Setelah makan siang, Laila mengemas barangnya ke dalam tas dan bersiap siap untuk pulang kembali ke rumah kedua orang tuanya. Laila turun dan langsung pamit kepada kedua mertuanya dan masuk ke mobil.
Tak ada obrolan di antara kedua pasutri itu. Laila serius dengan benda pipih yang di genggamnya tanpa menghiraukan keberadaan Gus Ghazi yang sesekali meliriknya sekilas.
Setelah sampai di rumah, Laila langsung turun tanpa mengajak Gus Ghazi. Ia masuk dan naik ke lantai atas menuju kamarnya. Di rumah tampak kosong karena kedua orang tua Laila sedang ada urusan yang memutuskan keduanya keluar kota. Gus Ghazi ikut menyusul Laila ke atas.
Laila langsung mengambil posisi terbaiknya saat ini, ia berbaring dengan gaya tengkurap sambil menyumpal kedua telinganya dengan earphone dan menyetel lagu galau. Hari ini ia merasa moodnya kurang baik, mungkin ia masih kesal dengan Gus Ghazi.
Gus Ghazi masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti bajunya dengan baju rumahan. Setelah itu, ia ikut naik ke atas kasur dan merebahkan badannya.
"Laila," panggil Gus Ghazi.
"Hm."
"Kalo tidur itu jangan tengkurap, nggak baik."
Laila pun mengubah posisi tidurnya menjadi miring membelakangi Gus Ghazi.
"Kamu marah lagi sama aku, emang aku salah apa lagi?" tanya Gus Ghazi dengan lemah lembut.
Laila hanya mendengus kesal dan tak menggubris pertanyaan Gus Ghazi.
"Laila, aku nggak tau yah kamu marah karna apa, tapi asal kamu tau aku itu tulus sama kamu."
"...."
"Aku minta maaf kalo aku ada salah yang nggak aku sengaja, aku minta maaf yah."
Lagi-lagi tak ada jawaban dan membuat Gus Ghazi bangun dari tidurnya dan mengecek kondisi Laila. Ia duduk di samping tubuh istrinya dan memegang pundak Laila dan mengusapnya dengan lembut.
Dengan wajah yang kesal dan cemberut Laila bangun dan duduk bersila di samping Gus Ghazi yang sedang menatapnya lamat-lamat.
"Kamu kenapa, bilang sama aku apa yang buat kamu marah?"
Laila menggeleng pelan. Ia menundukkan kepalanya sambil meremas jari-jemarinya. Ia merasa gugup sekarang karena sedang ditatap seperti itu oleh Gus Ghazi, apalagi jarak mereka saat ini sangat dekat.
"Aku cuma nggak suka aja kalo Gus senyam-senyum sama perempuan lain, kalo sama aku aja nggak pernah tuh sebahagia itu, tapi kalo sama perempuan kemarin wajahnya bahagia banget yah."
Gus Ghazi mengerutkan dahinya dan setelah itu ia terkekeh kecil. Laila jadi tambah kesal di buatnya.
"Oh, jadi kamu cemburu nih sama aku," kata Gus Ghazi diiringi kekehan.
"Ish, siapa juga yang cemburu, aku nggak cemburu yah."
"Kalo nggak cemburu kamu nggak bakalan marah sama aku."
"Aku marah karna kamu suami aku, enak aja main senyum-senyum sama wanita lain, terus kalo sama istrinya nggak pernah kaya gitu, bawaannya dingin sama ketus."
"Iya, aku minta maaf, lagipula wanita yang abis dari ruangan aku itu dia temen aku, kita udah lama temenan terus dia orangnya juga humoris jadinya selalu bikin aku ketawa."
Walau telah mendengar penuturan dari Gus Ghazi, tapi itu masih belum membuat Laila merasa lebih baik. Tetap saja ia merasa kesal, ia tak ingin ada wanita lain yang bisa merasakan senyuman suaminya itu.
"Udah ah, jangan marah mulu nanti cepet tua loh."
"Ihhh...." Laila mendorong bahu Gus Ghazi, tapi itu tak ada apa-apanya bagi Gus Ghazi. Dengan gemas Gus Ghazi mencubit kedua pipi Laila hingga membuat sang empu meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Of My Life
Любовные романыMenikah dengan orang yang tak kita cintai dan tak kita kenali adalah suatu tindakan yang sangat berat. Dimana kita harus menyerahkan mahkota kita seutuhnya pada pria yang tak kita cintai dan sayangi. Itulah yang harus di hadapi dan di rasakan oleh A...