Sebulan terakhir ini sikap Gara kepada Raya semakin terasa berubah, contohnya saat ini, biasanya setelah mereka melakukan kegitan panasnya di atas ranjang, Gara selalu mendekapnya hangat, bahkan laki laki itu akan mengelus punggunggnya hingga ia tertidur, namun saat ini Gara akan pergi meninggalkannya, saat laki laki itu menerima telpon dari seseorang, dan Raya yakini jika yang menghubungi Gara adalah salsa.
"Mau kemana?" tanya Raya saat melihat penampilan Gara yang sudah rapih.
"Salsa hubungin gue, katanya mau ketemu, jadi lo tidur duluan aja, ga perlu nungguin gue balik" jawab Gara sambil melangkah keluar dari kamarnya.
Tak lama setelah kepergian Gara, ponselnya berbunyi, ada pesan masuk dari sahabatnya, mita mengirimkan sebuah foto yang membuat hatinya merasakan sakit.
Di sana ia melihat jika Gara sedang membonceng salsa, dan wanita itu terlihat memeluk erat Gara, benar benar romantis.
"Mungkin cepat atau lambat kamu bakal buang aku ya, karena sekarang kamu udah kembali sama rumah kamu" gumam Raya dengan air mata yang sudah menetes membasahi pipinya.
Raya beranjak menuju kamar mandi, mungkin dengan memgguyur tubuhnya bisa sedikit menenangkan fikirannya yang sedang kacau.
Selama hampir dua jam ia terus diam di kamar mandi, membiarkan air terus membasahi tubuhnya hingga ia mulai merasakan pening di kepalanya, lalu ia memutuskan untuk menyudahi kegiatannya.
"Shhhhh" ringis Raya memegangi kepalanya yang terasa semakin memberat.
Dengan tubuh yang semakin panas dan jalan yang sempoyongan, Raya pergi menuju apotik untuk membeli obat, kebetulan persedian obat di apartemen Gara sudah habis.
"Neng gapapa, mau saya anterin ke rumah sakit aja?" tawar sopir taxi.
"Gapapa ko pak, saya cuma sakit kepala biasa aja jadi ga perlu ke rumah sakit" tolak Raya saat ia sudah duduk di dalam mobil yang sudah ia pesan.
Rencananya ia akan pulang ke rumah saja setelah membeli obat, ia berfikir untuk apa kembali ke apartemen jika sang pemiliknya tidak ada di sana.
"Makasih ya pak" ucap Raya kepada supir taxi, saat sudah sampai di rumahnya.
Ia pun melangkah dengan tertatih masuk kedalam rumahnya, rasanya tubuhnya semakin tidak enak saja, meskipun dengan sempoyongan ia berhasil sampai di dalam kamarnya, lalu ia langsung meminum obat yang sudah dibelinya di apotik tadi, kemudian ia merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lemas, membungkus tubuhnya dengan selimut tebalnya, mungkin dengan tidur sebentar ia akan membaik.
Hingga pagi tiba, Raya belum menunjukan pergerakan jika ia akan beranjak dari kasurnya, bahkan dering telpon tak mampu membuat ia membuka matanya, rasanya tubuhnya benar benar tak berdaya saat ini, bahkan hanya sekedar mengangkat telpon pun rasanya tangannya tak mampu untuk mengambil ponselnya.
"Sshhh, kenapa sakitnya malah menjadi sih" gumam Raya saat ia berusaha untuk bangkit dari tidurnya.
Dengan susah payah Raya mengambil ponsel yang sedari tadi terus berdering, dan ternyata yang menelponnya ialah Gara.
"Halo" ucap Raya setelah ia mengangkat telponnya.
"Lo dimana, kenapa waktu gue balik ke apartemen, lo ga ada, terus kenapa lo juga ga sekolah?" tanya si penelpon beruntun.
"Aku ada di rumah" jawab Raya singkat dengan suara pelannya.
Untuk berbicara saja rasanya ia seakan tak mampu, pusing di kepalanya benar benar semakin terasa menyakitkan, belum lagi suhu tubuhnya yang semakin panas.
"Ngapain lo masih di rumah, lo baru bangun tidur?"
"Iya, aku hari ini ijin dulu soalnya ga enak badan" ucap Raya sambil terus memegangi kepalanya yang semakin terasa sakit.
"Tar gue kesana abis pulang sekolah" ucap Gara sebelum ia memutuskan sambungan teleponnya.
Setelah sambungannya terputus, Raya kembali memejamkan matanya, ia mengabaikan rasa laparnya, karena untuk berdiri pun rasanya ia tidak bisa, jadi ia memutuskan untuk kembali tidur saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [21+]
RomanceRaya, si cewe cantik nan polos yang bertemu dengan Gara, si cowo tampan namun nakal. Kisah cintanya tak terlalu rumit namun mengandung banyak emosi di dalamnya. Cerita dewasa 🔞 Fiktif