banget, ya?" tanya Gian. Dia membuka percakapan karena dari tadi Citra tidak berbicara satu kata pun kepadanya.
"Hmm!"
Mendengar jawaban singkat dari Citra, Gian jadi bingung. Ia mencoba bertanya.
"Kamu kok singkat banget sama aku?" Gian bertanya seperti itu karena dilanda rasa bingung. Citra adalah gadis yang murah senyum. Bisa dibilang, setiap menit dia akan tersenyum jika sedang ada bersama dengannya, ataupun dengan orang lain. Itulah yang Gian tau.
"Nggak ada masalah. Cuma panas aja." Citra menjawab dengan santai.
Gian mengangguk mengerti. "Pedes, ya? Lain kali kalo kamu beli Mie ayam sambelnya dikit aja. Nanti malah mencret."
Sungguh! ingin sekali Citra tertawa mendengar ucapan Gian barusan. Tetapi mencoba untuk ditahan agar tawanya tidak keluar. Kenapa Gian jadi berpikir melenceng? Tak sesuai harapan! Citra kira, Gian akan cepat peka.
"Panas banget hari ini." Citra mengipas wajahnya dengan tangan.
"Oh iya. Lebih panas lagi lihat cowok yang nggak ngasih kabar dari semalem. Tiba-tiba paginya boncengin cewek lain. Padahal kemaren janjinya mau boncengin ceweknya setiap hari!"
Deg!
Gian peka. Dia merasa tersindir. Ia juga sadar jika yang Citra maksud adalah dirinya.
"Kamu nyindir aku, ya?" ujar Gian.
Citra mengangkat bahunya. "Yang ngerasa aja, sih!"
"Maaf! Aku ada alasan, kok." Gian berusaha membuat Citra tidak salah paham.
Gadis itu menggeryit. "Apa? Pasti alasannya cuma temen." Saat ini Citra menatap kesamping. Tidak mau menatap wajah Gian.
Jujur, dia bukan tipe orang yang gampang kesal, ngambek ataupun marah. Kecuali jika orang itu melewati batas.
Melihat wajah Gian saja, dia merasa kasihan. Wajah-wajah Gian seperti orang yang dompetnya menipis. Astaghfirullah! Padahal dompetnya Gian tebel.
"Tadi pagi aku disuruh Bunda, buat boncengin anaknya temennya Papa."
Yeah, saat ini Gian mulai menjelaskan semuanya kepada gadisnya.
"Dia lupa bawa berkas susulan. Karena nge-daftar jalur sogokan. Jadi aku nganter dia ke Rumah nya buat ambil."
"Terus kenapa nggak ngabarin aku?" tanya Citra yang masih menatap kesamping.
"HP ku ketinggalan," jawabnya dengan jujur.
"Kak Bagas marah-marah tadi. Dia bilang kalo kamu nggak bertanggung jawab!" Citra memberi tahu Gian. Agar lelaki itu tidak membuat masalah dengan Kakaknya.
"Gapapa. Nanti adeknya ku colong kalo marah-marah terus."
Citra tertawa mendengar lawakan Gian. Dia benar-benar bisa membuatnya tidak jadi ngambek. Apalagi Citra sendiri memang bukan tipe gadis yang suka ngambek. Jadi memang wajar.
***
"Cewek itu bukan, yang kamu maksud?" Citra menunjuk Bianca yang sedang berdiri di dekat gerbang.
"Jangan ditunjuk-tunjuk kek gitu, anjir!" Alex menegur.
Citra sedang berada di parkiran. Bersama Gian dan teman-temannya. Dengan sekumpulan murid-murid yang mulai mengambil kendaraannya untuk pulang.
"Hehe, sorry!" Citra nyengir kuda, karena teguran Alex.
"Iya. Itu cewek yang aku ceritain tadi." Gian menjawab dengan wajah kusut, karena Bianca tiba-tiba melihatnya di parkiran. Dan sekarang sedang berlari menuju ke arah mereka.
"Pake kesini. Males banget, anjir!" ujarnya pelan.
Bianca sudah berdiri dihadapan Gian. Dia mengajaknya pulang.
"Ihh, Aku udah nungguin kamu, Gian. Lama banget," ujar Bianca sembari menggerutu kesal.
Gadis itu beralih melirik Citra. "Cewek, lo?" Bianca bertanya kepada Gian.
"Ya! Kenapa? Cantik banget 'kan cewek gue?" Gian menaikkan sebelah alisnya dengan wajah datar. Citra pun memberikan senyuman hangat kepada Bianca sebagai bentuk sapa'an.
Tanpa aba-aba, Bianca menarik tangan Citra. Mengajaknya berkenalan. "Hai, gue Bianca Neora. Panggil aja, Bianca. Nama lo siapa?"
"Citrani Allura. Panggil aja, Citra." Sebuah senyuman hangat baru saja Citra berikan. Tetapi kata-kata tidak enak dari Bianca tiba-tiba keluar.
"Enak banget bisa pacaran sama Gian. Padahal muka kamu biasa aja. Kalo sama gue, pasti bakal banyak yang bilang kalo gue lebih cantik, sih!"
Gian terbelalak mendengar ucapan Bianca yang nyeleneh. Bisa-bisanya gadis se-cantik Citra dibilang biasa saja?
Hidung mancung, kulit putih, alis tebal, rambut lebat dan hitam, serta wajah yang manis. Itu semua Citra miliki. Apalagi dengan sifatnya yang lemah lembut, ramah, dan murah senyum. Bagi Gian, Citra itu perfect banget. Sampai-sampai, Gian terpesona dan tertarik semenjak awal bertemu dengan gadis ini.
Dan sekarang, dengan entengnya Bianca merendahkan? Sungguh keterlaluan!
"Oy! Mulut lo pengen ditabok?!" Gian memperingati.
"Aku cuma ngomong doang. Kok cewek kayak gini ya, tipe lo? Dari mukanya udah kelihatan, kalo dia cewek lemah! Padahal lo itu terkenal keren, anjir. Masa ceweknya kek gini. Minimal cari yang modelan kek gue gitu."
Ingin sekali Gian menabok mulut Bianca. Jika tidak ingat kalau gadis di hadapannya adalah perempuan.
Gian tidak boleh bermain kasar kepada perempuan. Itu adalah nasehat dari Ibunya.
"Hah? Yang modelan kek uler? Yang hobinya centil, nakal, pamer bokong, pamer silit, ter ... hmppp!" Diki terbungkam karena Satya memasukan gumpalan kertas ke mulutnya.
"Diem! Gue sumpelin lagi, nih!" Satya berbisik.
Dari tadi, dada Citra terasa sesak. Rasanya sakit, ketika mendengar ucapan jahat yang Bianca lontarkan. "Aku sadar! Aku emang lemah dan kalah dalam hal fisik! Tapi aku ga berani nyakitin hati orang lain." Jawaban dari Citra membuat Bianca terbungkam.
"Lo pulang naik ojek! Gue mau nganterin Citra. Ga Sudi gue, nganter orang yang mulutnya ga bisa dijaga!"
•••
Jeng jeng 😁
Jangan lupa VOTE ‼️Dalam seminggu aku up bisa 2-3x.
Tapi kalo pembaca + vote lama² ilang. Makin males + sedih, lho🥲Jangan lupa VOTE ‼️
Lope sekebon buat reader's aku💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lugu Milik Gian
Short StoryBagaimana kisah Gian yang tertarik dengan seorang gadis lugu? Tetapi harus melakukan tindakan kurang ajar hanya untuk menyatakan bahwa dia sudah di cap menjadi miliknya. Gadis lugu seperti Citra, harus menjadi pacar seorang lelaki badboy dan nakal s...