27

4.7K 56 0
                                    

"Mau minum apa?" tanya Raya.

"Apa aja yang penting air" jawab Gara dengan kekehannya.

Raya berlalu kedapur untuk mengambilkan Gara minum

"Ini"

"Air putih doang?" sinis Gara.

"Kan kamu bilang apa aja, ya aku ambilin air putih aja biar ga ribet" sahut Raya.

"Ya, ga air putih juga kali Ra" protes Gara, namun ia tetap meminumnya.

Raya masih dalam posisi berdiri menunggu Gara yang duduk sambil meminum airnya, jujur saja ia merasa deg degan jika berdekatan dengannya, ternyata rasanya, malah semakin dalam untuk Gara, seberusaha apapun ia untuk melupakan Gara, ternyata ia malah semakin merasakan cinta yang semakin dalam untuk Gara.

"Lo ga pegel berdiri terus dari tadi?"

"Kamu ga pulang?" ucap Raya bertanya balik.

"Lo ngusir gue?" sinis Gara mendelik tajam.

"Bukan gituh, soalnya ini udah malem" jelas Raya.

"Gue ga buta kali, siapa juga yang bilang ini masih siang"

Raya menghela nafas lelah mendengar jawaban Gara.

"Ada yang mau lo omongin sama gue?" tanya Gara.

Raya menaikkan sebelah alisnya, ia tak mengerti dengan maksud Gara.

"Ngga, kenapa kamu nanya kaya gituh?" heran Raya.

"Siapa tau ada yang mau lo sampein ke gue" ucap Gara.

"Ga ada Gara, kamu aneh deh"

"Yakin lo ga mau jujur sama gue, hm?" tanya Gara.

Raya semakin di buat bingung dengan sikap Gara, memangnya ia harus jujur tentang apa, bukankah selama ini mereka sudah lama tidak bertemu, lantas apa yang harus ia katakan kepadanya.

Melihat Raya yang hanya diam melamun, Gara langsung menarik Raya untuk duduk di pangkuannya.

"Ehhh" Raya kaget saat ia tiba tiba di tarik Gara secara tiba tiba, dan saat ia akan berdiri Gara menahannya dengan memeluk erat pinggangnya.

"Gara lepasin" ia terus berusaha bangkit, namun Gara malah membuatnya semakin tak berkutik.

Gara memposisikan Raya duduk menghadapnya, lalu di peluknya dengan erat, membuat Raya hanya bisa pasrah.

"Liat gue" perintah Gara mengangkat dagu Raya, hingga keduanya saling berpandangan.

"Gue tanya sekali lagi, ada yang mau lo sampein ke gue?" tanya Gara menatap dalam netra indah Raya.

"Hhmm?, emangnya apa sih, aku bingung sama pertanyaan kamu, kita udah lama ga ketemu, terus apa yang mau kamu denger dari aku?" Raya belum menangkap maksud dari Gara.

Gara menghela nafasnya dalam, lalu tangannya mengelus perut Raya dari luar bajunya.

Deg

Raya langsung menegang saat Gara mengusap perutnya, apa laki laki itu sudah mengetahui kehamilannya, pantas saja dari tadi Gara terus menanyakan apa ia akan menyampaikan sesuatu.

Saat tadi ia membonceng Raya, ia bisa merasakan perut Raya yang menonjol di balik jaket tebal dan kebesarannya, ia tidak bodoh untuk tak mengetahui jika Raya sedang hamil.

"Siapa ayah dari bayi ini?" tanya Gara terus mengelus perut Raya.

"Kamu ga perlu tau" jawab Raya mengalihkan pandangannya dari Gara.

Ia fikir Gara tau kalau ia sedang mengandung anaknya, namun pria itu malah menanyakan siapa ayahnya, rasanya menyakitkan saat Gara bertanya seperti itu, ia merasa jika Gara menganggapnya wanita murahan, sehingga laki laki itu tak berfikir jika yang ada di kandungannya ini adalah anaknya.

"Kenapa, gue penasaran siapa ayahnya, terus dimana suami lo, kenapa lo harus repot repot kerja, apa dia pengangguran sampe biarin istrinya yang lagi hamil kerja keras sampai larut malam?" tanya Gara beruntun.

"Dia lagi kerja, dan aku cuma mau bantuin dia aja, makanya aku juga kerja" bohong Raya.

"Kenapa, apa semiskin itu suami lo?"

"Aku ga perlu jawab pertanyaan kamu kan, sekarang lebih baik kamu pulang aja, takut orang lain salah paham kalo ngeliat kita berduan kaya gini" tutur Raya, ia terus berusaha lepas dari dekapan Gara, namun lelaki itu malah semakin menahannya dengan memeluknya erat.

"Takut orang lain salah paham, atau lo takut kepergok suami lo" ucap Gara dengan senyum smirknya.

"Mmm keduanya, aku juga takut suami aku marah" ia terpaksa berbohong, mungkin ini yang terbaik, ia juga berfikir jika ia memberitahu Gara kalau ini anaknya, mungkin pria itu tak akan mempercayainya dan menganggap jika ia wanita murahan yang memanfaatkan kehamilannya untuk bisa bersama dengannya, jadi ia memutuskan untuk tak berkata jujur saja.

TOXIC [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang