31

1.6K 35 5
                                    

"Jadi, lo mau nikah sama gue?" tanya Gara kembali mengulang pertanyaannya yang belum Raya jawab.

"Kamu ga perlu ngelakuin ini cuma buat tanggung jawab aja Ga, pernikahan itu suatu hal yang sakral, dimana mereka menikah karena cinta, bukan karena bentuk tanggung jawab aja, jadi lebih baik kita merawatnya tanpa harus kita yang menikah" jelas Raya.

"Ra, Gue tau lo cinta sama gue, jadi apa yang perlu lo khawatirin?"

"Hmm, emang kapan aku bilang cinta sama kamu?" tanya Raya, ia merasa heran dengan kesimpulan pria itu, ya meskipun itu memang kenyataannya.

"Elah Ra, gue bukan orang bodoh yang ga tau tanda tanda orang jatuh cinta, dan lo juga ga nolak waktu gue nyentuh lo lagi, malahan lo nikmatin semuanya Ra" ucap Gara sambil menaik turunkan alisnya disertai senyum smirknya.

"Oke aku akui, aku emang cinta sama kamu, tapi masalahnya bukan di aku, tapi di kamu, apa kamu bakal bahagia kalo kita memaksakan untuk bersama, sementara hati kamu bukan buat aku" ujar Raya.

"Ra, gue kan udah bilang cinta sama lo, lo ga budeg kan" geram Gara.

"Gara, kamu mungkin bukan cinta sama aku, tapi kamu mau tanggung jawab sama aku, dan aku baik baik aja kalo seandainya kita ngerawat anak kita tanpa harus ada pernikahan di dalamnya, jadi jangan paksain diri kamu buat nerima aku" ucap Raya yang mulai bergetar menahan tangisnya.

Raya tak munafik jika menikah dengan Gara adalah hal yang paling ia inginkan, namun ia juga tak ingin jika pernikahannya hanya di dasari rasa tanggung jawab saja, ia takut itu hanya akan menunda rasa sakit yang lebih besar lagi nantinya.

"Ra, gue serius sama ucapan gue barusan, gue sayang dan cinta sama lo" ucap Gara meyakinkan, sambil menatap dalam mata Raya yang sudah terlihat berkaca kaca.

"Kamu ga perlu bohong kaya gini Ga, aku tau perasaan kamu" tutur Raya yang kini sudah mulai menitikkan air matanya, ia masih mengingat dengan jelas ucapan Gara dan salsa waktu di rooftop sekolah saat itu.

"Kalo lo tau perasaan gue, harusnya lo tau kalo gue ga main main sama ucapan gue" tutur Gara.

"Kamu tau, kenapa aku bisa ngomong kaya gini, karena aku denger kamu dan salsa bicara waktu itu di rooftop sekolah, dan aku denger semua pembicaraan kalian, aku denger dengan jelas kalo kamu milih salsa daripada aku, padahal waktu aku di rumah sakit, kamu sendiri yang bicara sama aku buat ngajakin aku nikah, tapi kamu dengan gampangnya melupakan ucapan kamu sendiri Ga" jelas Raya yang sudah terisak menangis.

Gara langsung memeluk Raya yang menangis sesenggukan, ia bahkan bisa merasakan tubuh Raya yang bergetar.

"Maafin gue Ra, waktu itu gue bingung sama hati gue sendiri, tapi,,," Gara belum sempat menyelesaikan penjelasannya karena Raya yang memotong ucapannya.

"Aku tau kamu cinta sama salsa, makanya kita cukup rawat anak kita secara bersama tanpa harus menikah, kamu bisa menjenguknya kapanpun saat ia sudah lahir nanti, aku ga akan halangin kamu untuk ketemu sama dia" ucap Raya di dalam pelukan Gara, yang semakin menangis tersedu.

Gara terus mengelus punggung Raya, menenangkannya agar rileks, setelah Raya berhenti menangis dan kembali tenang, ia mengangkat tubuh Raya untuk di gendongnya, ia berfikir mungkin ini bukan saatnya untuk ia menjelaskan tentang perasaannya.

"Mau kemana?" tanya Raya saat Gara menggendongnya.

"Mandi" jawab Gara, lalu ia membawa Raya menuju kamar mandi, ia juga memandikan Raya meskipun wanita itu awalnya terus menolak.

Tak membutuhkan waktu lama kini keduanya sudah selesai mengenakan pakaiannya kembali dan pembicaraan sebelumnya antara keduanyapun tak lagi mereka lanjutkan, Gara malah mengajak Raya untuk ikut bersamanya, Raya yang awalnya menolakpun hanya pasrah karena Gara yang terus memaksanya.

"Kita mau kemana?" tanya Raya saat Gara menarik tangannya keluar dari kontrakannya.

"Ikut aja ga usah banyak nanya, gue ga akan nyulik lo" jawab Gara.

"Ih kamu di tanya bener bener juga" kesal Raya.

"Yaudah naik aja Raya, lo tinggal duduk anteng aja, jangan ribet" perintah Gara yang sudah berada di motornya.

"Ishh iya iya" Raya pun dengan perasaan kesalnya menaiki motor Gara.

"Ga usah manyun kaya gitu" ucap Gara, lalu ia langsung menjalankan motornya.

Di perjalanan Raya yang masih merasa kesalpun hanya diam, meskipun Gara terus bertanya kepadanya, ia hanya menganggap pertanyaan Gara bagaikan angin lalu.

Entah kenapa setelah ia hamil, ia jadi mudah emosi padahal sebelumnya ia tak seperti ini, mungkin karena hormon kehamilannya yang membuat moodnya mudah berubah.

Si cantik Raya

Si cantik Raya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TOXIC [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang