EMPAT BELAS

46.3K 476 213
                                        

Hari ini dimana Darren menatap sebuah laptopnya, seharusnya dirinya sudah haris di rumah tetapi dirinya memikirkan ancaman dari sahabatnya itu Alaric, seharunya lelaki itu tidak perlu kemari nantinya untuk bertemunya, apapun keputusan yang sudah dirinya rencanakan sudah bulat, Darren harus meninggalkan Dania demi kebaikan Dania, sudah dikatakan wanita sebaik Dania tidak pantas untuk menjadi istrinya, seharusnya dulu dirinya tidak menikah tetapi memang sudah takdir bukan, Darren memijit keningnya dan menatap jam sudah memasuki jam lima sore, lelaki itu menarik nafasnya lalu menyender tubuhnya pada sofa

"Bermain-main dengan adikku, hebat sekali kamu Darren, kamu tau apa kan yang akan terjadi sampai adik aku terluka.!"

Huh, Darren malah mengingat kata Alaric, tidak masalah jika sahabatnya itu akan melakukan apapun untuk dirinya tetapi cinta dirinya pada Dania sudah benar-benar habis dan tidak tersisa sama sekali

"Halo Darren..."

Darren membulatkan matanya dan menatap lurus, matanya tidak lepas melihat siapa orang itu, Darren membangunkan tubuhnya menatap orang itu tidak percaya, kenapa bisa dia ada disini? Mata Darren masih tidak lepas melihatnya tersenyum dan meletakan berapa berkas di atas mejanya.

"Bagaimana kabarmu Tuan Darren.."ucapnya sembari tersenyum manis

Semakin tidak mengerti dengan katanya, terakhir kali dirinya bertemunya dengannya setahun lalu, bukankah dirinya sudah menyuruh anak buahnya untuk menghabiskan lelaki itu? Darren mendekatinya sembari menatapnya penuh ancaman, tujuan apa dia kemari? Darren meremas kuat tangannya dan tidak lama matanya menatap tangan lelaki itu yang menyentuh pundaknya sembari tersenyum meremehkan, senyuman itu arti dari remehkan bukan.

"Berhentilah menatapku seperti itu, oh iya bagaimana calon istriku yang kamu rebut, hei maksud aku istri kamu!"

MAVEN SANJAYA! Lelaki itu masih membahas masa lalu itu?

Maven adalah calon suaminya dari Dania, dimana saat seminggu lagi Dania akan menikah dengan dirinya tetapi Darren malah membunuhnya, hoh tentunya hampir karena anak buah Darren tidak akan segampang itu untuk membunuhnya. Rasa benci Maven pada Darren tentunya masih sama, sangat membencinya sampai detik ini dan tujuan dirinya kemari untuk bertemu dengan calon istrinya. Maven ada hak untuk mencari Dania karena status mereka masih kekasih

"Oh dimana dia sekarang aku ingin..."Maven menjeda katanya lalu mendekati bibirnya menunju telinga Darren

"Bertemu dengan istrimu itu hasil dari merebut dariku!"lanjutnya

Darren meremas kuat tangannya dan mencoba untuk menahan dirinya, tidak mungkin dia akan membunuh lelaki itu,  Darren tau rencana dia apa, jika Maven tau jika Aura adalah istrinya pastinya Maven akan menyuruh semua anak buahnya untuk membunuhnya bukan? Tidak akan terjadi sampai itu terjadi Darren berjanji sekalipun mati Maven akan dia buat menjadi debu.

"Aku tidak perlu basa-basi kamu, Maven katakan apa tujuan kamu kemari dan datang di kantorku!"tekan Darren

Maven tertawa sembari duduk, salahkah dirinya kemari bukankah dulu mereka sahabat? Biasanya Maven jika ingin kemari tidak perlu Darren berkata seperti itu tapi kenapa sekarang Darren seperti marah saat dirinya tiba, oh apa karena Darren gagal menyuruh anak buahnya untuk membunuh dirinya? Maven mencoba untuk memperhatikan ruangan ini, huh dimana foto pernikahan mereka bukankah Darren adalah lelaki yang sangat mencintai seorang istri tapi dimana foto Darren dan Dania?

Dia membangunkan tubuhnya berjalan menuju sebuah foto di tepi ujung sana, memperhatikan dimana itu adalah foto Dania, dan rasanya Maven ingin marah tapi dirinya mencoba untuk tenang. Darren bukan manusia sembarangan karena Darren bisa saja menjadikan dirinya ini debu jika dirinya main-main bukan?

OM DARREN (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang